sudah divaksin masih bisakah menularkan covid-19

Sudah Divaksin, Masih Bisakah Menularkan COVID-19?

Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah memasuki tahap kedua. Setelah nakes, vaksin mulai diberikan ke pada pekerja pelayan publik. Lansia juga sudah termasuk golongan yang bisa divaksin. Lantas, setelah divaksin apakah masih bisa menularkan COVID-19?

Hingga saat ini belum ada jawaban pasti untuk bisa atau tidaknya menularkan COVID-19 walau sudah divaksin. Sebagaimana diketahui untuk menciptakan antibodi khusus virus corona diperlukan dua dosis vaksin.

Dr. Katherine O’Brien, profesor dari Departemen Kesehatan Internasional & Departemen Epidemiologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (JHSPH), AS, menjelaskan setelah dosis pertama respons imun akan muncul sekitar dua minggu. Dosis kedua akan meningkatkan respons kekebalan.

“Yang kita lihat adalah kekebalan menjadi lebih kuat setelah dosis kedua,” katanya mengutip laman resmi WHO. “Tetapi, kami belum tahu berapa lama imunitas akan bertahan.” 

Demikian pula dengan kemungkinan menularkan walau sudah divaksin. “Uji klinis menunjukkan vaksin memberikan perlindungan terhadap penyakit (COVID-19). Tetapi kami belum mengetahui apakah vaksin juga melindungi dari penularan orang ke lain atau tidak, bahkan jika Anda tidak mengalami gejala apa pun,” terang dr. O’Brien.

Walau para ahli penyakit menular percaya bila vaksinasi efektif menurunkan risiko penyebaran COVID-19, tetapi mereka belum yakin apakah vaksin memberikan kekebalan sterilisasi, yang berarti bahwa sesudah divaksin tidak dapat tertular atau menularkan virus sama sekali.

“Kami memperkirakan risiko transmisi akan berkurang drastis, tetapi tidak hilang,” kata Stanley H. Weiss, MD, profesor dan epidemiolog di Rutgers New Jersey Medical School.

“Studi klinis vaksin yang disetujui FDA berbasis pada pencegahan penyakit bergejala, mereka tidak mencari penyakit yang tidak bergejala,” kata Amesh A. Adalja, MD, pakar penyakit menular di the Johns Hopkins Center for Health Security. “Mereka tidak dirancang untuk menentukan apakah penularan tanpa gejala akan terjadi pascavaksinasi.”

Hasil statistik beragam, tetapi penelitian menunjukkan lebih dari 20% penderita COVID-19 tidak bergejala. Laporan sebelumnya menyatakan angka yang jauh lebih tinggi, tetapi sebagian besar data sekarang menunjukkan bahwa mereka yang sebelumnya dihitung asimtomatik akhirnya mengembangkan gejala.

Hingga riset mengatakan sebaliknya, tetap ada kemungkinan mereka yang sudah divaksin bisa terinfeksi COVID-19 tanpa bergejala dan menularkan virus tersebut. Bahkan walau Anda sudah mendapatkan dua dosis, vaksin yang ada belum bisa memberi perlindungan (pencegahan) 100%.

Sehingga jika Anda terpapar virus corona sesudah divaksin, “daya tahan tubuh punya kesempatan besar untuk melawannya, tetapi mungkin juga sebagian kecil virus tetap bereplikasi,” urai dr. Adalja. “Anda mungkin tidak mengalami gejala atau hanya bergejala ringan, tetapi tubuh Anda tetap bisa menularkan virus lewat droplet (dari mulut dan hidung) ke orang lain yang tidak memiliki tingkat perlindungan yang sama dari vaksinasi.”

Ilmuwan masih belum mengetahui apakah jumlah virus yang sedikit tersebut mampu membuat orang lain sakit.

Apa yang perlu dilakukan setelah divaksin?

Dari data di atas berarti kita tetap perlu waspada walau sudah divaksin, apa lagi saat ini penyebaran virus corona masih tinggi dan belum terkontrol.

Dr. O’Brien menjelaskan sampai kapan harus waspada (menerapkan protokol kesehatan) tergantung dari usaha negara dan komunitas menekan penyebaran COVID-19.

“Vaksin dapat melakukan tugas terbaiknya dalam mencegah penyakit. Namun perlu diingat bahwa kami belum memiliki bukti penggunaan vaksin pada beberapa kelompok umur, misalnya untuk anak-anak. Jadi untuk saat ini, anak-anak akan terus berisiko terpapar serta dapat menularkan ke orang lain.”

“Alasan kedua adalah karena pasokan vaksin terbatas, kita belum memiliki cukup vaksin untuk melindungi semua orang. Itulah alasan mengapa kita harus terus waspada terutama dengan memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan dan tidak berkumpul dalam kelompok besar,” pungkas O’Brien. (jie)

Baca juga: Vaksin AstraZeneca ‘Gagal’ Dalam Uji Coba Melawan Varian Baru Virus Corona Afrika Selatan