Luka di kaki merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling banyak ditemui. Luka kaki diabetes ini jika tidak ditangani dengan benar bisa berujung pada amputasi. Ini sebabnya penting mencegah timbulkan komplikasi diabetes di kaki.
Diabetes merupakan penyakit yang bersifat menahun dan progresif. Kadar gula darah tinggi akan mengeluarkan produk-produk bersifat racun yang bisa merusak pembuluh darah dan sistem saraf tepi (menjulur dari tulang belakang sampai ke ujung tangan dan kaki).
Gangguan saraf tepi – disebut neuropati perifer- inilah cikal bakal terjadinya luka kaki diabetes (ulkus kaki diabetik). Kerusakan saraf tepi menyebabkan penderita diabetes tidak merasakan sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki. Riset tahun 2001 mencatat sekitar 64,6% penderita diabetes mengalami neuropati.
Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTMH, SpPD-KEMD, FINASIM, Ketua Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok, menjelaskan luka di kaki sebagai komplikasi diabetes ini bisa diawali dari memakai sepatu yang terlalu sempit/longgar.
“Terjadi gesekan yang tidak disadari (dirasakan) sampai akhirnya timbul luka. Ada kerusakan kulit sampai jaringan di bawah kulit,” kata Prof. Mardi, dalam acara Daewoong Media Day secara daring, pada Selasa (6/4/2021).
Komplikasi luka kaki diabetes ini, imbuh Prof. Mardi, dari ulkus sampai gangrene. Ada kerusakan dan kematian jaringan yang didahului peradangan di permukaan kulit hingga luka bernanah.
Bila terjadi perburukan, luka menjadi kehitaman, berbau busuk akibat kematian jaringan kulit, lemak, otot, pembuluh darah atau saraf di bawah kulit.
Data dari beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia penderita komplikasi kaki diabetes sekitar 15-24%. Luka kaki ini tidak bisa diduga kapan datangnya, bahkan hanya dengan menginjak kerikil saat berjalan tanpa alas kaki bisa berakibat fatal.
Baca: Direktur RSPP dr. Abdul Haris Tri Prasetya, SpPD : Menginjak kerikil, Kaki Bisa Diamputasi!
Awalnya hanya bengkak. Karena suplai darah terganggu, luka menjadi infeksi dan bisa semakin parah, menjadi gangrene dan nekrotik (terjadi kematian jaringan).
Segera periksa
Prof. Mardi menekankan sebagai tindakan pencegahan luka kaki diabetes, penderita diabetes perlu segera periksa ke dokter jika ada tanda-tanda kemerahan di kaki.
“Pada luka grade 1-2 (dari 5 tingkatan luka) jika cepat ditangani, diberi obat EGF (epidermal growth factor untuk memperbaiki jaringan luka di kulit), kendalikan gula darah, luka bisa disembuhkan. Yang sulit apabila luka sudah masuk grade 4-5,” katanya.
Studi pada penderita luka kaki diabetes grade 2 yang disemprotkan obat EGF, dua kali sehari, selama 12 minggu menunjukkan perbaikan luka kaki dan peningkatan persentase kesembuhan total, dibandingkan kelompok plasebo.
Namun terjadi luka kaki diabetes penderita diabetes bisa melakukan cara sederhana untuk mencegah luka kaki.
Berikut tips mencegah luka diabetes di kaki:
- Kontrol gula darah dan rutin konsultasi ke dokter.
- Pemeriksa kaki setiap hari; periksa apakah ada bintik merah, luka, bengkak, atau lecet. Gunakan cermin atau minta bantuan orang lain untuk melihat telapak kaki.
- Tetap aktif. Rencanakan program aktivitas fisik dengan dokter.
- Tanya ke dokter tentang penggunaan sepatu khusus.
- Rajin cuci kaki, lalu keringkan terutama di antara jari-jari kaki.
- Usahakan kulit tetap lembut dan halus. Gosok bagian punggung dan telapak kaki, tetapi jangan di sela jari-jari, dengan losion.
- Potong kuku kaki dan amplas ujung-ujungnya dengan kikir kuku.
- Pakai sepatu dan kaus kaki. Jangan pernah berjalan tanpa alas kaki. Pastikan di dalam sepatu tidak ada benda yang dapat menimbulkan luka.
- Lindungi kaki dari panas dan dingin. Jangan merendam kaki di air panas. Jangan gunakan botol air panas, bantalan pemanas atau selimut listrik, karena dapat membakar kaki tanpa disadari.
- Jaga aliran darah ke kaki dengan meletakkan kaki di lantai saat duduk. Goyang jari-jari kaki dan gerakkan pergelangan kaki naik turun selama 5 menit, 2-3x sehari. Jangan terlalu lama menyilangkan kaki.
- Hindari rokok karena akan memperburuk kondisi pembuluh darah.
“Segera diobati jangan sampai menjadi ulkus (luka), apa lagi sampai amputasi,” pungkas Prof. Mardi. (jie)