merokok tingkatkan risiko alami saraf terjepit
merokok tingkatkan risiko alami saraf terjepit

Merokok Tingkatkan Risiko Alami Saraf Terjepit, Ini Penjelasan Ahli

Merokok diketahui buruk untuk kesehatan. Ada banyak cara rokok merusak tubuh, tidak hanya memicu kanker, tetapi juga meningkatkan risiko seseorang mengalami saraf terjepit.

Sebagai informasi saraf terjepit, atau Hernia Nucleus Pulposus / HNP dalam istilah medis, mulai banyak diderita oleh mereka berusia 22-55 tahun. Saraf terjepit terjadi saat bantalan tulang belakang menonjol dan menjepit saraf tulang belakang.

Terjadi penurunan 1% fungsi tubuh sejalan pertambahan usia, termasuk pada bantalan tulang belakang. Kadungan air dan kolagen berkurang sehingga bantalan menipis.

Bantalan tulang berfungsi sebagai peredam goncangan (shock absorber) saat tubuh beraktivitas. Bantalan ini terdiri dari lapisan luar (annulus fibrosus) dan lapisan dalam (nucleus pulposus).

Untuk mereka yang berusia muda saraf terjepit biasanya dipicu oleh trauma berulang di tulang belakang, misalnya akibat olahraga ekstrim, olahraga berlebih, postur tubuh yang salah saat mengangkat beban, dll.

Risiko bertambah pada mereka dengan berat badan berlebih dan merokok. Dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, dari Klinik Nyeri dr. Indrajana, Jakarta, menjelaskan kandungan kimia beracun dalam rokok, bisa mengganggu fungsi kerja bantalan tulang belakang.

Riset yang dipublikasikan di jurnal PLoS One (2015) menyatakan merokok berkaitan dengan degenerasi bantalan tulang belakang. Nikotin menurunkan tingkat proliferasi (pengulangan siklus hidup sel secara normal) dan biosintesis glikosaminoglikan (GAG) di sel bantalan tulang.

“Glikosaminoglikan adalah zat yang menjaga kelenturan bantalan. Selain itu merokok akan mengganggu pasokan nutrisi ke nucleus pulposus, sehingga seperti akan terjadi proses penuaan yang lebih awal,” terang pria yang akrab disapa dr. Tio ini dalam seminar daring Solusi Terkini Saraf Terjepit Tanpa Operasi, dengan Kateter Racz dan DiscFX, Kamis (15/7/2021).

Association of Academic Physiatrists juga menyatakan saat merokok, Anda juga memasukkan karbon monoksida ke dalam aliran darah, yang kemudian masuk ke jaringan tubuh. Racun ini menghambat kemampuan bantalan tulang menyerap nutrisi yang mereka butuhkan dari darah, termasuk kalsium yang menyebabkan struktur tulang belakang terganggu.

Inilah yang membuat bantalan tulang belakang rusak. Mereka menjadi dehidrasi sebelum waktunya dan kurang lentur. Saat bantalan kekurangan gizi, ada risiko lebih besar untuk pecah.

“Kalau ada tekanan, bukan berusaha menjadi lebih fleksibel, tetapi malah mencelat (pecah),” imbuh dr. Tio.

Nyeri menjalar

Saraf terjepit bisa terjadi di area lumbar (punggung bawah/pinggang) atau leher (servikal). Bila terjadi di area pinggang, umumnya gejala berupa nyeri terasa seperti terbakar, kesemutan dan kebas yang menjalar hingga ke bokong, tungkai dan telapak kaki.

”Ciri khasnya nyeri pada salah satu sisi tubuh (kiri atau kanan saja). Nyeri memburuk saat berdiri, berjalan dan duduk. Nyeri di kaki juga dengan nyeri pinggang (low back pain),” terang dr. Tio.

Saraf terjepit di area leher menunjukkan gejala nyeri tumpul atau tajam pada leher/tulang belikat. Nyeri tersebut menjalar ke lengan, hingga jari-jari tangan. Bahu atau lengan terasa kesemutan dan /atau kebas. Nyeri memburuk dengan posisi atau gerakan tertentu.

Terapi terkini

Saat ini telah dikembangkan dua terapi saraf terjepit yang lebih ‘ramah’, baik dari sisi harga, jenis tindakan dan lama perawatan, dibandingkan operasi terbuka atau endoskopi. Mereka adalah Kateter Racz (Percutaneous Epidural Neuroplasty / PEN) dan DiscFX.

Dr. Danu Rolian, SpBS, dari Klinik Nyeri dr. Indrajana, menjelaskan Kateter Racz merupakan terobosan terbaru untuk HNP. Keistimewaannya adalah kateter terbuat dari kawat berulir dengan ujung tumpul sehingga tidak merusak jaringan sekitar saat kateter didorong masuk.

“Ujungnya bisa disambungkan dengan suntikan obat. Ini akan menempatkan obat pada pusat penyebab nyeri,” terang dr. Danu.

Keunggulan lainnya adalah waktu tindakan cepat (30 menit), penurunan nyeri signifikan, pembiusan lokal, tanpa rawat inap, dan pasien dapat segera beraktivitas normal.

DiscFX adalah metode yang lebih canggih, memiliki dua mekanisme kerja. Pertama, menggunakan efek panas untuk menghilangkan kadar air pada bantalan tulang, sehingga ia menyusut. Kedua, menghilangkan tonjolan bantalan tulang sehingga saraf terbebas dari jepitan; nyeri yang menjalar akan reda.  

Selain memiliki keunggulan seperti Kateter Racz, DiscFX dapat mengatasi sekaligus beberapa segmen tulang belakang yang bantalannya menonjol (memperbaiki bantalan yang robek dan diperkuat). Angka keberhasilannya 80%.

Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, Ketua INPS (Indonesian Neurological Pain Society) menambahkan, baik DiscFX atau Kateter Racz, bisa dipakai untuk mengatasi saraf terjepit. Tetapi Kateter Racz bisa dipakai untuk HNP ringan dengan keluhan berat.

“Benjolan tidak usah diangkat tetapi nyerinya bisa dihilangkan. Atau pada pasien yang masih ragu-ragu memilih terapi, dan sebatas ingin menghilangkan rasa nyeri. Efeknya bisa bertahan tahunan,” pungkas dr. Wawan. (jie)

Baca juga: Mencegah Saraf Terjepit