Susu A2 Berbeda dengan Susu Sapi Biasa, Ini Keunggulannya

Susu Sapi A2 Berbeda dengan Susu Sapi Biasa, Ini Keunggulannya

Ternyata tidak semua susu sapi itu sama. Ada susu sapi A1 yang banyak ditemukan di pasaran, dan ada susu sapi A2. Nah, protein beta-kasein yang terkandung dalam susu sapi A2 berbeda dengan yang ada pada susu A1.

Susu sapi A1 memiliki dampak kurang baik bagi kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dulu, hal ini ini dianggap kontroversial. Namun makin banyak bukti ilmiah yang mendukung hal ini, dan membuktikan bahwa susu sapi A2 berbeda dengan susu biasa (susu sapi A1).

Mutasi gen A2 menjadi A1

Beta-kasein adalah jenis protein spesifik yang ada pada semua susu yang dihasilkan mamalia. Di masa lampau, semua sapi memiliki dua salinan A2 dalam gen mereka, disebut sapi A2-A2. “Namun terjadi mutasi sehingga sebagian sapi memiliki satu salinan A2 dan satu salinan A1, dan sebagian lain memiliki dua salinan A1,” terang Prof. Keith Woodford, M.Agr.Sc, Ph.D dari Universitas Lincoln, Selandia Baru.

Umumnya, sapi yang mengalami mutasi gen A2 menjadi A1 adalah sapi-sapi Eropa. Semua sapi dan hewan ternak lain yang berasal dari Afrika dan Asia memiliki gen A2-A2. Namun sayangnya sapi-sapi yang sekarang banyak diternak, termasuk di Indonesia, umumnya berasal dari Eropa, sehingga memiliki gen A1.

Sapi dengan gen A2-A2 menghasilkan susu beta-kasien A2; sapi yang memiliki gen A2-A1 menghasilkan susu campuran beta-kasein A1 dan A2, dan sapi dengan gen A1-A1 menghasilkan susu beta-kasein A1. “Beta-kasien A1 hanya ditemukan di sapi keturunan Eropa,” tegas Prof. Keith, dalam diskusi daring beberapa waktu lalu. Ia menambahkan, ASI 100% mengandung beta-kasein A2, sehingga tidak menimbulkan masalah pada bayi, dan akan meningkatkan imunitas tubuhnya.

Mengapa susu sapi A2 berbeda

Lantas, apa bedanya susu sapi A2 dengan A1? “Susu dari sapi yang memiliki salinan gen A1 dicerna secara berbeda,” jelas Prof. Keith. Lebih lanjut ia menjelaskan, di saluran cerna, beta-kasein A1 melepaskan fragmen peptida yang disebut beta-casomorphin7 (BCM7). BCM7 memiliki banyak dampak terhadap kesehatan organ tubuh.

Dampak jangka pendek

Susu sapi A1 memiliki efek langsung pada saluran cerna. “Beta-kasein A1 memperlambat perjalanan makanan di saluran cerna. Ini bisa menimbulkan kembung, sakit perut, dan rasa tidak nyaman,” paparnya. Susu sapi A2 berbeda karena mudah dicerna, sehingga lebih nyaman untuk pencernaan. Ini dampak yang bisa langsung terasa.

Selain itu, bukti-bukti menunjukkan bahwa kondisi intoleransi laktosa sering kali disebabkan oleh susu sapi A1, karena ada interaksi antara intoleransi laktosa dengan intoleransi beta-kasein A1. “Beta-kasein A1 membuat intoleransi laktosa makin buruk,” imbuhnya. Sebaliknya, efek susu sapi A2 pada intoleransi laktosa sangatlah minimal.

Dampak jangka panjang

Yang lebih mengkhawatirkan yakni dampak jangka panjang dari susu sapi A1. Seperti telah disebutkan, beta-kasein A1 akan menghasilkan BCM7. “Sesuai namanya, BCM7 adalah kasein yang memiliki efek seperti morfin, dan banyak organ tubuh yang memiliki reseptor μ-opioid,” jelas Prof. Keith. Maka saat BCM7 masuk ke aliran darah, dia akan menempel pada reseptor μ-opioid. Otak, jantung, paru, pankreas, dan ginjal termasuk organ yang memiliki reseptor μ-opioid. Reseptor μ-opioid juga ditemukan pada sel T di sistem imun. “Ini berarti, BCM7 juga bisa memengaruhi imunitas,” tegasnya.

