Uji Coba Makan Siang Bergizi Gratis di Cikarang, Seperti Apa Ya?

Uji Coba Makan Siang Bergizi Gratis di Cikarang, Seperti Apa Ya? Yuk Kita Intip

Uji coba Program Makan Bergizi Gratis (PMBG) sudah mulai dilakukan di beberapa daerah. Menegakkan dukungannya terhadap program ini, Frisian Flag Indonesia (FFI) sejak Oktober lalu telah menjalankan proyek uji coba berupa penyiapan makanan bergizi untuk >2.000 siswa di 10 sekolah di area Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dalam pelaksanaannya, FFI menggandeng Indonesia Food Security Review (IFSR), Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGK FKM UI), serta mitra terkait lainnya. Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro, menyampaikan, "Keterlibatan Frisian Flag Indonesia dalam uji coba program makan bergizi mencerminkan visi 'Nourishing Indonesia to Progress,' yang konsisten kami realisasikan melalui penyediaan produk bergizi dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.”

Jumat, 29 November lalu, OTC Digest berkesempatan melihat langsung uji coba tersebut di SDN Pasir Ranji 04, Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat. Hari itu, menunya nasi, ayam goreng tepung, sop jagung sosis, pisang, dan susu. Anak-anak makan bersama di kelas masing-masing, didampingi wali kelasnya. “Sejak ada program ini, anak-anak jadi tidak jajan sembarangan, karena makan bersama ini dilakukan saat istirahat, jam 9.30,” ujar Ibu Yani, Wali Kelas 1.

Tidak sekadar makan bersama dengan menu makan sehat dan bergizi, anak-anak juga diajarkan untuk lebih sadar kesehatan. “Sebelum makan, mereka cuci tangan dulu dengan sabun. Saya juga dorong mereka untuk makan sayur. Yang awalnya susah sekali, sekarang mulai mau makan sayur sedikit-sedikit,” ujar Yani.

Ibu Yani menyemangati anak didiknya untuk makan sayur / Foto: Hanida (OTC Digest)

Dampak Luas Program Makan Bergizi Gratis

Direktur Eksekutif IFSR, I Dewa Made Agung menjelaskan, “Dalam program uji coba yang digagas bersama Frisian Flag Indonesia ini, kami memastikan menu yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi harian anak, dengan harga ideal yaitu Rp15.000 per porsi.”

Menurut Agung, PMBG sejalan dengan SDG maupun rencana pembangunan jangka menengah dan panjang pemerintah. “Kalau presiden terdahulu Jokowi membangun otot, sekarang otaknya. Tiap makanan yang disajikan sehat and mencukup kebutuhan gizi setiap hari,” ujar Agung.

Ki - ka: Andrew F. Saputro, Prof. Dr. drg Sandra Fikawati MPH; dan I Dewa Made Agung / Foto: R&R Public Relations

Dampak dari Program Makan Bergizi Gratis tidak hanya untuk anak-anak, tapi lebih luas lagi. Dalam prosesnya, banyak pihak yang ikut terlibat, termasuk komunitas sekolah. Mulai dari penyiapan hingga pengiriman makanan, serta memastikan pengelolaan limbah dilakukan secara berkelanjutan. Di area Cikarang misalnya, ada 9 suplier lokal, 29 pekerja, dan nutrisionis/ahli gizi yang terlibat.

Perekonomian keluarga pun bisa ikut membaik. “Orangtua bisa menabung Rp 15.000 setiap hari karena anak sudah mendapat makan bergizi gratis di sekolah, dan uangnya digunakan untuk kebutuhan lain. Di negara-negara lain yang telah menjalankan program makan siang bergizi di sekolah, setiap $1 yang dikeluarkan bisa memberikan hasil investasi hingga enam kali lipat,” papar Agung.

