Menambahkan bubuk protein ke dalam segelas susu atau smoothie mungkin tampak seperti cara mudah untuk meningkatkan kesehatan. Bagaimanapun, protein sangat penting untuk membangun dan mempertahankan otot, kekuatan tulang dan berbagai fungsi tubuh lainnya. Tetapi hati-hati ada bahaya tersembunyi di balik satu sendok bubuk protein.
“Saya tidak merekomendasikan menggunakan bubuk protein, kecuali dalam beberapa kasus, dan hanya dengan pengawasan ketat,” kata Kathy McManus, direktur dari Departemen Nutrisi di Brigham and Women’s Hospital, di Amerika Serikat.
Apa itu bubuk protein?
Bubuk protein adalah protein dalam bentuk bubuk yang berasal dari tanaman –kedelai, beras, kacang polong atau kentang), telur atau susu.
Bubuk protein bisa mengandung zat lain seperti gula, perasa buatan, pengental, vitamin dan mineral. Jumlah protein dalam satu sendok takar antara 10-30 gram. Suplemen yang digunakan untuk membentuk otot mengandung lebih banyak protein, sementara suplemen untuk penurunan berat badan lebih sedikit proteinnya.
Apa bahayanya?
Riset mengatakan bahwa ada banyak bahaya saat mengonsumsi bubuk protein tanpa pengawasan dokter. Beberapa diantaranya :
- Bubuk protein merupakan suplemen makanan. FDA (Food and Drug Administration) menyerahkan kepada produsen untuk mengevaluasi keamanan dan pelabelan produk. Jadi, tidak ada cara untuk mengetahui apakah bubuk protein mengendung apa yang diklaim produsen.
- Kami tidak tahu efek jangka panjangnya. "Hanya ada data yang terbatas tentang kemungkinan efek samping asupan protein tinggi dari suplemen," kata McManus.
- Berisiko menyebabkan gangguan pencernaan. "Orang dengan alergi susu atau kesulitan mencerna laktosa dapat mengalami gangguan pencernaan jika mereka menggunakan bubuk protein berbasis susu," kata McManus.
- Mungkin mengandung banyak gula dan kalori. Beberapa bubuk protein tinggi gula (sekitar 23 gram per sendok) yang akhirnya mengubah segelas susu menjadi minuman dengan lebih dari 1.200 kalori.
Risiko baru yang terungkap
Awal tahun ini, kelompok nirlaba bernama Clean Label Project merilis laporan tentang racun dalam bubuk protein.
Para peneliti memeriksa 134 produk untuk 130 jenis racun, dan menemukan bahwa banyak bubuk protein mengandung logam berat (timbal, arsen, kadmium, dan merkuri), bisphenol-A (BPA, yang digunakan untuk membuat plastik), pestisida, atau kontaminan lainnya yang bersifat karsinogenik.
Beberapa racun hadir dalam jumlah yang signifikan. Misalnya, satu bubuk protein mengandung 25 kali batas BPA yang diizinkan.
Lantas apa yang harus dilakukan?
McManus mengatakan bahwa dalam kasus tertentu, bubuk protein bebas bahan kimia mungkin membantu, tetapi tetap dengan pengawasan dokter.
Kasus-kasus seperti itu dapat mencakup:
- Gangguan makan atau hilangnya nafsu makan, misalnya pada lansia atau akibat efek samping pengobatan kanker.
- Mengalami luka tekan atau sayatan bedah yang tidak sembuh dengan baik. Tubuh akan membutuhkan protein untuk memperbaiki sel dan membuat sel baru.
- Kondisi serius yang membutuhkan tambahan kalori dan protein, seperti mengalami luka bakar. (jie)