BCM7 memiliki sifat peradangan. Alhasil bila ia menempel pada reseptor μ-opioid di organ tubuh kita, bisa terjadi peradangan pada organ-organ tubuh tersebut. “Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kondisi autoimun, di mana sistem imun tubuh menyerang tubuh sendiri. Penyakit jantung dan diabetes tipe 1 termasuk dua di antaranya,” ucap Prof. Keith. Gangguan pernapasan juga bisa terjadi karena reseptor μ-opioid juga terdapat di paru.

Berbagai studi menemukan adanya ikatan yang sangat kuat antara diabetes mellitus tipe 1 (DM1) dengan konsumsi susu sapi A1. Negara-negara dengan susu yang mengandung beta-kasein A1 seperti Finlandia dan Swedia, memiliki angka DM1 yang tinggi. Adapun Jepang dan Venezuela dengan konsumsi susu sapi A1 yang rendah, memiliki angka DM1 yang rendah pula. Kematian akibat serangan jantung iskemik pun paling tinggi di Finlandia, dan paling rendah di Jepang. “Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan belaka,” tandasnya.

Penelitian lain menunjukkan, di awal 1990 banyak anak Samoa yang tinggal di Selandia Baru mengidap DM1. Namun di Kenya, anak-anak yang minum susu sapi tidak mengidap DM1. Prof. Bob Elliott, peneliti yang juga dokter anak, meneliti kasus ini. Ia menemukan bahwa susu sapi di Kenya ternyata mengandung beta-kasein A2. Ia menyimpulkan, penyebab anak mengidap DM1 bukanlah dari berapa banyak susu sapi yang mereka konsumsi, melainkan dari kandungan beta-kasein A1 dalam susu sapi yang mereka konsumsi.

Susu sapi A2 berbeda karena tidak melepaskan BCM7, sehingga tidak akan memunculkan berbagai risiko penyakit di atas, dan lebih baik untuk imunitas tubuh. Sayangnya, tidak ada cara untuk memodifikasi susu sapi A1 menjadi A2; baik melalui makanan sapi, ataupun teknologi pengolahan susu. “Satu-satunya cara untuk menghasilkan susu sapi A2 adalah dengan mengembangbiakkan sapi A2,” tegas Prof. Keith.

Susu sapi A2 di dunia dan Indonesia

Dulu, teori mengenai susu sapi A2 vs A1 ditentang habis-habisan oleh perusahan susu. Namun dengan makin berkembangnya bukti ilmiah, banyak perusahaan susu mulai membiakkan sapi-sapi A2. Secara fisik, tidak ada perbedaan antara sapi A2 dengan A1. Satu-satunya cara mengetahuinya adalah dengan tes DNA. Semua perusahaan penghasil sperma sapi kini memiliki program besar, yakni mengubah suplai sperma sapi menjadi A2 ke seluruh dunia. Perlahan tapi pasti, sapi perah pada akhirnya akan memiliki gen A2-A2. Tentu perlu waktu, tapi hal ini tidak mustahil.

Berbagai perusahaan susu besar asal Amerika, Selandia Baru, Australia, dan Tiongkok kini bahwa paham susu sapi A2 berbeda, dan mereka menyadari pentingnya menyediakan susu sapi A2 untuk kesehatan konsumen. Susu sapi A2 bisa dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang lanjut usia (lansia). Sususapi  A2 kini juga sudah diproduksi di Indonesia, dan bisa ditemukan di pasaran.

Susu sapi A2 bisa dikenali melalui pencantuman A2 pada label kemasan susu. Maka bacalah label kemasan dengan teliti. Secara fisik, hampir tidak bisa terlihat bahwa susu sapi A2 berbeda dengan susu sapi A1. Ada beberapa orang yang bisa merasakan perbedaan rasanya, tapi secara umum sangatlah sulit membedakannya. “Satu-satunya cara memastikan bahwa susu yang kita minum benar-benar susu sapi A2 adalah dengan memilih susu yang diproduksi oleh perusahaan yang memiliki sistem quality assurance. Perusahaan seperti ini menjamin bahwa susu mereka berasal dari sapi A2,” pungkas Prof. Keith. (nid)

______________________________________________

Ilustrasi: Flower photo created by jcomp - www.freepik.com