olahraga berat berbahaya bagi jantung mitos atau fakta

Bagaimana Olahraga Yang Baik Untuk Jantung dan Mencegah Serangan Jantung Saat Olahraga?

Tubuh manusia diciptakan untuk bergerak. Itu kenapa orang-orang zaman dulu bisa sehat dan berumur panjang. Olahraga diketahui baik untuk jantung, tetapi di satu sisi banyak kasus orang meninggal saat berolahraga akibat serangan jantung. Apa yang terjadi?

Latihan fisik atau olahraga memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan kapasitas paru dan jantung, menurunkan tekanan darah, mengurangi lemak tubuh, hingga membentuk otot. Juga baik untuk penderita diabetes karena akan meningkatkan sensitivitas insulin, toleransi glukosa.

“Olahraga membuat kita tetap aktif dan bahagia (meningkatkan produksi hormon bahagia). Kita berolahraga itu cari sehat, bukan cari penyakit,” kata dr. Vito Damay, SpJP(K), M.Kes.

Tetapi faktanya ada beberapa orang yang mengalami serangan jantung saat berolahraga. Dr. Vito menjelaskan ada beberapa skenario yang menyebabkan risiko serangan jantung mengintai saat olahraga.

Pertama, orang kembali berolahraga setelah sekian lama vakum dari aktivitas fisik. Jiwa kompetitif yang tinggi menuntut performa yang sama seperti saat mereka masih aktif olahraga.

Kedua, pada orang yang punya riwayat pingsan tiba-tiba tanpa alasan jelas. Ini merupakan tanda-tanda awal gangguan fungsi jantung.

“Kadang orang tidak tahu kalau punya masalah jantung. Ia tidak memperhatikan dirinya. Padahal kalau cek lab, hasilnya mungkin tensi dan kolesterol tinggi, tetapi tidak diperhatikan, tetap terus olahraga,” terang dr. Vito, dalam seminar virtual Olahraga Berat Berbahaya Bagi Jantung, Mitos Atau Fakta, Kamis (9/9/2021).

Ketiga, atlet yang berusaha meningkatkan performa secara berlebihan. Tuntutan peningkatan performa terkadang membuat atlet memaksa fisik melebihi kemampuan.

“Beberapa orang merasa capek, tetapi berpikir ini tidak boleh dimanjain, harus olahraga terus. Atau, ikut-ikutan orang lain. Teman mampu gowes sampai ke Bogor, ikut deh, padahal baru kemarin beli sepeda. Ini olahraga yang melebihi kapasitasnya, sehingga berisiko alami masalah jantung,” ia menuturkan.

Penting konsultasi sebelum olahraga

Walau olahraga disarankan bagi semua orang, tetapi ada baiknya kita melakukan serangkaian ‘pengamanan’ agar tidak mengalami serangan jantung saat berolahraga.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) menerbitkan kuisioner yang bisa dijawab sebelum olahraga:

  1. Apakah dokter pernah menyatakan bahwa Anda menderita sakit jantung atau hipertensi?

  2. Apakah Anda pernah merasakan nyeri dada saat istirahat, selama melakukan kegiatan sehari-hari atau saat melakukan aktivitas fisik?

  3. Apakah Anda pernah kehilangan keseimbangan karena pusing atau hilang kesadaran dalam 12 bulan terakhir?

  4. Apakah Anda pernah dinyatakan mengidap penyakit kronis (selain jantung / hipertensi)?

  5. Apakah saat ini sedang dalam pengobatan karena penyakit kronis (menahun)?

  6. Apakah dalam 12 bulan terakhir mempunyai masalah tulang, sendi atau jaringan lunak (otot, ligamen atau tendon) yang bertambah parah dengan melakukan aktivitas fisik?

  7. Apakah dokter pernah menyatakan bahwa Anda hanya boleh melakukan aktivitas di bawah pengawasan dokter?

Bila semua jawabannya adalah ‘TIDAK” maka Anda dapat melakukan olahraga secara bertahap. Lakukan olahraga sesuai rekomendasi usia. Dan, bila Anda berusia >45 tahun dan belum terbiasa melakukan olahraga intensitas berat, konsultasikan dulu dengan dokter.

Tetapi bila jawabanya “YA” untuk satu/lebih pertanyaan di atas, maka perlu konsultasi ke dokter.

Hitung denyut jantung maksimal

Olahraga untuk melatih daya tahan jantung dan paru yang direkomendasikan adalah 150-300 menit per minggu, 3-5 kali seminggu (30-60 menit setiap kali latihan). Dengan intensitas sedang.

Intensitas latihan (ringan, sedang, berat) ditentukan berdasarkan denyut jantung. “Perhatikan detak jantung maksimal Anda, yakni 220 dikurangi (-) usia. Intensitas sedang adalah 50-70% detak jantung maksimal, sedangkan intensitas tinggi adalah 70-85% detak jantung maksimal,” imbuh dr. Vito.

“Kalau jalan santai tetapi detak jantungnya kurang dari 100 kali per menit, berarti belum dihitung olahraga. Masih terlalu pelan.”

Detak jantung juga bisa diukur dengan tes bicara. Intensitas ringan ditunjukkan dengan bisa berbicara lancar dan bernyanyi. Pada intensitas sedang, Anda masih mampu menyelesaikan 1 kalimat, tetapi tidak dapat bernyanyi. Sementara intensitas berat ditunjukkan dengan sulit berbicara.

Saat alami serangan jantung saat olahraga

Pada dasarnya segera cari pertolongan dan pergi ke rumah sakit jika mengalami serangan jantung- ditunjukkan dengan nyeri/rasa seperti tertindih beban berat di daerah jantung, dapat menjalar ke leher, punggung, rahang sampai ke ulu hati.

Jika mengalami serangan jantung saat berolahraga, dr. Vito menyarankan:

  1. Ambil posisi duduk, jangan panik karena akan membuat irama jantung dan tensi semakin naik.

  2. Bila pandangan mulai kabur, segera berbaring karena akan membuat distribusi aliran darah kembali lancar, termasuk ke otak.

  3. Kemudian tenangkan diri dan coba pegang nadi dan hitung denyutnya apakah teratur atau tidak.

  4. Jika keluhan masih berlanjut, saatnya mencari pertolongan dan segeralah ke rumah sakit. (jie)

_____________________________________________________________________

Ilustrasi: Andrzej Rembowski from Pixabay