Ketika asam lambung naik ke kerongkongan rasanya sangat sakit: dada seperti terbakar. Penyakit yang disebut GERD ini rentan kambuh karena kondisi tertentu, satu satunya karena kurang makan ikan.
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) merupakan gangguan akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan (esofagus). Orang kerap salah mengira GERD sebagai maag atau bahkan serangan jantung.
GERD disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah, sehingga tidak mampu menutup dengan baik. GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, Ketua Umum Perhimpunan Endoskopi Gasotrointestinal Indonesia menjelaskan, saat ini ada kencenderungan peningkatan penyakit asam lambung, termasuk GERD.
Antara lain berhubungan dengan pola makan dan perubahan gaya hidup, terutama selama pandemi menjadi lebih banyak di rumah, kurang aktivitas fisik, stres tinggi (akibat pekerjaan atau ketakutan berlebih terhadap virus corona), merokok, konsumsi alkohol dan obesitas.
Terkait pola makan, “Berdasarkan penelitian di Amerika, mereka yang banyak makan daging dan kurang makan ikan produksi asam lambungnya naik. Demikian juga mereka yang asupan garamnya tinggi,” ujar Prof. Ari, dalam seminar bertajuk Apakah Benar GERD Mengancam Jiwa?, Kamis (10/2/2022).
Orang Amerika lebih senang makan steak dibanding ikan bakar. Daging merah (sapi, kambing, babi) diketahui lebih banyak mengandung lemak, daripada daging putih (ikan dan unggas). Di Amerika GERD terjadi pada hampir 50 % laki-laki per bulan, dan hampir 20 % per minggu.
“Lemak menyebabkan pengosongan lambung lambat, makanan akan stay (tinggal) di lambung lebih lama dan produksi asam lambung meningkat. Katup esofagus pun bisa melemah sehingga nanti bisa jadi reflux (naik ke kerongkongan),” terang Prof. Ari.
Riset Riber C, et al, membuktikan bila konsumsi minyak ikan signifikan menurunkan produksi asam lambung, dibandingkan sebelum mengonsumsi suplemen minyak ikan. Penelitian ini diterbitkan di Scandinavian Journal of Gastroenterology.
Minyak ikan (asam lemak omega-3) secara alami banyak terdapat dalam ikan berlemak seperti salmon, tuna, sarden, hingga trout. Tetapi selain jenis ikan tersebut, banyak ikan lokal lain yang ternyata kandungan omega-3 nya tinggi.
Beberapa di antaranya adalah ikan kembung (per 100 gram mengandung 2,2 gram omega-3), tongkol (1,5 gram omega 3 per 100 gram tongkol) dan ikan teri (per 100 gram mengandung 1,4 omega-3). Selain itu masih ada ikan kaneke, kerapu, titang, sukang, papakulu dan kudu-kudu.
Modifikasi gaya hidup cegah kekambuhan
Prof. Ari menegaskan GERD tidak mengancam jiwa, setelah diobati bisa sembuh total. Namun, bukan berarti tidak akan kambuh.
“Kekambuhan bisa terjadi kalau pasien tidak melakukan perubahan gaya hidup. Berhenti merokok, turunkan berat badan, diet rendah lemak, hindari makanan mengandung coklat dan keju, makanan berlemak tinggi, kopi/teh dan minuman bersoda,” urainya.
Lebih jauh Prof. Ari menjelaskan, nikotin di dalam rokok dan alkohol bisa melemahkan katup kerongkongan. Sementara kafein dan minuman bersoda meningkatkan produksi asam lambung.
“Teh tubruk kandungan kafeinnya tinggi, tetapi kalau teh celup masih boleh diminum (kafeinnya lebih rendah),” tukasnya.
Kegemukan dan obesitas menyebabkan penekanan berlebih di area lambung, mendorong katup esofagus dan membuatnya lemah.
Stres membuat otak mengirimkan sinyal ke lambung untuk meningkatkan produksi asam lambung.
Pertolongan pertama saat serangan GERD
Saat serangan GERD terjadi ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama.
- Tetap tenang. Walau menyakitkan – dada terasa terbakar, disertai mulut pahit, mungkin dengan telinga berdenging – GERD bukan penyakit yang mengancam jiwa. Kondisi panik justru akan meningkatkan produksi asam lambung.
- Minum air gula. “Air gula bisa menetralkan asam lambung. Tetapi ini sifatnya hanya sementara,” terang Prof. Ari.
- Minum obat antasida – dijual bebas – untuk meredakan gejala. Obat ini bekerja cepat untuk menetralkan asam lambung. Masalahnya, kerja antasida sangat singkat. Obat ini dikeluarkan dari perut dengan cepat, kurang dari satu jam, kemudian asam berakumulasi lagi di perut. Maka, cara terbaik menggunakan antasida adalah satu jam sebelum makan atau sebelum gejala refluks muncul setelah makan.
- Gunakan obat yang sudah diresepkan, seperti golongan PPI (Proton Pump Inhibitor). PPI akan menghentikan produksi asam lambung. PPI dosis tinggi diberikan untuk 1-2 minggu sambal melihat respons yang terjadi. (jie)
Baca juga: GERD, Bedanya dengan Maag dan Pengobatannya