Jangan pernah remehkan kesehatan gigi. Masalah gigi bisa memicu penyakit yang lebih berat. Para ahli menekankan bila gigi berlubang bisa berujung pada penyakit jantung.
Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menyatakan bila 7 dari 8 masyarakat Indonesia menderita gigi berlubang. Terbaru, survei global yang dilakukan oleh Pepsodent mencatat ada peningkatan masalah gigi dan mulut selama pandemi. Di mana 30% responden Indonesia mengaku pernah melewati sehari penuh tanpa sikat gigi.
Umumnya (46%) disebabkan rasa malas karena berkurangnya interaksi tatap muka. Survei mencatat 25% responden Indonesia mengatakan memiliki gigi berlubang baru.
Gigi berlubang bila tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan gigi mati, dan berisiko menginfeksi organ lain (fokal infeksi). Racun, sisa kotoran dan mikroba bisa menyebar ke ginjal, jantung, mata, kulit, bahkan jantung.
Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K), MM, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), menjelaskan mulut adalah pintu gerbang masuknya kuman/mikroorganisme. Mulut bisa berperan sebagai media berkembangbiaknya mikroorganisme.
“Kalau ada sisa makanan yang menempel dalam 24 jam akan difermentasi (oleh bakteri di mulut). Inilah pemicu gigi berlubang. Kerusakan gigi bisa mencapai ke pulpa (bagian tengah gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah),” terang drg. Seno, dalam pembukaan Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2021, Kamis (23/9/2021).
Ia menambahkan, banyak mikroorganisme yang ganas di mulut masuk ke tubuh secara sistemik (melalui peredaran darah) lewat gigi yang rusak. Dari sinilah munculnya risiko penyakit jantung yang dipicu oleh gigi berlubang.
Kuman gigi menyebabkan endokarditis
Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP (K) FIHA, FAsCC, dari RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, menjelaskan gangguan jantung yang seringkali berhubungan dengan gigi berlubang adalah endokarditis (penyakit jantung katup).
“Terjadi ketika kuman masuk ke aliran darah sehingga memicu peradangan dan kerusakan pada katup jantung dan menyebabkan kebocoran. Diperlukan penanganan segera dan operasi katup, bahkan penggantian katup jantung,” terang dr. Ario.
Gejala endokarditis seperti dengan demam (tidak terlalu tinggi) hingga berminggu-minggu, kadang diikuti dengan lemas dan sesak napas.
Pada pasien endokarditis, gumpalan yang terbentuk dari kumpulan kuman dan sel dapat membentuk massa abnormal di jantung (disebut juga vegetasi). Vegetasi tersebut dapat terlepas dan mencapai otak (menyebabkan stroke), paru-paru (emboli paru), ginjal, atau tangan/kaki.
Baca: Sakit Gigi Bisa Picu Stroke
Berisiko 3 kali punya masalah jantung
Dr. Ario menerangkan bila orang yang memiliki permasalahan gigi berlubang berisiko terkena penyakit jantung 3x lebih tinggi.
Studi longitudinal selama 9,5 tahun terhadap 247.696 orang dewasa di Korea menemukan bahwa dengan menyikat gigi lebih dari satu kali sehari risiko terkena masalah jantung dan pembuluh darah cenderung 9% lebih rendah.
Pencegahan
Drg. R. Rahardyan Parnaadji, M.Kes., Sp. Pros, Ketua AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia) menyampaikan gigi berlubang akan berdampak mulai dari rasa tidak nyaman, mengganggu aktivitas, hingga berisiko pada penyakit jantung.
Pencegahannya dengan :
- Rajin sikat gigi minimal 2 x sehari, setelah sarapan dan sebelm tidur.
- Gunakan pasta gigi berflouride, kerena lebih efektif melapisi dan melindungi enamel gigi.
- Pilih sikat gigi yang tepat. Pastikan sikat gigi berbulu lembut dan punya bentuk kepala sikat yang pas untuk rongga mulut.
- Kurangi makanan manis, atau setidaknya berkumurlah setelah makan makanan manis.
- Gunakan benang gigi (dental floss) utk membersihkan sela-sela gigi yang tidak terjangkau oleh sikat gigi.
- Konsultasi ke dokter 6 bulan sekali.
“Enam langkah ini harus dilakukan secara regular, untuk mencegah gigi berlubang,” pungkas drg. Rahardyan. (jie)