korban ke 132 tragedi kanjuruhan alami gagal napas akut

Korban ke-132 Tragedi Kanjuruhan Alami Gagal Napas Akut, Bagaimana Kondisi Ini Bisa Menyebabkan Meninggal?

Helen Prisela (20) menjadi korban ke-132 tragedi Kanjuruhan yang meninggal. Dikabarkan ia mengalami gagal napas akut dan multitrauma. 

Sebelumnya, Helen menjalani perawatan intensif di RS Saiful Anwar, Malang. Korban datang dalam keadaan kritis, menderita patah tulang, luka di bagian wajah, hingga multitrauma yang membuat paru-parunya cedera. 

Menurut dokter, multitrauma yang dialami mahasiswi kebidanan di RST Soepraoen Malang ini membuat aliran oksigen ke paru-paru semakin buruk. 

“Karena oksigenasi ke paru-paru sangat buruk karena hipoksia, gagal napas akut, atau kalau dalam kedokteran Namanya Acute Respiratory Distress Syndrome berat,” kata salah satu tim dokter penanganan tragedi Kanjuruhan dr. Arie Zainul Faton, kepada media. 

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kondisi medis yang gawat. Gagal napas akut terjadi saat paru-paru mengalami cedera parah, bisa karena infeksi atau trauma. Terjadi penumpukan cairan di kantung udara kecil di paru-paru; disebut alveoli.

Cairan tersebut membuat paru-paru tidak terisi cukup udara, berarti lebih sedikit oksigen yang mencapai aliran darah. Ini membuat organ tubuh kekurangan oksigen, membuat mereka tidak berfungsi normal. 

Bagaimana gagal napas akut mempengaruhi tubuh?

Menurut American Lung Association, pada tahap awal ARDS, cairan dari pembuluh darah terkecil di paru-paru mulai bocor ke dalam alveoli (katung tempat pertukaran oksigen terjadi). Paru-paru menjadi lebih kecil dan kaku, lebih sulit bernapas. 

Jumlah oksigen dalam darah turun, kondisi yang disebut sebagai hipoksemia. Tubuh menjadi ‘kelaparan’ akan oksigen. Ini membahayakan otak dan jaringan lain, menyebabkan kegagalan organ. 

Penyebab ARDS

Melansir Mayo Clinic, normalnya ada lapisan (membran) yang melindungi sehingga cairan tidak bisa masuk ke dalam kantung alveoli. Cedera berat atau sakit parah bisa merusak membran tersebut, menyebabkan cairan bocor (masuk) ke alveoli. 

Penyebab yang mendasari gagal napas akut termasuk:

  1. Sepsis. Penyebab umum terjadinya gagal napas akut adalah sepsis, infeksi sistemik  serius yang menyebar lewat aliran darah. 
  2. Menghirup zat berbahaya. Menghirup zat kimia atau asap dengan konsentrasi tinggi bisa memicu ARDS. 
  3. Pneumonia berat. Radang paru berat biasanya mempengaruhi kelima lobus paru-paru. 
  4. Cedera kepala, dada atau cedera berat lainnya. Kecelakaan, seperti terjatuh atau tabrakan mobil, secara langsung dapat merusak paru-paru atau bagian otak yang mengontrol pernapasan. 
  5. COVID-19. Mereka yang terinfeksi COVID-19 berat bisa berkembang menjadi ARDS. 
  6. Lainnya: radang pankreas (pankreatitis), transfusi darah masif dan luka bakar.    

Gejala 

Penderita gagal napas akut akan mengalami kesulitan bernapas (sesak napas). Mereka bernapas lebih cepat dan jantung berdetak lebih cepat. 

Penderita mungkin juga merasakan sakit ketika mencoba menarik napas. Saat oksigen dalam darah turun, kuku dan bibir mereka bisa berwarna kebiruan. 

Bagaimana gagal napas akut dirawat?

Seseorang dengan gagal napas akut membutuhkan bantuan untuk membuka ruang udara, memasukkan oksigen ke dalam darah dan membuatnya lebih mudah bernapas. Ventilator dan oksigen ekstra digunakan untuk alasan ini, dan dipertahankan sampai cedera sembuh. 

Kondisi gagal napas akut ini berkembang dalam beberapa jam atau hari setelah pasien mengalami cedera atau infeksi. Sayangnya, banyak orang yang tidak selamat dari kondisi ini, termasuk Helen. 

Pada mereka yang beruntung dan selamat setelah mengalami kondisi kritis ini, beberapa berhasil pulih dengan paru-paru sembuh total, sedangkan sebagian mengalami kerusakan paru permanen. 

Sempat bertahan 10 hari

Sebelum meninggal pada Selasa (11/10/2022), Helen sempat berjuang hidup selama 10 hari. 

Paman Helen, KH Muhammad Said, menceritakan bahwa setelah tragedi Kanjuruhan terjadi, dalam kondisi sakit ia sempat pulang dan kemudian di bawa ke RS Cakra Husada di Malang. Namun berselang satu hari, Helen mengalami muntah-muntah dan pusing. 

Akhirnya keluarga membawanya kembali ke RS Saiful Anwar. Di sana dokter melakukan operasi karena terdiagnosis ada perdarahan di perut. Pasca operasi, kondisi Helen terus memburuk, sempat koma dan akhirnya meninggal. (jie)