Gangguan Pendengaran Sering Tak Disadari, Ini Gejala dan Pemeriksaannya
gangguan_pendengaran

Gangguan Pendengaran Sering Tak Disadari, Ini Gejala dan Pemeriksaannya

“Gangguan pendengaran akibat diabetes berjalan pelan sekali, sehingga penderita tidak sadar dia mengalami gangguan, dan secara otomatis beradaptasi,” tutur Dr. dr. Aris Wibudi, Sp.PD-KEMD, Ketua Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI). Sering kali mereka baru menyadarinya ketika orang lain bertanya, mengapa mereka tidak mendengar saat dipanggil.

Tanda-tanda gangguan pendengaran yang bisa dikenali, baik oleh penderita maupun keluarganya, antara lain:

  • Sering meminta orang lain mengulangi perkatannya
  • Kesulitan mengikuti percakapan yang melibatkan lebih dari dua orang
  • Berpikir bahwa orang lain berbicara dengan bergumam
  • Enggan berbicara melalui telepon
  • Kesulitan mendengar di tempat ramai, misalnya restoran yang ramai
  • Kesulitan mendengar suara perempuan dan anak kecil
  • Menyalakan TV atau radio dengan volume tinggi, yang terasa terlalu bising bagi orang-orang sekitar

Baca juga: Angkie Yudistia, Pejuang Kesetaraan Hak Tuna Rungu

Penting mengenali tanda-tanda tersebut, sehingga gangguan pendengaran tidak terlambat disadari. Gangguan pendengaran akibat gangguan saraf pendengaran di koklea umumnya bersifat progresif; bila saraf sudah telanjur rusak, pendengaran tidak bisa lagi diperbaiki. “Derajat dan progresivitas fungsi pendengaran tergantung dari lamanya penderita mengalami penyakit, dan apakah penyakitnya terkontrol dengan pengobatan,” tutur

Maka bagi penderita penyakit kronis, periksakanlah pula fungsi pendengaran, bersama berbagai pemeriksaan lain seperti fungsi ginjal, jantung, mata, dan lain-lain secara berkala. “Terutama bila mulai merasakan kesulitan mendengar atau kesulitan berkomunikasi secara verbal,” ucap Dr. dr. Siti.

Baca juga: Otitis Media, Nyeri Hebat akibat Radang Telinga Tengah

Ia menganjurkan untuk melakukan tes fungsi pendengaran setiap tahun, dan ketika merasakan penurunan pendengaran, meski belum saatnya kontrol. Pemeriksaan meliputi tiga hal berikut ini

Tes pendengaran nada murni, untuk menilai suara atau nada dengan volume terendah yang masih bisa didengar oleh penderita. Biasanya, tes inilah yang pertama kali dilakukan ketika dicurigai ada gangguan pendengaran. Tes dilakukan dengan duduk dalam booth tertutup untuk mencegah gangguan suara dari luar, sambil memakai headphone atau earphone. Selanjutnya ada instruksi untuk menekan tombol atau mengangkat tangannya saat mendengar bunyi pada headphone/earphone. Tes dilakukan pada masing-masing telinga, untuk menilai fungsi tiap telinga dengan akurat.

Tes audiometri tutur. “Tes ini menggunakan materi tes berupa kata-kata, lalu dinilai berapa persen pasien mampu mengulang kata-kata yang didengar dengan benar,” terang Dr. dr. Siti. Tes ini untuk menilai kemampuan mengenali fonem.

Tes audiometri tutur disertai suara latar (speech in noise test). Materi tes berupa kalimat yang disertai suara-suara lain di sekitar (background noise). Secara umum, gangguan pendengaran bisa dibagi menjadi dua: berkurangnya audibilitas dan berkurangnya kejernihan suara (clarity).

Berkurangnya audibilitas atau volume suara bisa disebabkan kerusakan sel-sel stereosilia bagian luar, sedangkan berkurangnya kejernihan suara berhubungan dengan rusaknya sterosilia bagian dalam atau sistem saraf auditori pusat. Berkurangnya kejernihan suara merupakan gangguan distorsi, dan tidak membaik dengan penambahan volume suara. Tes audiometri tutur dapat menilai fungsi dan kemampuan pendengaran dengan lingkungan suara yang mirip suasana di dunia nyata, di mana ada latar belakang bunyi.

Apa dampaknya bila pendengaran terganggu? Simak dalam artikel ini. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Medical photo created by freepik - www.freepik.com