Sebanyak 98% kasus rabies disebabkan oleh gigitan anjing, dan 2% oleh kucing dan kera. Bila kita digigit anjing yang terinfeksi rabies, virus yang ada di liur anjing akan masuk melalui luka gigitan. “Setelah itu virus akan berjalan dari tempat gigitan ke otak,” terang Prof. Dr. drh. Suwarno, M.Si. - Guru Besar Bidang Ilmu Virologi & Imunologi FKH Universitas Airlangga, Surabaya. Bila digigit anjing, ada langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah rabies mencapai otak.
Gigitan di area leher, kepala dan wajah memiliki fatalitas yang tinggi (50-80%) bila tidak segera ditangani. Bagian-bagian tubuh tersebut sangat dekat dengan otak, sehingga virus bisa mencapai otak dalam waktu singkat. “Sedangkan gigitan di kaki, fatalitasnya terbilang kecil rendah,” imbuh Prof. Suwarno, dalam webinar nasional yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Jawa Barat V didukung oleh Sanofi Indonesia, Sabtu (20/11/2021).
Menghindari Rabies bila Digigit Anjing
Lakukanlah langkah-langkah berikut ini bila digigit anjing, untuk menghindari rabies. Ini sangat penting untuk mencegah virus mencapai otak, yang bisa membuat orang yang terinfeksi koma, dan akhirnya meninggal.
1. Cuci luka
“Ini adalah prinsip pertama,” tegas Komite Rabies Flores Lembata dr. Asep Purnama, Sp.PD – FINASIM. Seperti virus corona, virus rabies juga memiliki amplop yang mengandung lemak. “Untuk itu, cucilah luka menggunakan pelarut lemak, yaitu sabun atau deterjen, selama 10-15 menit,” tuturnya. Setelah itu, bilas dengan air mengalir. Hindari tindakan invasif seperti menyikat luka, karena malah akan mempercepat penyebaran virus.
Golden period untuk mencuci luka adalah 12 jam. “Bila tinggal jauh dari layanan kesehatan, cuci dulu luka. Jangan karena menunggu kendaraan untuk ke Puskesmas, akhirnya terlambat cuci luka,” imbuh dr. Asep. Sebuah penelitian di Bali menemukan, pada kasus gigitan oleh anjing rabies, orang yang mencuci lukanya selamat, sedangkan yang tidak dicuci tidak berhasil selamat, meski keduanya mencapat penanganan yang sama (vaksin tapi tanpa serum anti rabies). Namun demikian, “Lebih baik terlambat cuci luka daripada tidak sama sekali.”
2. Beri antiseptik pada luka
Luka dibersihkan dengan cara di atas, lalu keringkan luka dengan cara menepuk-nepuk pelan menggunakan handuk yang lembut. “Setelah itu, berikan antiseptik seperti iodin povidon,” ucap dr. Asep.
3. Vaksinasi antirabies
Usai mencuci luka dan memberikan antiseptik, segeralah ke Puskesmas terdekat, untuk mendapatkan vaksin antirabies (VAR). ini disebut juga post exposure prophylaxis (PEP) atau pencegahan pasca paparan rabies. “Di negara kita, yang dipakai untuk PEP adalah metode Zagreb. Yaitu disuntik dua kali pada hari 0, lalu hari ketujuh sebanyak satu kali, dan satu kali lagi pada hari 21,” papar dr. Asep.
Penyuntikan dilakukan pada area lengan, dan pada anak <2 tahun di area paha. Tidak ada kontraindikasi absolut untuk VAR. “Anak-anak, dewasa, lansia, ibu hamil, ibu menyusui, semua boleh divaksin antirabies, karena berhadapan dengan kematian,” tandasnya. Vaksinasi harus diberikan sesegera mungkin setelah gigitan, untuk segera memunculkan antibodi aktif dari tubuh, sehingga bisa mencegah virus mencapai otak.
4. Serum antirabies
Butuh waktu 7 hari agar muncul antibodi aktif yang dirangsang vaksin, lalu mencapai puncak perlindungan di hari 14. “Sambil mengisi kekosongan antara hari 0-7, maka diberilah antibodi pasif dari luar, yaitu serum antirabies (SAR),” jelas dr. Asep. Serum disuntikkan di area sekitar luka, untuk “memagari” virus sehingga tidak bisa berjalan menuju otak.
Pemberian VAR biasanya ditentukan dari kondisi luka, mengingat ketersediaan SAR di Indonesia terbatas, dan harganya pun mahal. “Pada luka risiko rendah langsung disuntikkan VAR, dan pada luka risiko tinggi, disuntikkan VAR dan SAR,” ucap dr. Asep. Luka risiko rendah yaitu jilatan pada kulit terbuka, atau cakaran/gigitan yang menimbulkan luka lecet di area badan dan kaki. Adapun luka risiko tinggi yaitu jilatan/luka pada daerah mukosa (selaput lendir, seperti mata atau mulut), luka di atas bahu (leher, wajah, tangan), luka pada jari tangan dan jari kaki, luka di area genital, luka yang lebar/dalam, atau luka ganda.
5. Tangkap hewan pengigit
segeralah minta bantuan orang sekitar untuk menangkap hewan yang mengigit. Selanjutnya, hewan dibawa ke Puskeswan untuk diobservasi. “Bila anjing tetap hidup sampai 14 hari, maka bukan rabies, jadi VAR tidak perlu dilanjutkan. Tapi kalau anjing mati, lanjutkan VAR,” terang dr. Asep.
Bila anjing mati, doker hewan akan memeriksa otak anjing, untuk memastikan apakah anjing memang mati karena rabies. “Kalau positif, maka VAR dilanjutkan sampai 21 hari. Kalau negatif, VAR dihentikan, jadi hanya diberikan pada hari 0 dan 7 saja,” lanjutnya.
Bagaimana bila anjing tidak berhasil ditangkap, atau telanjur dibunuh? Maka dianggap bahwa hewan tersebut terkena rabies, sehingga VAR diberikan sampai hari 21.
Menghindari rabies butuh penanganan yang tepat dan cepat. Tindakan utama dan pertama: segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Background photo created by bublikhaus - www.freepik.com