Kurva kasus COVID-19 di India sempat turun drastis selama beberapa bulan terakhir, tetapi hanya butuh 15 hari untuk terjadi lonjakan gelombang kedua. Tercatat ada penambahan kasus hingga lebih dari 200.000 per hari.
Di awal Maret 2021 lalu, Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan mendeklarasikan bila India sudah memasuki babak akhir perang melawan pandemi COVID-19. Sebelumnya di Januari, Hars Vardhan menyebut negaranya berhasil mencapai herd immunity.
Euforia sebenarnya telah terbangun sejak akhir tahun lalu. Para politisi, pembuat kebijakan percaya bila India benar-benar menang melawan pandemi ini. Pada bulan Desembern 2020, pejabat bank sentral India mengumumkan bila India ‘membengkokkan kurva infeksi COVID-19.”
Sikap optimisme tersebut didasarkan pada penurunan tajam infeksi yang dilaporkan. Sejak pertengahan September 2020 yang dianggap sebagai puncak pandemi di India dengan lebih dari 93.000 kasus baru per hari, infeksi terus melandai.
Di Februari 2021, India mencatat rerata kasus baru sekitar 11.000 kasus per hari, dengan rata-rata kematian turun hingga kurang dari 100. Pemerintah pun mengumumkan pemilu di lima negara bagian, dengan 186 juta orang berhak memilih.
Mulai 27 Maret, pemungutan suara akan berlangsung selama sebulan. Kampanye telah dimulai dengan gencar, tanpa protokol kesehatan dan menjaga jarak sosial.
Pada pertengahan Maret sempat dihelat pertandingan kriket. Mengizinkan lebih dari 130.000 penggemar, sebagian besar tanpa masker, untuk menonton dua pertandingan internasional antara India dan Inggris di stadion Narendra Modi di Gujarat.
Pemerintah India juga memperbolehkan dilakukannya perayaan keagamaan, termasuk festival Hindu Kumbh Mela yang melibatkan lebih dari 1 juta orang berkumpul.
Darurat kesehatan masyarakat
Situasi berubah drastis pada April, India berada dalam cengkeraman gelombang kedua COVID-19. Pertengahan April tercatat rata-rata ada 100.000 kasus baru dalam sehari. Di Minggu (18/4/2021), India mencatat lebih dari 275.000 kasus dan lebih dari 1.600 kematian. Keduanya adalah rekor baru dalam satu hari.
Dalam laporan oleh The Lancet COVID-19 Commission dijelaskan bila infeksi tidak ditangani, mungkin terjadi lebih dari 2.300 kematian per hari pada minggu pertama Juni 2021.
India pun berada dalam cengkeraman darurat kesehatan masyarakat. Melansir CNN, kamar mayat dan area pemakaman penuh, terjadi antrean panjang ambulans di banyak rumah sakit, bahkan ada dua orang pasien yang harus bebagi satu tempat tidur.
“Mereka tidak memberi tahu saya selama tiga jam bahwa anak saya sudah meninggal,” kata seorang ibu yang kebingungan duduk di luar ICU.
“Kali ini kami melihat orang-orang yang lebih muda antara 20-40 tahun mengalami gejala serius, dan bahkan anak-anak sekarang dirawat di rumah sakit dengan gejala parah,” kata Dr Shashank Josi, anggota satgas COVID-19 Mumbai.
Di Surat, negara India bagian Gujarat, krematorium dipenuhi korban COVID-19 sehingga banyak keluarga mulai membakar jenazah mereka di tempat terbuka.
AFP melaporkan, setelah festival Kumbh Mela atau ritual mandi di sungai Gangga, dari sekitar 50 ribu sampel yang diambil 1000 dinyatakan positif. Kebanyakan peserta tidak menerapkan prokes.
Umat Hindu di India percaya mandi di sungai Gangga membebaskan orang dari dosa, dan festival Kumbh Mela itu membawa keselamatan saat hidup dan mati.
Vaksinasi masif namun…
Meskipun sejauh ini lebih dari 108 juta orang telah divaksinasi, tetapi itu belum cukup untuk menghentikan penyebaran corona di negara berpenduduk 1,3 milar ini.
Upaya vaksinasi besar-besaran di India pun bukan tanpa hambatan. Ketika negara ini tengah meningkatkan vaksinasi lebih dari 100 juta dosis pada minggu lalu, dilaporkan ada kekurangan vaksin.
Serum Institute of India – perusahaan pembuat vaksin milik negara sekaligus terbesar di dunia – mengatakan tidak dapat meningkatkan pasokannya sebelum Juni mendatang karena tidak memiliki cukup dana untuk meningkatkan kapasitas.
India menangguhkan sementara semua ekspor vaksin Oxford-AstraZeneca, karena sangat dibutuhkan di dalam negeri, dan mengizinkan impor vaksin asing. Bahkan oksigen kemungkinan besar akan diimpor untuk memenuhi lonjakan permintaan.
Pada Selasa (13/4/2021), otoritas kesehatan India menyetujui vaksin Spunik V dari Rusia untuk penggunaan darurat di India. Mereka juga membuka jalan bagi vaksin COVID-19 milik Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson untuk segera mendapatkan izin penggunaan darurat.
Namun para pakar meyakini vaksinasi COVID-19 tanpa protokol kesehatan yang disiplin tetap tidak akan efektif. (jie)