Olahraga perlu dilakukan saat puasa, agar kesehatan tetap terjaga. Bisa dilakukan saat subuh, sore atau malam hari. Perlu cukup minum agar tidak dehidrasi.
Olahraga di bulan Ramadhan, mengapa tidak? “Kalau sebelumnya tidak pernah olahraga lalu di bulan puasa tercetus keinginan untuk lebih sehat, itu bagus,” tutur dr. Michael Triangto, Sp.KO dari Slim + Health sport Therapy, Jakarta. Bila kebugaran sudah tercapai, usai bulan Ramadhan kita bisa pertahankan.
Saat berpuasa, olahraga bisa dilakukan di pagi, sore atau malam hari. Setelah sahur dan sholat subuh, bisa jalan kaki cepat selama 30 menit bersama anggota keluarga. “Selain menyehatkan, dapat mempererat hubungan keluarga. Biasanya, bangun pagi kan langsung berangkat kerja,” ujar dr. Mike.
Jalan cepat merupakan olahraga aerobik, yakni olahraga dengan gerakan yang dilakukan berulang-ulang dan dalam intensitas sedang. Indikatornya, kita tetap bisa bernapas dan berbicara selama berolahraga. Ini akan meningkatkan pembakaran lemak, menurunkan kadar kolesterol dan memperbaiki asupan oksigen, sehingga tidak mudah mengantuk dan capek saat bekerja di siang / sore hari.
Olahraga bisa dilakukan sore hari menjelang buka puasa. Pada waktu ini, olahraga bisa lebih ‘berat’ dan lama, mislanya jogging selama 45 menit. Bila memilih olahraga malam hari, bisa lebih berat dan lebih lama lagi. Misalnya jogging selama 1 jam, atau heat yakni kombinasi jogging-lari berganti-ganti selama ½ jam. Cara ini membuat tubuh membakar lemak lebih cepat dalam waktu latihan yang lebih pendek.
“Malam hari bisa olahraga seperti ini, karena setiap saat bisa minum sehingga tidak khawatir dehidrasi,” terangnya.
Jalan cepat pagi hari tidak menyebabkan haus? “Yang kita butuhkan adalah geraknya, bukan keringat. Di pagi hari, udara masih sejuk dan matahari belum muncul; keringat yang keluar tidak terlalu banyak. Kita harapkan aman,” papar dr. Mike.
Ada baiknya melakukan uji coba, dengan jalan kaki selama 20 menit. Perhatikan, apakah hal itu membuat tubuh terasa loyo, mengantuk atau haus di siang hari. Bila ya, lakukan penyesuaian. Misalnya waktu latihan diperpendek, jarak tempuh dikurangi, atau geser jadwal olahraga ke sore / malam hari. Sesuaikan olahraga dengan kemampuan, kesehatan dan kondisi fisik.
Perhatikan asupan cairan. Kecukupan cairan bisa dinilai dengan melihat warna urin setelah buang air kecil di kloset duduk. “Jangan langsung disiram, lihat: makin gelap / pekat warna urin, berarti makin berat kekurangan cairan yang dialami,” terang dr. Mike.
Selama puasa, asupan cairan harus diisi, dengan minum secukupnya tiap kali ada kesempatan, “Jangan langsung bergelas-gelas, pelan-pelan saja.”
Minum segelas air saat bangun menhjelang sahur, minum lagi 1-2 gelas saat sahur dan sebelum imsak. Saat berbuka, minum segelas teh manis hangat, lanjutkan minum tiap kali ingin minum hingga waktu tidur.
“Saya anjurkan untuk mulai mengatur jumlah cairan satu minggu sebelum puasa, agar kebutuhan cairan saat puasa tercukupi,” tutup dr. Mike. (nid)