Menyanyi berjam-jam dan melayani foto bersama penggemar, butuh stamina prima. Ini dilakoni sang diva, Titi DJ, tanpa cela. Tak kentara ia kelelahan sehabis manggung, di usia kepala 5. Rahasianya? Ia hanya menerapkan cara konvensional yang terbukti efektif : diet dan olahraga.
“Saya pernah coba berbagai metode diet,” papar kelahiran Jakarta 27 Mei 1966 ini. Yang cocok food combining; tidak mengonsumsi karbohidrat bersamaan dengan protein. “Tujuan utama saya sehat, fit, stamina terjaga. Berat badan turun itu bonus,” kata pelantung tembang Bahasa Kalbu ini.
Ia hindari nasi putih yang tinggi gula; lebih memilih nasi merah atau nasi hitam. “Kalau ingin nasi putih, saya pilih yang rendah indeks glikemiknya.” Indeks glikemik adalah ukuran kecepatan gula/ karbohidrat dalam makanan saat diolah menjadi energi. Makin tinggi nilainya, makin cepat diolah, kadar gula darah cepat naik.
“Gorengan saya hindari, garam dikurangi,” katanya. Ia sadar, sehat tidak cukup hanya menjaga pola makan. Olahraga itu wajib. Renang dan pilates sudah lama dilakukan. Acroyoga (yoga berpasangan) dicoba. “Berenang dan yoga membantu pernapasan. Napas kuat saat menyanyi.”
Ia memperkenalkan diet ala Titi DJ. Awalnya, ia lakukan sendiri selama 30 hari. Dinilai cocok, maka terus dijalani. Metode diet ini ia bagikan kepada para follower di akun instagram. Intinya, esensi diet bukan menyiksa diri dengan tidak makan. Tapi memilih apa yang dimakan, yakni makanan sehat. Tentunya disertai disiplin.
“Tidak ada diet yang cocok untuk semua orang. Diet ala Titi belum tentu cocok untuk yang lain,” papar ibu 4 anak ini. Beberapa kali ia bertemu ahli gizi, masing-masing punya aturan sendiri. Kesimpulannya, “Kita yang harus dengerin tubuh sendiri. Jangan sekadar ikut tren.”
Sumber karbohidrat lain, didapat dari buah seperti pisang, pepaya, atau umbi seperti bengkuang. Juga dari pasta misalnya makaroni. Sayuran bermacam jenis ia lahap. Sumber protein bisa daging, ayam atau ikan yang tidak digoreng.
Salah satu menu sarapan favoritnya green smoothie. Smoothie yang diminum bukan hanya satu gelas, tapi bisa satu mangkuk ukuran sedang. Isinya campuran nanas, pakcoy (sawi sendok), raw almond milk (susu almon) yang diblender. Di atasnya diberi irisan pepaya, pisang, alpukat dan taburan granola. Sarapan seringnya buah seperti pisang, alpukat, pepaya, pear dan kiwi.
Mengonsumsi banyak serat terbukti sehat dan mengenyangkan, sekaligus melancarkan BAB. “Buah bisa apa saja yang ada di pasar. Susu almond aku pilih karena aku nggak suka rasa susu sapi.” Makan siang kadang di restoran dengan menu caesar salad, dressing dipisah supaya tidak kebanyakan. Ditambah satu mangkuk besar sup tom yam atau mie ramen. Lain waktu, ia makan ½ porsi nasi merah timbel, lengkap dengan sayur, dada ayam bakar dan sup ikan. Di sebuah restoran fried chiken, ia mendapati ada menu ayam bakar. Ia makan dua potong tanpa kulit, minus nasi.
Kadang ia bawa makan siang dari rumah. Menunya: nasi hitam, tempe bacem, tumis tahu dan tauge. Tak ketinggalan aneka salad. Atau gado-gado saus kacang mede.
“Saya tidak mau kaku berdiet. Kadang kita diundang makan, atau dapat nasi kotak dari panitia,” ucap penyanyi yang sudah mengeluarkan 16 album lagu dari tahun 1983 – 2015 ini. Malam ia menghindari nasi, cukup aneka salad sayur atau sup, dan ayam/ikan panggang.
Liposuction
Tahun 2005, Titi DJ melakukan bedah plastik tummy tuck (operasi pengecilan perut) dan liposuction (sedot lemak). Ia ingin tampil langsing dan prima agar tidak mengecewakan penggemar. Sebelumnya, setiap kali konser ia berusaha “menyembunyikan” kelebihan lemak di perut dengan memakai korset atau long torso. Sayangnya, korset kerap membuat penampilannya tidak maksimal lantaran napasnya agak tertahan. Ia juga tidak bisa bergerak lincah di panggung.
Liposuction dia nilai positif. “Kalau setelah sedot lemak kondisi tubuh tidak dijaga, lemak muncul lagi. Makan minum harus dijaga.” (jie)