Saat berjalan-jalan di pusat perbelanjaan atau pasar kita kerap menjumpai orang-orang yang mengenakan kalung air purifier. Asumsinya dengan memakai kalung air purifier ini maka akan membersihkan udara di sekitar kita dari bakteri dan virus, termasuk virus COVID-19.
Kalung air purifier yang akhir-akhir ini menjadi trend di masyarakat Indonesia bertujuan untuk mencegah penularan COVID-19. Beberapa produk mengklaim menggunakan filter HEPA (high efficiency particulate air), yang adalah filter yang bisa menyaring hingga 99,7% partikel udara berukuran minimal 0,3 mikrometer.
Perlu diketahui bila kalung air purifier dengan filter HEPA pada tahun 2003 direkomendasikan oleh otoritas kesehatan Hong Kong selama wabah SARS, untuk mengurangi penularan virus SARS pada tenaga kesehatan.
Tetapi sayangnya belum ada penelitian yang menyatakan efektivitas kalung ini untuk menangkal virus corona. Partikel virus SAR-CoV-2, penyebab COVID-19, rata-rata lebih kecil dari 0,3 mikrometer.
Menurut Dr. Nidhy Varghese, ahli penyakit paru-paru anak di Texas Children’s Hospital, AS, “Bahkan bila mikroba masuk ke alat purifier, mereka bisa melewati filter. Data sejauh ini menunjukkan bahwa kecil kemungkinan kalung air purifier akan membantu cegah penularan virus corona.”
Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) juga menekankan bahwa air purifier portable (seperti kalung air purifier) tidak cukup untuk melindungi orang dari COVID-19.
Penelitian tentang alat penyaring udara dengan filter HEPA yang sudah diteliti untuk COVID-19 adalah air purifier yang diletakkan di ruangan tertutup dan sesuai dengan CADR (Clean air Delivery Rate)-nya.
CADR atau laju suplai udara bersih merupakan standar yang ditetapkan oleh Association of Home Appliance Manufacture (AHAM) di AS, untuk meyakinkan konsumen bahwa pembersih udara bekerja sesuai klaim produsennya.
Waspadai ozon yang dihasilkan
Tim peneliti dari China dan AS melakukan tes pada empat jenis kalung air purifier, dengan menempatkannya di ruangan berukuran kurang dari satu meter persegi. Peneliti mengukur kemampuan alat tersebut menghilangkan partikel mikroskopik di udara.
Hasilnya, tiga dari empat kalung ini menghilangkan <10% partikel yang berjarak 20 cm darinya. “Perlindungan 10% tidaklah bagus dan jauh di bawah 95% yang Anda dapatkan dari mengenakan masker,” ujar peneliti, melansir Inquirer.net.
Mereka menegaskan bila alat ini diuji di ruang tertutup tanpa udara yang bergerak. “Kemungkinan kalung air purifier ini akan bekerja lebih buruk saat dipakai di leher, di dunia nyata,” imbuhnya.
Peneliti juga menambahkan bila kalung ini menghasilkan ozon. “Ozon berbahaya untuk manusia dan bisa merusak paru-paru,” tegasnya. “Kandungan pasti ozon yang diproduksi dari tiap alat bisa sangat bervariasi, tetapi beberapa alat terlihat memroduksi sampai kadar yang berbahaya.”
Riset Shi, dkk, tahun 2016 menunjukkan menghirup ozon dalam kadar tertentu dapat menyebabkan iritasi saluran napas dan berbahaya bagi kesehatan secara umum. (jie)