tidur terganggu picu kematian akibat penyakit kardiovaskular

Tidur Terganggu Tingkatkan Risiko Kematian, Terutama pada Wanita

Penelitian terbaru melihat hubungan jelas antara frekuensi dan durasi tidur malam yang terganggu dan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung, terutama pada wanita.

Riset yang dipublikasikan di European Heart Journal ini melibatkan 8001 pria dan wanita. Mereka menemukan bila wanita dewasa yang sering terbangun tetapi tidak sadar, memiliki risiko kematian hampir dua kali lipat akibat penyakit kardiovaskular, dibandingkan populasi umum.

Hubungannya tidak terlihat jelas pada pria. Tetapi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat lebih dari seperempat, dibandingkan dengan populasi pria umumnya.

Tidur terganggu dengan terbangun dengan tidak sadar, juga dikenal sebagai cortical arousal (keterangsangan area korteks di otak), merupakan bagian normal dari tidur. Ini terjadi secara spontan dan merupakan kemampuan tubuh untuk merespons situasi yang berpotensi berbahaya.

Nyeri, gerakan tangan/kaki, suhu, dan cahaya juga bisa membuat tidur kita terganggu.

Dominik Linz, profesor di departemen kardiologi Maastricht University Medical Center, Belanda, menjelaskan, pemicu umum cortical arousal adalah sleep apnea. “Di mana terjadi henti napas sesaat dan ada rangsangan sistem agar tubuh kita mengubah posisi tidur dan membuka kembali saluran napas atas,” katanya, melansir India Times.

Gangguan tidur juga bisa diakibatkan ‘polusi suara’, misalnya kebisingan pesawat / kereta api di malam hari. “Tergantung dari seberapa kuat rangsangan di korteks, seseorang mungkin menjadi sadar atas kondisi lingkungannya, tetapi sering kali tidak demikian.”

“Biasanya, orang akan merasa lelah dan tidak bugar saat bangun pagi karena fragmentasi tidur mereka (tidur yang terputus-putus),” imbuh Linz.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bila durasi tidur, baik terlalu cepat atau lama, berhubungan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular atau sebab lain. Tetapi hingga saat ini, belum diketahui apakah juga ada hubungannya dengan arousal burden (kombinasi beberapa jumlan dan durasi cortical arousal) selama tidur dan risiko kematian.

Dalam penelitian yang dipimpin oleh Prof. Liz dan Profesor Mathias Baumert dari School of Electrical and Electronic Engineering, di University of Adelaide (Australia) tersebut, tim mengikuti partisipan rata-rata 6-11 tahun.  

Setelah menyesuaikan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil, seperti durasi tidur total, usia, riwayat kesehatan, indeks massa tubuh (IMT) dan kebiasaan merokok, peneliti menemukan bahwa wanita memiliki arousal burden lebih rendah dibanding pria.

Namun, wanita dengan arousal burden lebih dari 6,5% dari tidur malam, berisiko lebih besar meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Risiko itu naik hingga 12,8%, dibanding wanita lain yang seusia di populasi umum dengan risiko hanya 6,7%. Risiko mereka untuk meninggal akibat sebab lain juga naik antara 1,2 – 1,6%.

Pria dengan arousal burden lebih dari 8,5% tidur malam mereka berisiko 1,3 kali lebih besar meninggal akibat penyakit kardiovaskular atau penyebab apapun.

Prof. Linz mengatakan, “Tidak jelas kenapa ada perbedaan antara pria dan wanita, tetapi ada beberapa penjelasan potensial. Pemicu arousal atau respons tubuh terhadap arousal mungkin berbeda antara pria dan wanita. Wanita dan pria memiliki mekanisme kompensasi yang berbeda untuk mengatasi efek merugikan ini.”

“Wanita mungkin memiliki ambang arousal yang lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan beban pemicu yang lebih tinggi dibandingkan pria.”

Ia menambahkan, faktor usia, IMT dan keparahan sleep apnea akan meningkatkan arousal burdens. “Bila usia tidak bisa dirubah, IMT dan sleep apnea bisa dimodifikasi sehingga bisa menurunkan arousal burdens.”

“Apakah ini akan menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular memerlukan studi lebih lanjut. Bagi saya, tidur yang terganggu membantu mengidentifikasi pasien mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular.” (jie)