kegemukan dan obesitas sebabkan sel lemak sakit

Kegemukan dan Obesitas Sebabkan Lemak Sel ‘Sakit’, Picu Penyakit Lain

Anak saya memang gemuk, tetapi dia tidak pernah sakit.” Ungkapan ini kerap kita dengar keluar dari mulut orangtua. Tetapi sayangnya hal itu tidak benar. Kegemukan dan obesitas bisa sebabkan sel lemak sakit, kemudian memicu reaksi peradangan dan menimbulkan penyakit lain.

Dr. Grace Judio-Kahl, MSc, pemerhati gaya hidup yang sekaligus pendiri klinik penurunan berat badan lightHOUSE memaparkan ada yang disebut fat sick disease (adiposopathy), alias penyakit yang disebabkan oleh sel lemak yang sakit. Ini biasa dialami orang yang kelebihan berat badan dan obesitas.

Dalam kondisi normal, lemak yang berkumpul di tubuh berperan untuk penghangat tubuh, memroduksi hormon, melindungi organ dalam dan tulang, dll.

Tapi jika timbunan lemak, terutama di perut, terkena virus atau mengalami mutasi gen membuat lemak menjadi ‘sakit’. Lemak jenis ini akan memroduksi banyak hormon dan protein yang menyebabkan antara lain tekanan darah melonjak.

“Atau tiba-tiba mengalami resistensi insulin sehingga kadar gula naik. Bisa juga tiba-tiba asam urat dan kolesterolnya naik,” urai dr. Grace.    

Sel lemak yang sakit ditandai dengan sel lemak menjadi lebih besar dan melepaskan asam lemak bebas terlalu banyak.

Di kondisi normal, atau saat puasa, tubuh bisa mendapatkan energi dari asam lemak bebas. Tapi jika produksi asam lemak bebas dari sel lemak yang sakit terlalu banyak, justru ‘meracuni’ organ lain, seperti hati, otot dan pankreas.

“Masih ada masalah tulang. Tulang menahan beban yang terlalu berat, sehingga tulang kaki penderita obesitas biasanya akan bengkok. Kaki menjadi berbentuk O. Demikian juga bentuk tulang punggung tidak akan seperti orang normal,” tambah dr. Grace.

Anak gemuk kapan harus khawatir?

Satu hal yang perlu dipahami, anak masih bertumbuh. Orangtua kerap kesulitan memperkirakan berat badan anaknya adalah gemuk normal, atau sudah berlebih.

Pengukuran harus berdasarkan kurva pertumbuhan anak, yang membandingkan antara usia dan IMT (indeks massa tubuh) anak. Grafik tersebut berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Langkah pertama adalah dengan menghitung IMT anak, yakni berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam m²).

Kedua, tarik garis horizontal sesuai IMT anak Anda. Tarik juga garis vertikal sesuai usia si kecil. Perpotongan kedua garis tersebut menunjukkan sudah tergolong obesitaskah anak Anda. Bila titik perpotongan jatuh pada warna merah (> garis persentil 95) anak tergolong obesitas. Warna orange (antara persentil 85-95), anak cenderung kelebihan berat badan (overweight). Warna hijau (antara persentil 5-85) adalah kategori sehat. Warna kuning (< persentil 5), anak diangap kurang berat (underweight).

“Dokter akan melihat dengan berat seperti itu (obesitas), apakah sudah mengganggu kesehatannya. Kalau iya, berat badan harus diturunkan. Jika tidak, si anak tidak boleh bertambah berat, tapi harus tambah tinggi,” ujar dr. Grace.

Caranya, dr. Grace menambahkan, cukup pertahankan jumlah makanan yang dikonsumsi hingga beratnya tidak berubah sampai si kecil remaja dan bertambah tinggi. (jie)