Gejala COVID-19 kerap menyerupai penyakit lain, salah satunya yang munculnya di saluran cerna, seperti mual, muntah dan diare. Gejala ini umum terjadi pada infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Salah satu masalah pencernaan yang memiliki gejala serupa adalah ‘flu perut’ atau gastroenteritis. Namun perlu dipahami bahwa gastroenteritis bukanlah jenis flu yang sebenarnya. Gastroenteritis terjadi ketika lapisan usus meradang akibat virus, parasit atau bakteri.
Radang usus termasuk masalah pencernaan yang banyak terjadi, penyebabnya bisa akibat konsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi, atau kontak dengan individu yang terinfeksi.
Gejala radang usus yang umum terjadi seperti diare, muntah, nyeri perut, demam, sakit kepala dan kedinginan.
Untungnya sebagian besar orang dapat sembuh dari radang ususnya tanpa obat sama sekali. Dehidrasi adalah efek samping paling umum (juga berbahaya) dari gastroenteritis, karena terlalu banyak kehilangan cairan akibat diare dan muntah.
COVID-19 di sisi lain, biasanya muncul dengan masalah pernapasan ringan hingga sedang, dan sering kali akan pulih tanpa perawatan medis. Tetapi pada mereka dengan kondisi medis mendasar, atau berusia >50 tahun bisa mengembangkan infeksi yang lebih berat.
Gejala infeksi virus corona yang sudah diketahui antara lain, batuk, demam, sesak napas, nyeri otot/tubuh, kelelahan, kehilangan kemampuan mencium /merasa (anosmia), sakit kepala, pilek, nyeri tenggorokan, mual dan muntah, serta diare.
Jadi bagaimana membedakan antara radang usus dan COVID-19?
Jika seseorang mengalami demam, mual, muntah dan diare, tidak mudah membedakan apakah terpapar COVID-19 atau mengalami radang usus.
Dr. Cory Fisher, DO, dari Cleveland Clinic, di Ohio, AS, menjelaskan di antara hal-hal yang harus diperhatikan adalah gejala gangguan pernapasan dan hilangnya penciuman/perasa. “Karena itu akan membedakan gastroenteritis dengan COVID-19,” katanya, dilansir dari Health.
Ada beberapa gejala yang tumpang tindih. Tetapi petunjuk lain bahwa Anda berurusan dengan virus corona adalah nyeri dada, terang dr. Tania Elliot, ahli penyakit menular di NYU Langone. “Ada beberapa gejala spesifik untuk COVID-19, seperti hilangnya rasa dan bau, batuk atau nyeri dada,” katanya. “Pasien umumnya tidak mengalami gejala ini untuk radang usus.”
Penting pula mempertimbangkan tingkat infeksi COVID-19 di kota atau komunitas Anda. Jika tingkat infeksinya tinggi, atau telah melakukan kontak dengan penderita COVID-19, Anda mungkin tidak ingin langsung menganggapnya sebagai radang usus.
“Pada akhirnya, sangat sulit untuk mengetahui secara klinis apa agen penular itu, dan satu cara terbaik untuk mengetahui perbedaannya adalah dengan melakukan tes virus corona,” kata dr. Elliott. (jie)