Alergi Tidak bisa Disembuhkan, ini 3 Tahap Pengobatannya
alergi_pengobatan_desensitasi

Alergi Tidak bisa Disembuhkan, ini 3 Tahap Pengobatannya

Alergi tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikelola. Alergi adalah hipersensitivitas sistem imun. Ia jadi terlalu sensitif, dan bereaksi terhadap alergen yang sebenarnya tidak berbahaya. Ini adalah kondisi bawaan. Suatu saat, keluhan alergi bisa saja hilang sendiri seiring berjalannya waktu. Namun bukan berarti sembuh; kelainan pada sistem imun tersebut tetap ada. Hanya saja, keluhannya tidak muncul lagi.

Pengobatan alergi bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk mengelola alergi sehingga tidak muncul keluhan. “Pengobatan alergi ada tiga tahap: menghindari pencetus, penggunaan obat, dan imunoterapi,” ungkap Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) dari FKUI/RSCM, Jakarta.

Menghindari pencetus adlaah yang utama. Alangkah baik bila semua pencetus alergi, yang berbeda pada tiap orang, bisa dihindari oleh yang bersangkutan. Untuk alergi makanan relatif lebih mudah. “Yang sulit itu kalau alerginya tungau debu rumah,” ujar Dr. dr. Zaki. Kebersihan harus selalu dijaga untuk meminimalkan paparan tungau debu rumah. Terutama di kasur, bantal, dan selimut. Cucilah sprei dan lain-lain minimal tiap 2 minggu sekali.

Bila sulit menghindari pencetus, maka obat bisa digunakan. “Ada dua macam obat. Yaitu yang menghilangkan gejala, dan obat untuk pencegahan jangka panjang. Obat pencegah bisa digunakan kalau memang pencetus alergi sudah tidak bisa dihindari,” papar Dr. dr. Zaki. Ini misalnya inhaler pencegah asma yang berisi steroid dalam dosis sangat kecil, yang perlu digunakan secara rutin. Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah peradangan dan sensitivitas yang terjadi di dalam saluran napas, sehingga bisa mencegah serangan asma.

Cara ketiga yakni imunoterapi untuk alergi, juga dikenal sebagai desensitisasi atau hiposensitisasi. “Alergen diberikan sedikit-sedikit agar anak jadi toleran,” jelas Dr. dr. Zakiudin. Cara ini bisa dilakukan bila anak dicurigai alergi terhadap suatu zat, atau memiliki bakat alergi dari orang tua. Namun, tidak boleh dilakukan bila anak sudah ketahuan alergi terhadap zat tersebut. “Misalnya anak alergi makanan tertentu, harus dipantang dulu. Nanti umur 2 atau 3 tahun saluran cernanya mulai matang, bisa toleran sendiri,” imbuhnya.

Intinya, desensitisasi dilakukan sebagai pencegahan, sebelum alergi muncul. Misalnya pada anak yang dicurigai alergi terhadap susu sapi. Bisa diberikan susu yang dihidrolisis parsial, di mana protein whey dalam susu dipecah menjadi partikel yang lebih kecil. “Prinsipnya, susu hidrolisis parsial memberikan protein susu sapi sedikit-sedikit, agar anak toleran,” jelas Dr. dr. Zaki.

Ia menegaskan, jangan lakukan desensitasi pada anak yang sudah alergi. “Anak yang sudah sensitif, malah tambah sensitif,” ujarnya. Pada anak sudah ketahuan alergi susu sapi misalnya, maka susu hidrolisat parsial tidak bisa diberikan. Pilihannya adalah susu hidrolisat ekstensif, atau formula asam amino.

Pada anak yang dicurigai alergi suatu zat tapi tidak bisa menghindarinya, desensitasi juga bisa dilakukan. “Alergen kita suntikkan atau diletakkan di bawah lidah, dengan dosis yang sudah diatur,” tutur Dr. dr. Zaki. Dengan cara ini, sistem imun anak diperkenalkan kepada alergen sedikit demi sedikit, sehingga diharapkan menjadi toleran. “Tapi, ini harus dilakukan oleh dokter. Berbahaya bila dilakukan sendiri,” pungkas Dr. dr. Zaki. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Camera photo created by freepik - www.freepik.com