terapi implan rhBMP-2 untuk patah tulang
terapi implan untuk patah tulang

Mengenal Terapi Patah Tulang dengan Implan rhBMP-2

Patah tulang merupakan masalah kesehatan yang paling banyak dialami masyarakat global. Di Indonesia hasil riset Kementerian Kesehatan mencatat kejadian patah tulang pada 2018 sebesar 5,5%.

Sebagian masyarakat Indonesia masih mempercayai terapi tradisional penyambung tulang, misalnya sangkal putung. Masalahnya, jenis patah dan penyebab tulang sangat beragam, membutuhkan penanganan yang tepat.

Kesalahan penanganan cedera patah tulang bisa mengakibatkan risiko fatal, tulang tidak benar-benar sembuh setelah patah.

Melansir Cleveland Clinic mereka yang mengalami kegagalan penyambungan tulang kerap membutuhkan cangkok / implan tulang. Terutama pada kasus delayed union (penyambungan tulang lebih lama dari yang seharusnya), malunion (tulang yang sembuh dalam posisi tidak normal) dan nonunion (penyambungan tulang tidak terjadi).  

Masalah lain yang kerap memerlukan cangkok tulang seperti penyakit tulang (misalnya kanker atau infeksi tulang), cangkok tulang rahang sebelum implan gigi dan kelainan tulang bawaan.

Metode autogeneous (autografts) merupakan implan tulang yang sering digunakan, menggunakan jaringan tulang yang berasal dari tubuh sendiri. Sayangnya metode ini kerap menimbulkan komplikasi, termasuk rasa sakit di daerah implantasi.

Salah satu teknologi implan tulang terbaru menggunakan recombinant human bone morphogenetic protein-2 (rhBMP-2) dan bahan pengganti tulang yang mengandung beta-tricalsium phosphate. Efektif menyatukan patah tulang belakang dan patah tulang ekstrim.

“RhBMP-2 adalah protein faktor pertumbuhan yang membantu sel induk dalam tubuh dengan cepat berdiferensiasi menjadi sel tulang, dimasukkan ke dalam bahan keramik untuk penggantian tulang,” terang Eric Aoh, Ketua Tim Departemen Bisnis Indonesia CGBIO (perusahaan yang bergerak dalam pengobatan regeneratif) kepada OTC DIGEST.

RhBMP-2 memiliki hasil yang sama dengan pencangkokan tulang otonom, sehingga tidak menimbulkan komplikasi akibat cangkok tulang autogeneous, Eric menambahkan.

Sementara beta-tricalsium phosphate merupakan bahan berukuran mikrometer yang digunakan untuk mengisi area tulang yang rusak. Akan diserap perlahan yang akan menjadi tulang baru sepenuhnya.

Produk tulang sintetik yang ada di pasaran saat ini umumnya dalam jenis butiran mulai dari 4 – 10 mm. Dengan ukuran yang cukup besar sehingga untuk aplikasinya membutuhkan pembedahan/sayatan besar.

Eric mengklaim, “Beta-tricalsium phosphate memiliki keuntungan karena mudah disuntikkan ke sebagian area karena sifat fisiknya yang seperti pasta gigi, dengan mudah diterapkan pada operasi invasif minimal dengan sayatan kecil.”

Baik rhBMP-2 dan beta-tricalsium phosphate bisa diaplikasikan di semua usia. Untuk lansia misalnya, bermanfaat untuk kasus delayed union karena proses penyembuhan tulang yang lambat.

Dalam uji klinis melibatkan 100 orang dengan saraf kejepit yang parah, stenosis tulang belakang (ruang antartulang belakang menyempit), hingga skoliosis, sebagian pasien menggunakan Novosis dan sebagian lagi menggunakan metode transplantasi tulang autogolous.

Hasil CT scan pasca operasi menunjukkan, laju penggabungan tulang setelah 12 minggu adalah 100% pada kelompok Novosis dan 90,2% pada kelompok transplantasi autologus.

Di Indonesia produk rhBMP-2 dan beta-tricalsium phosphate tersedia dalam nama Novosis dan Excelos Inject. Saat ini Novosis 0,25 mg dan Excelos suntik 3 cc dijual dan didistribusikan secara lokal melalui Kalbe Farma. (jie)