hal yang meningkatkan risiko menderita rheumatoid arthritis

8 Hal Yang Meningkatkan Risiko Anda Menderita Rheumatoid Arthritis

Fakto genetik menjadi penyebab terbanyak rheumatoid arthritis (RA). Tetap ada hal-hal lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini.

Rheumatoid arthritis adalah radang sendi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sendi. Radang sendi ini termasuk penyakit autoimun.

Menimbulkan keluhan bengkak, nyeri sendi, serta sendi terasa kaku. RA lebih sering diderita oleh wanita, terutama berusia 40-60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh.

“Penyebab rheumatoid arthritis multifaktor,” terang Dr. Juan J. Maya, spesialis rheumatologi di Rheumatology Center of Palm Beach, AS. “Ini berarti tidak hanya ada satu faktor, tetapi beberapa hal (menjadi satu) yang meningkatkan risiko Anda.”

Ada beberapa penyebab yang meningkatkan risiko seseorang menderita rheumatoid arthritis.

Genetik

Ada beberapa faktor risiko RA yang tidak bisa dimodifikasi, yang terbesar adalah profil genetik seseorang. Dengan kata lain, jika ada salah satu anggota keluarga memiliki atau pernah menderita RA, risiko Anda untuk mengembangkan penyakit ini lebih besar.

National Rheumatoid Arthritis Society mencatat jika ada keluarga inti menderita RA, anggota keluarga lain juga berisiko 3 kali lipat mengalami penyakit yang sama.

Namun menurut Dr Robert Koval, dari Texas Orthopedics, As, “RA memiliki komponen genetik, dan itu memang diturunkan dalam keluarga. Tetapi itu bukan segalanya yang membuat Anda akhirnya akan mendapatkannya atau tidak.”  

Banyak orang dengan genetik RA tidak menderita kondisi tersebut, dan tidak semua pasien rheumatoid arthritis juga memiliki kecenderungan genetik.

Usia

CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menulis pada umumnya setiap orang punya risiko menderita RA. Risiko seseorang meningkat seiring usia; sebagian besar penderita randang sendi ini berusia 60 tahunan.

Menurut Arthritis Foundation, RA umumnya dimulai usia 30 – 60 tahun pada wanita. Pria kurang dari 45 tahun jarang yang menderita RA.

Merokok

Dalam sebuah tinjauan di International Journal of Molecular Sciences (2014) dijelaskan bila merokok tidak hanya meningkatkan risiko seseorang menderita rheumatoid arthritis, tetapi juga membuat gejala dan perkembangan penyakit RA yang lebih parah/buruk.

“Perokok mengembangkan rheumatoid arthritis sekitar 10 tahun lebih cepat dibandingkan mereka yang dengan kecenderungan genetik,” kata Dr. Koval, menambahkan bila bahan kimia dalam nikotin dapat memicu respons imun yang bisa menyebabkan RA.

Kebersihan gigi dan mulut yang buruk

Ternyata ada hubungan nyata antara kebersihan rongga gigi dengan rheumatoid arthritis. Dr. Maya menegaskan orang dengan kebersihan gigi buruk atau mengalami radang gusi kerap mengalami gejala RA yang lebih berat.

Penyebabnya adalah peradangan. RA tidak hanya menyebabkan peradangan di area sendi, tetapi juga mempengaruhi rahang – sehingga semakin sulit untuk menjaga gigi tetap bersih.  

Akhirnya meningkatkan risiko terjadi infeksi gusi/gigi, air liur berkurang dan menyebabkan lebih banyak gigi berlubang.  

Stres

Stres dapat memicu munculnya RA lebih cepat, terutama pada mereka dengan kecenderungan genetik.

Stres kronis (lama) atau bahkan satu kejadian hebat yang menyebabkan stres berat (misal kematian keluarga atau trauma kecelakaan) bisa menyebabkan gen RA diekspresikan pada seseorang yang punya bakat di keluarga.

Sakit atau infeksi lain

Terkadang, tubuh kita memicu respons imun yang meningkat selama infeksi. Ini mengirimkan pesan untuk mulai menyerang jaringan sendi yang sehat (lebih mungkin terjadi pada orang dengan kecenderungan genetik RA).

Beberapa penyakit/infeksi, seperti penyakit Lyme, infeksi virus Epstein-Barr, parvovirus, hepatitis dan HIV kerap dikaitkan dengan timbulnya rheumatoid arthritis.

Racun lingkungan

Dr. Maya menjelaskan paparan zat beracun dalam lingkungan, seperti silica, meningkatkan risiko seseorang terserang RA. Biasanya terjadi pada meraka yang bekerja di lingkungan industri, pertambangan, penggalian dan pabrik baja.

Sebuah riset tahun 2020 diterbitkan di Safety and Health at Work menunjukkan hubungan yang jelas antara lingkungan pekerjaan dan risiko RA yang lebih tinggi, terutama jika pekerja juga perokok.

Faktor gizi

Obesitas diketahui meningkatkan risiko seseorang menderita RA. Mayo Clinic mencatat bahwa radang sendi ini sangat umum terjadi pada wanita obes di bawah 55 tahun.

Hubungan antara penumpukan lemak dan RA, sekali lagi, dengan peradangan. Lemak dapat menyebakan sel-sel memproduksi lebih banyak sitokin, protein yang terkait dengan respons peradangan.

Ini dapat mempercepat timbulnya RA di persendian. Arthritis Foundation juga mencatat orang obes yang menderita rheumatoid arthritis lebih pecat kehilangan rentang gerak. (jie)