Kesemutan, mungkin Gejala Gangguan Saraf | OTC Digest
kesemutan_neuropati_gangguan_saraf

Kesemutan, mungkin Gejala Gangguan Saraf

Neuropati adalah suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana serabut saraf menjadi rusak. Kondisi ini  sering disebut neuropati perifer, karena mempengaruhi sistem saraf perifer /saraf tepi. Yaitu  perluasan atau percabangan saraf dari otak dan sumsum tulang belakang. Saraf tepi merupakan alat penyampai rangsang tubuh ke pusat saraf untuk direspons. Sistem saraf tepi bertanggung jawab untuk indra tubuh dan gerakan.

Ada tiga jenis saraf perifer, dan kerusakan dapat terjadi pada semua jenis. Pertama, saraf sensorik mengirimkan sensasi suhu, sentuhan, nyeri, dan getaran dari ekstremitas ke otak. Kedua, saraf motorik yang bertanggung jawab untuk gerakan sukarela dan mengirimkan sinyal dari otak ke otot rangka.

Yang terakhir saraf otonom, mengatur kegiatan disengaja seperti detak jantung, tekanan darah, tingkat pernapasan, dan pencernaan. “Itu sebabnya gejala neuropati yang timbul beragam, tergantung dari saraf mana yang terserang,” jelas dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S (K).

Menururt dr. Manfaluthy, semua orang berisiko terkena neuropati, baik tua maupun muda. Risiko bisa lebih tinggi atau rendah, tergantung dari berbagai faktor, seperti gaya hidup dan riwayat dalam keluarga. “Namun secara umum, neuropati lebih sering terjadi pada dua macam kondisi, yaitu orang lanjut usia (lansia) dan penderita diabetes,” ujarnya.

Penelitian menyebutkan bahwa satu dari empat orang berusia di atas 40 tahun, menderita neuropati. Efek penuaan membuat seseorang cenderung mengalami lebih banyak gangguan saraf. Dan jika tidak diterapi dengan benar, neuropati dapat mengarah pada penyakit saraf yang lebih berat. Sedangkan studi lain menyebutkan, semua penderita diabetes berisiko menderita neuropati diabetik, dan 50% dari pasien diabetes menderita neuropati diabetik.

 

Banyak penyebabnya

Studi menyebutkan penyebab neuropati antara lain karena peradangan; penuaan; keracunan; mekanis seperti tekanan, pukulan, trauma; dan defisiensi vitamin B. Bisa juga karena efek samping dari penyakit sistemik.

Kondisi berikut dikenal sebagai yang paling umum menyebabkan neuropati:

  • Diabetes: sebagian besar kasus neuropati terjadi karena tingginya kadar gula dalam aliran darah. Neuropati diabetes menjadi parah pada pasien yang menderita tekanan darah tinggi, obesitas, lipid darah tinggi atau gagal untuk mengontrol tingkat gula mereka.
  • Kekurangan vitamin: kerusakan saraf yang dapat terjadi ketika orang menderita kekurangan vitamin, khususnya B12, folat dan vitamin lain dalam B kompleks.
  • Infeksi: penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh  atau penyakit infeksi seperti kusta, sifilis, HIV dan penyakit Lyme dapat menyebabkan kerusakan saraf.
  • Alkohol: tingginya kadar alkohol di aliran darah, dapat menyebabkan neuropati perifer.
  • Obat-obatan: efek samping obat-obatan tertentu seperti metronidasol, isoniazid, vinkristin , dan beberapa antibiotik dapat merusak saraf.
  • Kecelakaan atau cedera: neuropati dapat terjadi karena  kecelakaan atau cedera parah saraf. Dalam kasus trauma, tekanan pada saraf atau sekelompok saraf untuk durasi yang lebih lama atau penurunan sirkulasi darah ke saraf, dapat menyebabkan neuropati.

 

Gejala

Neuropati sering tidak disadari sebagai penyakit, atau merupakan komplikasi dari penyakit lain. Jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu aktivitas dan mobilitas penderita. Bahkan apabila tidak diterapi dengan benar, bisa menjadi kronis sehingga berpotensi terjadi komplikasi yang serius.

Gejalan neuropati sebenarnya mudah dikenali. Penderita neuropati umumnya sensitif secara emosi, sering mengalami sakit kepala, cemas dan gelisah. Jika yang terserang saraf sensorik, pada tahap awal penderita mengalami kesemutan, pegal, mati rasa dan nyeri yang memburuk dari waktu ke waktu.

Lambat laun, seluruh lengan atau kaki akan terpengaruh. Komplikasi lebih lanjut seperti luka pada kaki terjadi, ketika penderita tidak merasakan rasa sakit atau sensasi. Dalam beberapa kasus, luka ini dapat berkembang menjadi infeksi sekunder, yang melibatkan lebih dalam jaringan atau tulang. Amputasi lengan atau kaki mungkin diperlukan, bila terjadi komplikasi parah neuropati perifer.

Sedangkan apabila yang terserang saraf motorik, gejalanya berupa kelemahan anggota gerak, kram,  penciutan otot, dan kehilangan refleks. Dalam kondisi ini, anggota tubuh masih bisa digerakkan tetapi kekuatannya berkurang. Jika penyakit ini dibiarkan, keberadaannya akan sangat mengganggu organ tubuh lain yang ditopang, sehingga suatu saat penderita bisa mengalami kelumpuhan.

Gejala lain yang patut diwaspadai adalah kulit menjadi hipersensitif, kulit berkilap tidak wajar, dan rambut rontok pada area tertentu. Kemampuan penglihatan berkurang, dan daya tahan tubuh menurun drastis.

 

Hindari aktivitas pemicu

Aktivitas yang berisiko menimbulkan efek mekanis (tekanan, benturan, pukulan, trauma) bagi saraf,  sebisa mungkin perlu dihindari atau diminimalkan. Posisi tubuh tertentu saat melakukan aktivitas dalam wak­tu lama, bisa memicu neuropati.

Aktivitas seperti mengetik, mengendarai sepeda motor dan mobil, jongkok atau duduk dalam waktu lama, aktivitas dengan gerakan berulang seperti mencuci, memasak dan menyapu, dapat meningkatkan risiko neuropati.

Dijelaskan oleh dr. Manfaluthy, jika memang aktivitas tersebut harus dilakukan, sebaiknya ukur seberapa kuat dan seberapa lama tubuh mampu melakukan aktivitas tersebut. Bila gejala neuropati mulai muncul, seperti yang paling ringan adalah kesemutan, maka biarkan tubuh beristirahat dan baru kemudian dilanjutkan beraktivitas kembali. “Saraf jangan diforsir, bisa fatal akibatnya,” ujarnya.

 

Cegah sedini mungkin

Penurunan fungsi saraf seiring bertambahnya usia, tak terhindarkan terjadi pada semua orang. Namun, menurut dr. Manfaluthy, “Neu­ropati bisa dicegah dengan mela­ku­kan cek kondisi saraf dan ke­nali gejala neuropati.”

Selain itu, perlu didukung dengan mengonsumsi vitamin neurotropik secara teratur, diet sehat yang cukup dan gaya hidup sehat.

Untuk mencegah terjadinya neuropati, sangat dianjurkan agar kita melakukannya sejak dini. Pasalnya, gejala neuropati sendiri baru terlihat jelas ketika sudah terjadi kerusakkan pada saraf. Selain itu, perbaikan saraf membutuhkan waktu lama, dan semakin tua usia, fungsi saraf akan semakin menurun. (puj)

 

Bersambung ke: Neuropati bisa Diobati