Demam, batuk, hidung meler merupakan gejala umum infeksi saluran napas akut (ISPA), umumnya bisa sembuh sendiri. Namun jika ISPA disebabkan oleh RSV (respiratory syncytial virus), dan menginfeksi penderita penyakit jantung, risiko perburukan kondisi jantung berkali lipat.
RSV adalah virus pernapasan umum yang menginfeksi hidung, tenggorok dan paru-paru. Karena gejalanya ringan, infeksi RSV sulit dibedakan dengan gejala umum flu. Gejala umum RSV termasuk batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, bersin, sakit kepala, mengi hingga kesulitan bernapas.
Mereka dengan penurunan sistem imun, penderita penyakit kronis (misalnya diabetes, PPOK, jantung kronis) dan lansia berisiko mengalami infeksi yang lebih berat, menyebabkan pneumonia atau bronkiolitis.
Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP, menjelaskan, RSV bahkan lebih menular dibandingkan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Menyebar melalui droplet, di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga lainnya.
“Meskipun sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari, lansia yang terinfeksi dapat menularkan virus untuk jangka waktu yang lebih lama,” terang Prof. Samsu dalam bincang-bincang Pembaruan Jadwal Imunisasi Dewasa 2025, Rabu (19/2/2025).
Menambah keterangan Prof. Samsu, Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, Ketua Umum PB PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) menjelaskan, sekitar 30% orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami komplikasi jantung ketika dirawat di rumah sakit dikarenakan RSV.
Demikian juga orang dewasa dengan gagal jantung, memiliki tingkat rawat inap terkait RSV 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa tanpa gagal jantung.
“Mereka yang punya penyakit kardiovaskular kalau kena RSV akan jadi lebih buruk. Penyakit jantung yang tadinya stabil bisa jadi buruk, butuh perawatan (rawat inap di RS), bahkan bisa menyebabkan kematian. Orang gagal jantung, begitu oksigennya kurang di tubuh (akibat ISPA), jantungnya lebih berat.”
“Penderita PJK (penyakit jantung koroner) dengan minum obat bisa stabil, tidak ada keluhan, namun bila terinveksi RSV bisa memburuk lagi, lebih dari 10% akan eksaserbasi (perburukan), mengalami sesak napas, mulai batuk, serangan jantung baru, gangguan irama jantung, hingga kerusakan otot jantung lebih lanjut,” dr. Sally menguraikan.
Riset menyebutkan, RSV dapat meningkatkan eksaserbasi gagal jantung (perburukan gejala gagal jantung secara tiba-tiba), aritmia dan infark miokard (serangan jantung).
Studi pada orang dewasa yang dirawat akibat RSV di Toronto, Kanada menemukan 22% pasien mengalami komplikasi kardiovaskuler. Di mana, 14% mengalami eksaserbasi gagal jantung, 8% dengan aritmia baru, 2% mengalami stroke dan 1% dengan infark miokard.
Pasien PJK yang terinfeksi RSV juga berisiko 7 kali lebih tinggi untuk dirawat di RS, sementara pasien gagal jantung risikonya 7,6 kali lebih tinggi.
“Demikian pula orang dengan diabetes. Penderita diabetes menahun berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi ke jantung. Begitu ia kena RSV, risiko mengalami serangan jantung naik berkali lipat,” imbuh dr. Sally.
Riset global menunjukkan pasien diabetes dengan RSV diperkirakan hingga 11,4 kali lebih berisiko dirawat di rumah sakit, dibandingkan pasien tanpa diabetes.
Belum ada obat, utamakan pencegahan
Saat ini belum ada obat khusus untuk RSV. Oleh karena itu sangat penting mencegah penyebaran RSV, antara lain dengan:
- Menerapkan kebersihan dengan baik
- Menutup mulut saat batuk atau bersin
- Mencuci tangan secara teratur
- Membersihan permukaan yang sering disentuh
- Menggunakan masker (bila di tempat umum atau saat sakit)
- Menerapkan kembali prinsip jaga jarak (physical distancing)
- Vaksinasi RSV untuk kelompok rentan (lansia, penderita penyakit kronis dan mereka dengan penurunan imunitas)
Terkait vaksinasi, terdapat dua jenis vaksin RSV, yaitu RSV beradjuvan dan RSV tidak beradjuvan. Prof. Samsu menerangkan vaksin RSV beradjuvan sangat penting pada pasien usia lanjut – juga penderita penyakit kronis - yang sudah mengalami imunosenesensi (penurunan kekebalan tubuh terkait usia).
Adjuvan merupakan zat yang dirancang untuk meningkatkan dan memodulasi respons imun terhadap antigen vaksin.
“Ada vaksin yang ditambah adjuvan untuk meningkatkan imunitas, supaya lebih tinggi respon (antibodi) kita terhadap antigen (molekul virus yang dikenali olel sistem imun tubuh). Dengan vaksin ia (antibodi) tahan lama, cukup sekali vaksin,” ujar Prof. Samsu.
Rekomendasi vaksin RSV pada orang dewasa:
- Vaksin RSV dapat diberikan pada seluruh orang dewasa usia 60 tahun lebih dan dapat diberikan sepanjang tahun tanpa melihat status infeksi RSV sebelumnya.
- Vaksin RSV dianjurkan pada individu dengan penyakit kardiovaskular kronis, PPOK, ginjal kronis stadium akhir atau sedang dalam terapi pengganti ginjal, diabetes, penyakit hati kronis, penyakit hematologi kronis, obesitas berat, atau imunokompromais sedang/berat. (jie)
Baca juga: Vaksin Yang Diperlukan Lansia Untuk Mencegah Sakit Berat