konsumsi susu bisa menyebabkan jerawat

Konsumsi Susu Bisa Menyebabkan Jerawat? Ini Jawaban Ahli

Apakah susu atau produk turunannya bisa menyebabkan jerawat? Pertanyaan ini wajar terlontar, lantaran apa yang kita konsumsi mempengaruhi kesehatan kulit. Susu diakui sebagai bagian dari diet sehat dan seimbang, namun beberapa bukti menunjukkan susu berpotensi menyebabkan jerawat, bahkan iritasi kulit. 

Susu berpotensi memicu peradangan dan tidak cocok untuk semua orang. Menurut jurnal The Lancet Gastroenterology dan Hepatology sekitar 68% populasi dunia mengalami gangguan penyerapan laktosa (gula dalam susu sapi). 

Dr. Andrea Murina, profesor dermatologi dan direktur program di Tulane University School of Medicine, AS, mengatakan, “Saat membahas jerawat, ada beberapa fakta bahwa susu bisa menyebabkan peradangan. Produk susu mengandung komponen hormonal dan bioaktif yang bisa menyumbat pori-pori, sifat berminyak dan memicu jerawat.”

Konsumsi susu, bahkan yang berbasis protein whey, bisa meningkatkan insulin-like growth factor (IGF). Kami memiliki beberapa penelitian yang menghubungkan peningkatan asupan susu dengan banyaknya lesi jerawat, katanya melansir Livescience.

Riset di Journal of the American Academy of Dermatology menemukan bila wanita yang minum lebih dari dua gelas susu skim per hari 44% lebih mungkin berjerawat. Penelitian lain mengatakan pada gadis usia 9-15 tahun yang minum lebih banyak susu sapi cenderung lebih berjerawat, dibanding anak seusianya. 

Susu penyebab tunggal?

Peneliti juga mencurigai hubungan antara perawatan kulit dan diet yang menyebabkan jerawat. Makanan yang mengiritasi kulit mungkin berubah / berkembang seiring waktu. Namun para ahli cenderung setuju bahwa susu adalah salah satu makanan yang berisiko tinggi menjadi iritasi kulit, terutama pada mereka yang sudah berjerawat. 

Tetapi para ahli tidak bisa memastikan apakah susu bisa menjadi penyebab tunggal munculnya jerawat. Tidak hanya siklus hormonal dan masalah medis yang bisa menyebabkan jerawat, tetapi ada banyak elemen, seperti lingkungan dan makanan yang berkontribusi pada kesehatan kulit. 

Junk foods, atau makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi lemak, juga bisa memicu peradangan kulit,” terang Dr. Murina. “Makanan tersebut meningkatkan insulin dan IGF, yang menyebabkan lebih banyak jerawat.” 

Kondisi ketidakseimbangan hormon seperti polycystic ovarium syndrome (PCOS), juga diketahui mampu memicu jerawat. Jadi tampaknya susu bukanlah satu-satunya faktor penyebab jerawat.

Pencegahannya

Mengurangi konsumsi susu bisa menjadi alternatif pertama. Dr. Murina menjelaskan, “Pada pasien dengan jerawatan sedang hingga berat, saya merekomendasikan kurangi konsumsi susu yang berlebihan. Saya juga tidak menganjurkan penggunaan suplemen berbasis protein whey jika mereka memiliki jerawat nodulocystic (jerawat parah).”

Selain itu disarankan untuk menggunakan produk perawatan kulit sesuai jenis kulit, bersihkan kulit wajah dengan teratur, cukup tidur, perhatikan konsumsi air putih dan diet seimbang. 

“Makanan yang baik mencegah jerawat adalah buah-buahan dan sayuran, karena mengandung vitamin, mineral dan serat. Ini meningkatkan kadar gula yang lebih sehat dan kulit yang lebih sehat pula,” imbuh Dr. Murina. 

Namun perlu dipahami bila tidak berarti susu buruk sepanjang waktu. “Susu diperkaya dengan vitamin, mineral dan beberapa lemak alami dalam susu dapat membantu kulit,” lanjutnya. “Pada orang tanpa jerawat parah, susu bisa menjadi bagian normal dari diet seimbang, tanpa khawatir efek negatifnya di kulit.”  (jie)