Infeksi di rumah sakit (nosokomial) mengancam siapa saja yang berada di lingkungan rumah sakit. Lebih jauh tentang infeksi nosokomial, OTC Digest mewawancara dr. Anis Karuniawati, Ph.D, Sp.MK(K), dari Departemen Mikrobiologi Universitas Indonesia, Jakarta.
Infeksi yang paling sering terjadi?
Infeksi saluran kemih (ISK), disusul infeksi saluran napas bawah misalnya pneumonia, infeksi di tempat operasi, dan terakhir infeksi darah. Infeksi lain bisa terjadi, tapi jumlahnya sedikit.
Kateter urin bisa menjadi sumber ISK. Ujung kateter yang dimasukkan ke saluran kemih, sambungan kateter ke penampung urin, serta saluran pembuangan urin bisa menjadi pintu masuk kuman, sehingga perlu berhati-hati.
Infeksi saluran napas bisa terjadi akibat pemasangan ventilator, pemasangan selang untuk makanan karena bisa menyebabkan masuknya mikroba. Penderita bisa tersedak saat pemasangan alat, sehingga isi lambung masuk ke paru-paru.
Baca juga : Bagian 1
Langkah apa yang bisa dilakukan untuk pencegahan?
Kebersihan tangan yang paling penting. Florence Nightingale menemukan, angka kematian bisa diturunkan (dari 73% menjadi 2,2%) hanya dengan mencuci tangan menggunakan antiseptik.
Cucilah tangan sebelum dan sesudah bersalaman, setelah memegang selimut, tempat tidur, dan lain-lain. Inilah tindakan yang paling berarti. Bukan hanya dokter dan perawat yang harus cuci tangan, penderita dan pengunjung juga. Hal sederhana ini efektif menurunkan/mencegah infeksi di RS.
Bersalaman dan mencium pipi kiri-kanan penderita mungkin tidak perlu; yang penting doakan penderita agar cepat sembuh. Patuhi peraturan RS misalnya jam besuk, dan jangan mengajak anak di bawah usia 12 tahun. Ini semua untuk meminimalkan penyebaran penyakit serta melindungi diri, penderita, dan orang lain di RS.
Kebersihan lingkungan penting untuk mencegah transmisi. Ini tanggungjawab RS. Pembersihan lingkungan RS ada yang dilakukan setiap jam, setiap setengah hari, seminggu sekali, atau lebih lama lagi, tergantung metode yang digunakan dan jenis ruangannya.
Menjaga kebersihan peralatan di RS, dilakukan dengan disinfeksi dan sterilisasi. Pihak RS memeriksa, apakah disinfektan yang digunakan sesuai (efektif membunuh kuman), dan cara penggunaannya benar.
Sterilisasi digunakan untuk membunuh bakteri dalam bentuk spora, karena disinfektan ‘hanya’ membasmi bakteri dalam bentuk sel. Dalam bentuk spora, bakteri bisa bertahan dalam keadaan kering dan panas selama bertahun-tahun, sehingga perlu perlakuan khusus: panas yang lebih tinggi dan lama agar spora hancur.
Lingkungan RS biasa diperiksa?
Pemeriksaan lingkungan RS ada yang rutin dilakukan, ada yang tidak. Yang rutin dilakukan biasanya untuk kepentingan surveilans RS itu sendiri. Prinsipnya, pemeriksaan mikrobiologi dilakukan, misalnya, saat dilakukan penggantian metode pembersihan, untuk evaluasi apakah sistem pembersihan yang baru itu baik. Atau, bila terjadi sesuatu yang tidak biasa, dan perlu diketahui dari mana sumber infeksi tersebut.
Bila pembersihan sudah dilakukan secara konsisten dan dilakukan dengan cara yang benar sesuai aturan, pemeriksaan mikrobiologi tidak perlu dilakukan. Bukan hanya di Indonesia, infeksi nosokomial terjadi di negara-negara lain termasuk di negara maju. (nid)