Otitis Media, Nyeri Hebat akibat Radang Telinga Tengah | OTC Digest

Otitis Media, Nyeri Hebat akibat Radang Telinga Tengah

Anak sakit batuk pilek atau sering pilek karena alergi, lalu mengeluh telinganya sakit? Jangan dianggap sepele. Bisa jadi itu adalah otitis media atau peradangan pada telinga tengah. Otitis media memang paling sering menyerang anak-anak, terutama usia balita (bawah lima tahun). “Sekitar 90% balita pernah mengalami OMA minimal satu kali,” ujar dr. Syahrial Marsinta Hutahuruk, Sp.THT-KL(K) dari RSCM Kencana, Jakarta.

Anak-anak lebih rentan mengalami otitis media lantaran saluran/tuba eustachius yang menghubungkan antara nasofaring dengan telinga, bentuknya lebih datar. “Pada anak-anak, tuba eustachius hanya membentuk sudut 30 derajat antara telinga tengah dengan ruang nasofaring. Sedangkan pada dewasa, saluran itu membentuk sudut 45 derajat. Karenanya pada anak, infeksi dari saluran nafas atas lebih mudah naik,” papar dr. Syahrial.

Otitis media biasanya dipicu oleh infeksi saluran nafas (ISPA), terutama infeksi oleh bakteri. Sekira 85% otitis media disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza, dan 15% sisanya oleh virus.

ISPA berkepanjangan dan pilek alergi akan memicu peradangan hidung, tenggorokan dan nasofaring, sehingga tuba eustachius ikut membengkak. Akibatnya, saluran ini menyempit atau bahkan tersumbat sama sekali. Amandel yang membesar juga bisa membuat tuba eustachius menyempit.

Akhirnya, tidak ada aliran udara dari nasofaring ke telinga tengah, sehingga terjadi tekanan negatif di telinga tengah. Ini membuat gendang telinga tertarik ke dalam dan menjadi lebih tegang. Dampaknya, telinga terasa penuh dan pendengaran sedikit berkurang, seperti baru turun dari pesawat. Atau, anak merasa suaranya terdengar lebih keras oleh dirinya sendiri pada telinga yang mengalami otitis media. Inilah fase/stadium pertama dari otitis media akut (OMA).

Pada stadium kedua, mulai terjadi peradangan di rongga telinga tengah. Bila dilihat oleh dokter spesialis THT, akan tampak bahwa gendang telinga memerah.

Di stadium 3, Cairan dari pembuluh darah dan limfe akan tertarik dan berkumpul di telinga tengah (supuratif). Cairan yang tanpa disertai infeksi tampak bening (cairan serosa). Namun bila sampai terjadi infeksi, cairan berubah menjadi nanah. “Makin lama, nanah makin banyak, sedangkan ruang telinga tengah terbatas. Lama-lama, gendang telinga akan terdorong keluar (bulging),” terang dr. Syahrial.

Pada saat inilah keluhan nyeri hebat dan demam tinggi muncul. Anak yang sudah bisa berbicara akan mengeluh telinganya sakit. Anak yang belum bisa bicara biasanya jadi rewel, susah tidur, dan suka menarik-narik telinganya. Gejala lain misalnya  demam tinggi (>38oC) tidak turun-turun; sakit kepala; nafsu makan hilang; pendengaran dan keseimbangan terganggu; anak bisa pula sampai muntah, bahkan kejang.

Gendang telinga yang tertekan oleh nanah lama-lama rusak, hingga akhirnya bolong. Inilah OMA stadium 3 perforatif, yang sebenarnya bisa dicegah bila stadium 3 surpuratif cepat diobati.

Pada stadium 4, terjadi resolusi atau penyembuhan. “Bila terjadi perforasi dan infeksi berhasil diobati, gendang telinga bisa menutup kembali dengan sendirinya. Apalagi pada anak-anak. Kalau pada dewasa, memang agak sulit menutup kembali,” tutur dr. Syahrial.

Saat gendang telinga akhirnya pecah, nanah yang terkumpul di rongga telinga dalam pun keluar, sering kita sebut sebagai congek. Pada fase ini, “Anak biasanya justru tidak mengeluh lagi, karena sakitnya sudah hilang.” Di sinilah kesalahan sering dilakukan orangtua. Mengira anak sudah sembuh, lantas tidak dibawa ke dokter. “Padahal penyakitnya belum diobati, dan infeksi terus berlangsung,” tegas dr. Syahrial.

Infeksi yang terus berlangsung kerap menyebabkan otitis media supuratif kronis (OMSK). Apa bahayanya OMSK? Berikut ini penjelasannya. (nid)

 

Cuci Hidung dan Vaksinasi

Otitis media berawal dari ISPA. Menjaga hidung tetap bersih bisa menjadi cara penting untuk mencegah ISPA dan otitis media. Mencuci hidung setiap hari bisa disarankan sebagai tindakan pencegahan. Cairan isotonis steril yang digunakan untuk mencuci hidung akan membilas lendir, kotoran, debu, kuman dan alergen pada rongga hidung, sehingga ISPA bisa dicegah sejak awal (Teknik bisa di cari di youtube).

Untuk mencegah infeksi H. influenza tipe b (Hib), jangan lalai memvaksin anak. Vaksinasi Hib dilakukan saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan, lalu diperkuat dengan booster di usia 15-18 bulan. Juga ada vaksin kombinasi DTP dengan  Hib. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Counselling / Pixabay.com