GeNose dipakai syarat perjalanan di semua moda transportasi

GeNose Menjadi Syarat Melakukan Perjalanan Di Semua Moda Transportasi, Apa Kata Ahli?

Pemerintah memperbarui syarat melakukan perjalanan di masa pandemi untuk perjalanan domestik, di semua moda transportasi. Tes deteksi dini berbasis napas GeNose, digunakan sebagai alternatif skrining selain swab PCR dan antigen.

Ketentuan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Satgas Nomor 12 tahun 2021, menggantikan ketentuan sebelumnya (SE Nomor 7 tahun 2021). Berlaku mulai tanggal 1 April 2021.

“Ini kita ada ketentuan perjalanan terbaru yang berlaku efektif mulai 1 April 2021,” terang juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, melalui kanal YouTube BNPB.

Berikut syarat perjalanan mengacu surat edaran terbaru tersebut:

Pulau Bali (udara, laut dan darat)

  1. Menunjukkan hasil RT-PCR maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan
  2. Tes antigen maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan
  3. Tes GeNose di bandara, pelabuhan dan terminal sebelum keberangkatan

Pulau Jawa dan luar Jawa

Transportasi udara

  1. Surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR maksimal 3x24 jam sebelum keberangkatan
  2. Surat keterangan hasil negatif antigen maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan
  3. Tes negatif hasil GeNose di bandara udara sebelum berangkat

Transportasi laut

  1. Surat keterangan hasil negatif RT-PCR atau antigen 3x24 jam sebelum berangkat
  2. Hasil negatif tes GeNose di pelabuhan sebelum berangkat

Kereta api antarkota

  1. Surat keterangan hasil negatif RT-PCR atau antigen 3x24 jam sebelum keberangkatan
  2. Tes negatif hasil GeNose di stasiun kereta api sebelum berangkat

Transportasi darat pribadi

  1. Dihimbau melakukan tes RT-PCR atau antigen dengan hasil negatif 3x24 jam sebelum keberangkatan
  2. Hasil negatif tes GeNose di rest area

Transportasi darat umum

  1. Dilakukan tes acak rapid antigen atau GeNose apabila diperlukan oleh Satgas Penanganan COVID-19 daerah

Tambahan:

Anak-anak di bawah 5 tahun tidak diwajibkan melakukan tes RT-PCR / swab antigen/ tes GeNose sebagai syarat perjalanan.

Masih ada ancaman varian virus corona B117

Di satu sisi, dr. Pandu Riono PhD, MPH, ahli wabah dari Universitas Indonesia yang sejak semula kontra dengan penggunaan tes berbasis hembusan napas dipakai secara luas karena masih bersifat eksperimen, mengingatkan adanya varian B117 yang sudah masuk di Indonesia dan potensi penyebarannya yang lebih cepat.

“Varian B117 sudah dianggap sebagai penularan lokal, lebih menular dan tinggi kematian. Penyebarannya akan mengikuti pola mobilitas orang, termasuk penggunaan moda transportasi. Skrining yang akurat penting jadi pilihan utama. Jangan anggap remeh, dorong penyebaran B117,” tulis dr. Pandu di akun Twitter-nya.

Ia menekankan situasi pandemi tahun 2021 berbeda (dari 2020), lebih berbahaya bila tidak menggunakan tes yang menjadi gold standard dan telah diyakini akurasinya.

“Metode deteksi virus berbasis hembusan napas masih fase eksperimental. Wajarnya belum layak untuk dipakai skrining, bukan pengganti tes swab antigen & PCR. Bahaya dan berisiko dengan peluang false negative (negatif palsu), dalam kondisi pandemi dengan kehadiran mutan varian SARS-CoV-2 yang lebih ganas,” imbuhnya.

Dilakukan di beberapa negara

Sebenarnya tes berbasis hembusan napas juga dikembangkan oleh beberapa negara. Univeristas Tohoku, di Sendai City, Jepang, bekerjasama dengan Shimadzu Corporation sedang mengembangkan alat yang disebut ‘breathomics’ untuk menganalisa virus dan biomolekul yang terkandung dalam aerosol napas dalam 5 menit.

Tim peneliti bertujuan untuk menerapkan teknologi breathomics ini untuk penyakit menular dan tidak menular lainnya, untuk lebih mendekatkan pemantauan kesehatan di masa depan.

Di Belanda, setelah berbulan-bulan uji coba, otoritas kesehatan Belanda pada awal Februari lalu mulai menggunakan SpiroNose – tes napas seperti GeNose – sebagai tes cepat deteksi virus corona.

Namun badan kesehatan regional Belanda menghentikan penggunaan alat tersebut setelah adanya sejumlah hasil yang salah dilaporkan di wilayah Amsterdam. Beberapa orang yang dinyatakan negatif virus corona menggunakan SpiroNose ternyata positif menggunakan tes PCR.

Inggris pun tercatat sudah dilakukan riset (skala kecil melibatkan sekitar 100 orang) menggunakan alat yang dikembangkan oleh perusahaan Imspex Diagnostics.

Dilansir dari BBC, tes tersebut mampu mendeteksi kimiawi khusus untuk virus corona dalam aerosol napas, yang kemudian dikonfirmasi dengan tes usap. Dalam 80% kasus, mereka dapat memprediksikan secara akurat apakah seseorang menderita COVID-19, membedakan dengan penyakit pernapasan lain seperti asma atau pneumonia.  

Dua uji coba juga sedang dilakukan menggunakan alat dari Imspex Diagnostics pada pasien rumah sakit di Edinburgh dan Dortmund, Jerman. Uji coba lain juga dilakukan oleh University of Miami, AS. (jie)