mantan ketua umum pwi margiono meninggal karena covid-19

Mantan Ketua PWI Pusat Margiono Meninggal, Akhir Februari ini Kasus Omicron Capai Puncaknya

Serangan COVID-19 membuat mantan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono (61 tahun) tak tertolong. Sekitar pukul 09.45 Selasa, 1 Februari 2022 kemarin, tokoh pers yang pernah mencalonkan diri sebagai bupati di tempat kelahirannya, Tulungagung, ini meninggal. Wafatnya almarhum dibenarkan Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari.

Almarhum -- lahir di Tulungagung, 31 Desember 1960 – menjabat Ketua Umum PWI Pusat selama 2 periode (tahun 2008-2018). Ia masuk Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Modular, Simprug, karena terpapar COVID-19. Untuk mencegah penularan, kata Atal, “Pak Margiono nggak bisa dibesuk."

Margiono dikenal koleganya sebagai sosok yang ramah dan berani. Ketika majalah D&R dibidik penguasa karena menampilkan cover Pak Harto berpakaian raja di kartu King, ia pasang badan dan mengaku sebagai yang bertanggung jawab, meskipun ia hanya sesekali muncul ke D&R.

Saat mencalonkan diri sebagai bupati Tulungagung, setelah tidak lagi menjabat Ketua Umum PWI, Margiono sempat dituding melakukan politik uang, karena dituduh telah memberi iming-iming hadiah kepada calon pemilih. Ketua Panwaslu Tulungagung Endro Sunarko sendiri, setelah melakukan penyelidikan, menyatakan bahwa tidak terdapat cukup bukti.

Kasus positif varian Omicron terus meningkat

Meninggalnya Margiono menjadi catatan tersendiri, di tengah persiapan menyambut Hari Pers Nasional 9 Februari 2022, dan merebaknya kasus COVID-19. Seperti dinyatakan Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus positif COVID-19 varian Omicron terus meningkat. Sampai Senin, 31 Januari 2022, tercatat ada 2.980 pasien, berasal dari transmisi lokal maupun importasi kasus.

"Total kasus Omicron sejak Desember 2021 sampai akhir Januari 2022 berjumlah 2.980 kasus. Berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) 1.601 kasus, dan non-PPLN 1.039 kasus," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi, Senin 31 Januari 2022. Sampai akhir Januari lalu, pasien yang meninggal karena varian Omicron ada 5 orang; tampaknya almarhum Margiono menjadi yang ke-6.

Menurut Nadia, 340 kasus masih dalam penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui riwayat penularannya kepada pasien. Angka kasus Omicron dihimpun dari 12 laboratorium genom sekuensing, dan proses tes PCR menggunakan metode S-Gene Target Failure (SGTF).

Di beberapa negara, Omicron lebih sedikit dibanding Delta

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkirakan, kenaikan kasus COVID-19 akibat Omicron akan mencapai puncaknya akhir Februari 2022.

Masyarakat perlu waspada, karena kasus Omicron di negara lain puncaknya mencapai 2-3 kali lebih banyak dibanding varian Delta. "Kita belum tahu, berapa jumlah kasus di Indonesia saat nanti mencapai puncaknya," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam siaran pers hari Selasa, 1 Februari 2022.

Di Amerika Serikat, katanya, kasus Omicron puncaknya mencapai 800 ribu /hari, sementara puncak kasus varian Delta “hanya” 250 ribu /hari. Di Prancis, kasus Omicron 360 ribu kasus/hari - dan hari-hari ini masih merangkak naik. Angka ini jauh di atas puncak kasus varian Delta, yang 60 ribu /hari. Di Brasil, sejauh ini di kisaran 190 ribu /hari dan angkanya masih terus naik. Sementara puncak varian Delta 80 ribu /hari. Di Jepang tercatat 65 ribu kasus /hari, sementara kasus Delta 25 ribu /hari.

Namun, kondisi di sejumlah negara berbeda. Di India ada 310 ribu kasus /hari, sementara varian Delta 380 ribu /hari. Di Afrika Selatan, jumlah pasien yang masuk rumah sakit, jauh di bawah kasus Delta. Di Inggris, kasus Omicron juga jauh di bawah Delta. Dan di AS, secara persentase kasus aktif Omicron di bawah Delta, meski jumlah  yang masuk rumah sakit lebih tinggi dibanding kasus Delta.

"Karena banyak ketidakpastiannya, kita perlu hati-hati dan waspada. Jaga protokol kesehatan, hindari kerumunan dan kurangi mobilitas," ujarnya. Kewaspadaan diperlukan karena penularan Omicron tinggi sekali, dan Indonesia pasti akan mengalami puncak kasus.  (sur)