mengenal demam lassa penyakit akibat perubahan iklim
mengenal demam lassa penyakit akibat perubahan iklim

Demam Lassa Penyakit Akibat Perubahan Iklim dan Transportasi Global, Warga Inggris Jadi Korban

Mereka yang sering melakukan perjalanan ke belahan lain di dunia, perlu waspada. Seorang warga Inggris asal Bedfordshire,  dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami demam Lassa. Pasien ini sebelumnya dirawat di Bedfordshire Hospitals NHS Foundation Trust. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengungkapkan, sejumlah kasus demam Lassa pernah terjadi di negaranya.

“Kami ucapkan belasungkawa terdalam kepada pihak keluarga, di saat yang sulit ini," ujar juru bicara RS, melansir Independent, Minggu 13 Februari 2022.

Demam Lassa (Lassa fever) merupakan penyakit akibat virus, yang dibawa oleh tikus jenis Mastomys natalensis melalui kotoran atau urin tikus yang terinfeksi. Virus ini dapat menyebabkan pendarahan. Demam Lassa merupakan penyakit endemik, pertama kali ditemukan di Lassa, Nigeria, Afrika Barat, tahun 1969.

Penyakit akibat perubahan iklim dan transportasi global

Sejauh ini demam Lassa sudah menyebar dan banyak ditemukan di Sierra Leone, Liberia, Guinea dan Nigeria, serta beberapa negara lain di luar Afrika seperti Inggris.

Belum diketahui, apakah kasus demam Lassa sudah terdeteksi masuk ke Indonesia. Bagaimana pun kita perlu waspada, karena seperti kata Dr. Melanie Saville dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations. Inggris, “Demam Lassa adalah penyakit menular yang meningkat dalam prevalensi, keparahan dan penyebarannya akibat perubahan iklim, transportasi global, dan perjalanan manusia ke wilayah lain di dunia."

Demam Lassa dapat menyebabkan gangguan paru-paru, jantung, dan neurologis. Juga dapat mengancam jiwa. Diperkirakan, angka kejadiannya sekitar 100.000 - 300.000 kasus setiap tahun, dengan angka kematian 5.000 orang.

Di Inggris sendiri, jumlah kasusnya masih sangat kecil. Menurut  Badan Keamanan Kesehatan Inggris, pihaknya telah melakukan pelacakan kontak erat, siapa-siapa saja yang pernah bersentuhan dengan pasien yang meninggal itu. “Dengan meninggalnya seorang pasien karena demam Lassa baru-baru ini, total yang terinfeksi karena demam Lassa di Inggris menjadi tiga orang,” papar seorang pejabat UKHSA.

Semua kasus yang ditemukan berasal dari satu keluarga di Inggris Timur. Diketahui, sebelumnya mereka telah melakukan perjalanan ke Afrika Barat. Untuk mencegah penularan lebih jauh, pihak UKHSA telah menghubungi orang yang pernah  melakukan kontak dekat dengan pasien yang meninggal.

Kasusnya masih langka

Meski cukup menular, pihak UKHSA menyatakan risiko penyakit ini pada masyarakat umum masih sangat rendah. Di Inggris, sebelum kasus yang baru saja terjadi, sejauh ini hanya ditemukan sebanyak 8 kasus demam Lassa, terhitung sejak tahun 1980. Dua kasus terakhir terjadi pada tahun 2009.

“UKHSA dan NHS memiliki prosedur pengendalian infeksi yang baik untuk menangani kasus penyakit menular impor. Terjadinya kasus dengan pasien yang meninggal, upaya mencegahan akan diperkuat,” ujar Dr. Susan Hopkins, Kepala Penasihat Medis UKHSA

Demam Lassa ditularkan melalui paparan makanan atau barang-barang yang terkontaminasi urin atau kotoran tikus yang sudah terinfeksi. Virus berkembang biak pada tikus Mastomys, spesies Mastomys Natalensis, yang dikenal sebagai tikus multimammate.

Menurut UKHSA, penduduk yang tinggal di wilayah Afrika Barat dengan populasi tikus yang tinggi, sangat berisiko terkena demam Lassa. Kabar baiknya, mayoritas penderita demam Lassa akan sembuh. Kasus kematian akibat demam Lassa tercatat hanya sekitar 1 persen dari total infeksi. Namun pada individu tertentu, penyakit ini dapat menyebabkan keparahan.

Gejala demam Lassa

Gejala demam Lassa sangat bervariasi, kadang sulit dibedakan dengan gejala demam berdarah virus lain seperti virus Ebola, malaria, shigellosis, demam tifoid atau demam kuning.

Gejala biasanya muncul perlahan, dalam 6-21 hari setelah seseorang terinfeksi. Pada 80 persen kasus, gejalanya ringan dan sulit terdiagnosa. Pada sekitar 20 persen kasus, gejala bisa serius dan berakibat fatal.

Pasien yang terserang demam Lassa, bisa menunjukkan gejala:

  • Sulit bernapas
  • Sulit menelan
  • Syok
  • Irama jantung tidak normal
  • Pembengkakan kantung yang mengelilingi jantung
  • Tremor

Perempuan hamil di trimester ketiga, risiko kematian sangat tinggi, termasuk resiko kematian pada janin. (sur)