Akses ke Makanan Sehat Bergizi

Menu untuk makan anak berganti setiap hari. Menu yang disajikan sesuai dengan pedoman Isi Piringku, terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani, dan sayur. “Tidak hanya gizinya terpenuhi, tapi juga kita sesuaikan dengan selera anak-anak setempat. misalnya di daerah Sukabumi, mereka suka jajan seblak. Kita berupaya membuat seblak yang lebih sehat dan bergizi,” ujar Agung.

Di samping menu utama, juga ada pendamping berupa buah atau puding (bergantian), dan susu. “Awalnya saya pikir anak-anak tidak suka susu. Ternyata mereka bukannya tidak suka, melainkan tidak punya akses. Ketika diberikan susu, mereka suka bahkan sering minta tambah,” lanjut Agung.

Berdasarkan hasil evaluasi uji coba sejak Oktober, ditemukan bahwa lauk, susu dan puding selalu habis. Sayur masih banyak yang bersisa. “Memang umumnya anak-anak susah makan sayur. Tapi kalau tidak dikasih, mereka makin tidak makan. Jadi harus dibiasakan, kita kasih terus,” ucap Agung.

Contoh menu makan siang bergizi di SDN Pasir Ranji 04, Sukamahi, Cikarang Pusat / Foto: R&R Public Relations

Mengapa susu perlu diberikan? “Untuk mencegah malnutrisi, anak perlu mengonsumsi makanan dengan gizi yang tepat. Untuk mendukung pertumbuhan yang optimal, anak butuh protein, utamanya protein hewani karena mengandung asam amino esensial lengkap. Susu adalah salah satu sumber protein hewani yan sangat baik karena mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral seperti vitamin D, vitamin A, zinc, kalsium, fosfor, dan magnesium,” terang Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (PKGM FKM) UI, Prof. Dr. drg Sandra Fikawati MPH.

Prof. Fika melanjutkan, uji coba PMBG dengan memasukkan susu sangatlah penting. “Susu memiliki berbagai manfaat untuk tubuh seperti meningkatkan fungsi kognitif anak, membantu perkembangan otot, meningkatkan kepadatan tulang, memperkuat imunitas, mengatur sistem kekebalan tubuh, memberikan rasa kenyang lebih lama, dan membantu mengatur berat badan,” jelas Prof. Fika.

Ia menegaskan, program ini memberikan kesempatan anak untuk makan bergizi sehingga bisa mnurunkan staus gizi buruk an meningkatkan status gizi baik. Namun tak kalah penting, peningkatan pengetahuan gizi bagi guru dan orangtua. “Guru juga harus paham mengenai pentingnya protein hewani untuk memenuhi asam amino esensial,” imbuhnya.

Rp 15.000 Cukup, kalau 10.000?

Uji coba di beberapa daerah telah menunjukkan bahwa Rp 15.000 cukup untuk makan bergizi gratis di sekolah, lengkap dengan susu. Namun sayangnya, kabar terakhir menyebutkan, anggaran tersebut menciut jadi Rp 10.000 saja, seperti diungkapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

Menurut pihak Istana, anggaran Rp 10.000/porsi sudah dilakukan dalam uji coba di berbagai daerah selama hampir setahun terakhir ini. Ditengarai, anggaran sebesar Rp 10.000 bisa memenuhi asupan kalori hingga 600 – 700 kkal.

Suasana makan siang di Kelas 1 SDN Pasir Ranji 04, Sukamahi, Cikarang Pusat / Foto: Hanida (OTC Digest)

Tentu saja, kita sangat menyayangkan hal ini. Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dipertimbangkan untuk menekan biaya PMBG. Misalnya dilakukan tidak setiap hari, cukup 2-3 kali per minggu. Secara umum, sangat jarang negara yang menerapkan makan siang di sekolah setiap hari. Jepang dengan program school lunch yang sangat baik, tidak semua SD menjalankannya setiap hari; hanya sebagian saja.

Cara lain, program makan siang bergizi gratis difokuskan di daerah-daerah tertentu misalnya yang angka stuntingnya tinggi, tingkat perekonomiannya kurang, dan terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Bagaimana menurut Pembaca sekalian? (nid)