Kolesterol dan trigliserida merupakan jenis lemak penting yang ditemukan dalam darah. Keduanya kerap dituduh sebagai biang penyakit, tetapi sejatinya keduanya memiliki manfaat tertentu.
Walaupun keduanya merupakan komponen lemak, dengan kemiripan tertentu, baik kolesterol atau trigliserida memiliki perbedaan yang sebaiknya Anda ketahui.
Trigliserida vs. kolesterol
Kolesterol adalah komponen lemak yang ditemukan di dalam darah. Ia sangat penting untuk membangun sel, membuat hormon (seperti estrogen dan testosteron), vitamin D dan asam empedu. Hati adalah pembentuk utama kolesterol tubuh, meskipun bisa juga berasal dari makanan.
Sedangkan trigliserida, menurut Cleveland Clinic, utamanya didapatkan dari makanan. Sebagian besar lemak makanan, seperti minyak goreng, mentega, daging berlemak atau keju, mengandung trigliserida.
Tubuh juga mengubah kelebihan kalori dan gula menjadi trigliserida, kemudian disimpan sebagai lemak di seluruh tubuh. American Heart Association (AHA) menyatakan bila trigliserida adalah jenis lemak yang paling umum di tubuh.
Steven Atchley, MD, DO, ahli jantung yang bekerja di Denver, AS, menjelaskan bila kolesterol dan trigliserida adalah zat seperti lemak, yang disebut juga sebagai lipid. Zat lipid ini tidak larut dalam darah, artinya mereka tidak bisa bergerak melalui tubuh tanpa bantuan.
“Hati akan mengemas kolesterol murni dengan trigliserida dan protein menjadi partikel kecil yang disebut lipoprotein,” terang Dr. Atchley.
Kolesterol baik dan jahat
Lipoprotein ini terdiri dari beberapa jenis, “yang Anda dengar dengan istilah kolesterol baik dan buruk,” Dr. Atchley melanjutkan.
Low-density lipoprotein (LDL) dianggap sebagai kolesterol jahat. Bila kadar LDL terlalu tinggi, partikel ini bisa bercampur dengan zat lain dan membentuk plak di pembuluh darah.
Penumpukan plak menyebabkan pembuluh darah lebih kaku dan sempit, sebuah kondisi yang disebut aterosklerosis. Aliran darah berkurang dan pada akhirnya bisa memicu serangan jantung atau stroke.
Di satu sisi, high-density lipoprotein (HDL) dianggap sebagai koleseterol baik karena ia mencegah pembentukan plak. Partikel HDL ini bergerak melalui aliran darah dan ‘mengangkut’ LDL yang berlebihan, membawanya kembali ke hati untuk dibuang.
Sebelumnya orang percaya bila mengonsumsi makanan tinggi kolesterol – misalnya daging dan telur – akan menaikkan kadar kolesterol. Tetapi riset skala besar yang dilaporkan oleh USDA Dietary Guideline Advisory Committee mengatakan kolesterol makanan punya risiko lebih kecil menyebabkan aterosklerosis dan penyakit jantung dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun, diet tinggi lemak dan karbohidrat merupakan faktor risiko kolesterol tinggi dan penumpukan plak.
Pola makan tidak sehat, kurang olahraga, obesitas dan merokok adalah faktor risiko utama dari kolesterol tinggi, Dr. Atchley menjelaskan. Usia tua dan genetik juga menjadi faktor risiko tambahan.
Trigliserida dan sindrom metabolik
Tubuh merubah kalori yang tidak terpakai menjadi trigliserida, yang kemudian disimpan sebagai lemak. Menurut Mayo Clinic, ini tidak selalu menjadi hal buruk, tubuh akan memakai cadangan lemak tersebut sebagai energi di antara waktu makan.
Tetapi jika terbiasa makan banyak, Anda akan memiliki kadar trigliserida yang lebih tinggi, dan itu lebih banyak lemak jahat, daripada yang sehat.
Robert H. Eckel, MD, profesor emeritus di University of Colorado dan mantan presiden AHA, menjelaskan ada hubungan yang kompleks antara trigliserida, obesitas dan sindrom metabolik.
“Dua pertiga hingga tiga perempat penderita obesitas akan mengalami peningkatan kadar trigliserida ringan atau sedang bersama dengan sindrom metabolik,” katanya.
Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, ini termasuk kolesterol tinggi, tinggi trigliserida, obesitas dan resistensi insulin.
Resistensi insulin – yang bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 – membuat lever mengeluarkan lebih banyak trigliserida ke dalam darah, tukas Prof. Eckel. Jadi memiliki kondisi ini akan meningkatkan kadar trigliserida dan risiko penyakit kardiovaskular.
Seperti halnya kolesterol tinggi, kadar trigliserida yang tinggi juga bisa berkontribusi pada aterosklerosis, meningkatkan risiko serangan jantung, stroke dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Mayo Clinic mencatat, kadar trigliserida yang sangat tinggi juga bisa menyebabkan radang pankreas parah; disebut pankreatitis. Selain itu, trigliserida tinggi dapat menjadi tanda hipotiroidisme, diabetes tipe 2 dan sindrom metabolik lainnya. (jie)