bahaya obesitas pada anak dan dewasa

Ancaman Penyakit Akibat Obesitas, Di mana Peran Probiotik?

Jangan anggap obesitas sebatas kegemukan. Dokter menyatakan obesitas ke dalam ranah penyakit. Ancaman penyakit akibat obesitas itu nyata, sebut saja hipertensi, sakit jantung, hingga kanker.

Data Kementerian Kesehatan menjelaskan satu dari tiga orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan satu dari lima anak usia 5-12 tahun dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

Ada sedikit perbedaan kategori obesitas antara Asia dan Eropa/Amerika Serikat. Untuk masyarakat Asia, disebut obesitas jika nilai indeks massa tubuh (IMT) > 25. Atau jika ia memiliki perut buncit (obesitas sentral).

Laki-laki dengan lingkar pinggang/perut >90 cm termasuk sebagai obesitas sentral, sementara bagi perempuan adalah jika >80 cm.

Obesitas dianggap berbahaya karena terjadi peningkatan inflamasi (peradangan) yang menyebabkan risiko penyakit lain.

Ancaman penyakit akibat obesitas antara lain diabetes, hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung dan stroke. Penumpukan lemak di organ-organ lain juga bisa menyebabkan perlemakan hati, infertilitas dan peningkatan risiko kanker saluran cerna.

Obesitas adalah penuaan dini

Penelitian baru bahkan menyatakan bila obesitas adalah bentuk penuaan dini. Ini berkaitan dengan penyakit-penyakit yang biasanya muncul pada usia tua.

Dalam laporannya di jurnal Obesity Reviews, Sylvia Santosa, peneliti dari Concordia University, Kanada, menjelaskan, "Ada kemiripan mekanisme perkembangan penyakit yang menyertai obesitas dan penuaan.”

Studi ini menganalisa lebih dari 200 penelitian yang mengamati dampak obesitas, mulai dari efek seluler dan molekuler, hingga dampaknya pada imunitas, fungsi kognisi dan mobilitas.

Meneliti mendapati obesitas dan penuaan memiliki spektrum fenotipe yang serupa, seperti integritas genomik yang terganggu, akumulasi makromolekul intraseluler, perubahan komposisi jaringan tubuh dan pengingkatan peradangan sistemik.

Obesitas anak lebih unik

Obesitas yang terjadi di usia anak dan remaja perlu mendapat perhatian lebih. Kegemukan bisa berlanjut hingga dewasa.

Sebuah reviu di Canadian Journal of Cardiology menjelaskan obesitas anak erat kaitannya dengan risiko penyakit kardiovaskular. Terjadi aterosklerosis (penumpukan plak di pembuluh darah) dini.

Peneliti menekankan bila hipertensi, kadar gula darah dan kolesterol tidak nomal, serta inflamasi sistemik berhubungan dengan perubahan vaskular (pembuluh darah) pada masa kanak-kanak. Ini berkontribusi pada peningkatan risiko kejadian kardiovaskular saat dewasa jika tidak ditangani dengan benar.

Selain itu, anak/remaja obes lebih rentan depresi, karena mendapat perundungan di lingkungannya. Ini membuat obesitas anak lebih unik dan kompleks. Pencegahannya bahkan disarankan sejak masa kehamilan dan menyusui.

Dr. Matthew W. Gillman, dalam penelitiannya menegaskan, dari 15.300 remaja, mereka yang pernah mendapatkan ASI lebih kecil risikonya mengalami kelebihan berat badan, dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.

Kemudian Loren L, dkk, dalam jurnal Family & Community Health mencatat memperbaiki berat badan anak obes membutuhkan usaha bersama. Dilakukan program makanan dan kebugaran selama 6 tahun di lingkungan sekolah, makanan rumah, hingga tingkat komunitas.

Disediakan akses ke kegiatan luar ruangan, pasar petani lokal dan makanan sehat yang terjangkau. Anak-anak (4-12 tahun) yang terpapar program ini 2-6 tahun menunjukkan peningkatan yang lebih baik dalam tingkat pertumbuhan yang sesuai.

Peran probiotik dalam tatalaksana obesitas

Pada orang obesitas terjadi kondisi disbiosis, ini adalah ketidakseimbangan komposisi bakteri baik dan patogen (penyebab penyakit) di dalam usus, dengan didominasi bakteri patogen.

Konsumsi makanan/minuman yang mengandung probiotik akan membantu membalik disbiosis menjadi normobiosis (kondisi normal).

Beberapa mekanisme probiotik yang berkaitan dengan pengaturan komposisi mkrobiota usus dalam menurunkan berat badan juga sudah banyak dilaporkan. Dalam beberapa studi, bakteri probiotik dilaporkan dapat mempengaruhi sekresi hormon pengatur nafsu makan, glukagon-like peptide-1 (GLP-1) dan peptide YY (PYY), yang membantu membakar kalori dan lemak. Selain itu, probiotik juga dapat mempengaruhi kadar protein pengatur lemak (angiopoietin 4), yang berkontribusi juga dalam menurunkan penyimpanan lemak.

Disisi lain, penelitian Satoru Nagata secara spesifik mendeskripsikan manfaat minuman susu fermentasi yang mengandung probiotik Lactobacillus casei strain Shirota (LcS) untuk membantu menurunkan berat badan anak obes.

Satoru dan tim membandingkan komposisi bakteri usus dan kadar asam organik pada 12 anak obes (rerata usia 10,8 tahun) dan 22 anak lainnya sebagai kelompok kontrol.

Sebelumnya, pada kelompok obes diberikan terapi diet dan aktivitas fisik selama enam bulan. Kemudian enam bulan berikutnya mendapatkan minuman susu fermentasi.

Terjadi penurunan signifikan konsentrasi Bifidobacterium, kelompok Bacteroides fragilis, klaster Atopobium, Lactobacillus gasseri dan asam asetat di feses kelompok obes di awal penelitian.

Tetapi setelah enam bulan konsumsi susu fermentasi LcS, terlihat penurunan berat badan yang signifikan, kenaikan kadar HDL (kolesterol baik) dan perubahan komposisi bakteri di feses pada kelompok obes.  

Walau masih skala kecil, peneliti meyakini bila konsumsi susu fermentasi LcS bisa menjadi salah satu pendekatan tatalaksana obesitas yang menjanjikan. (jie)

_____________________________________________________

Ilustrasi: <a href="https://www.freepik.com/free-photo/overweight-man-shrt-is-small-him-with...">Image by Anastasia Kazakova</a> on Freepik