“Mamam, mamam!”
Owen Sanjaya (18 bulan) bergumam “mamam” sambil menggerak-gerakkan tubuh dan kedua kakinya di baby chair-nya.
“Dulu aku merasa aneh,” kata Laura Basuki. “Tiap kali aku memasak atau menyiapkan makanannya, Owen jingkrak-jingkrak sambil ngoceh.”
Ternyata, itu tanda bahwa Owen senang dan tak sabar ingin menyantap makanan yang sedang disiapkan. Makan menjadi momen yang dinanti-nanti anak Laura; berbeda dengan yang sering terjadi dalam keluarga lain di mana anak susah makan atau mogok makan.
Artis kelahiran Berlin, Jerman, 29 tahun lalu ini punya trik khusus agar anaknya doyan makan. “Jangan pernah memaksa anak untuk makan,” tegasnya. “Sejak Owen berusia 6 bulan, saya dan suami sepakat tidak memaksa dia makan. Anak pada dasarnya pintar. Sekarang nggak mau makan, kalau sudah lapar pasti mau. Jadi, sabar saja.”
Saat mengenalkan makanan baru. Ibu muda ini berprinsip jangan kalah sama anak; coba dan coba terus. Bayi butuh 15x dibujuk sampai mau mencoba rasa makanan baru.
“Aku ibu baru, masih belajar. Mesti banyak baca, sering tanya dokter,” ujarnya dalam peluncuran produk CERELAC Nutripuffs, beberapa waktu lalu.
Dari awal, Laura dan suami bertekad membesarkan anak sendiri, tanpa baby sitter. Awalnya susah membagi waktu, lambat laun terbiasa. Ia dan suami tak ingin kehilangan momen tumbuh kembang anak tercintanya. Termasuk saat Owen menolak makan. Laura putar otak supaya si kecil tetap mendapat nutrisi.
Pemain film Di Timur Matahari ini memberi jeda satu jam, baru mencoba lagi menyuapi. Jika masih tidak mau, tunda lagi satu jam. “Kalau Owen lagi nggak enak badan, cranky. Kalau dipaksa makan, lihat sendok dia bisa trauma,” papar istri Leo Sanjaya ini. “Makan harus menyenangkan, supaya memorinya tentang makan bagus.”
Kalau proses makan yang menyenangkan terus diulang, akan terekam di otak si kecil. Anak akan menanti-nanti, kapan waktu makan berikutnya. Anak akan berasosiasi, makanan dari ibunya pasti enak dan ingin mencoba.
“Kata dokter, proses makan yang menyenangkan merangsang keluarnya hormon endorfin (hormon kebahagiaan) dan oksitosin,” tutur nominator peraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 2013 ini.
Hormon oksitoksin menciptakan perasaan santai, tenang dan bahagia. Saat tubuh dalam kondisi rileks dan bahagia, metabolisme bekerja dengan baik. Oksitosin membuat denyut jantung teratur, gerak usus lebih baik, enzim pencernaan terproduksi lebih banyak, makanan tercerna dan diserap tubuh lebih baik. “Hal-hal kecil yang kita lakukan, berdampak luas pada tubuh dan otak anak sampai dewasa.” tambah Laura.
Proses makan yang benar memberi manfaat bagi bayi dan ibu; ikatan batin keduanya terjalin lebih kuat. Terbukti, kalau Owen harus dititipkan kepada ipar, karena Laura ada kegiatan, Owen jadi susah makan.
Snacking time
Laura rela meninggalkan gemerlap dunia artis, saat harus memberikan ASI eksklusif. Saat ini, dia sendiri yang menyiapkan makanan pendamping ASI (MPASI). Ia kombinasikan beragam makanan; makanan utama, buah dan snack.
“Owen mulai belajar makanan orang dewasa. Aku kombinasi dan variasikan; kadang ikan salmon, daging sapi atau ayam, brokoli atau buah. Snack jam 3-4 sore,” katanya. “Dulu kita berpikir, anak kebanyakan snack nggak bagus. Sebenarnya, orangtua yang harus pintar memilih snack untuk anak.”
Camilan atau snacking adalah bagian dari pola makan sehat, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil yang aktivitasnya mulai banyak; merangkak, belajar duduk, berdiri, dst. Kita harus pintar memilih camilan. Biasanya saya berikan snack kemasan tinggi zat besi, karena dari yang aku baca, selepas masa ASI, anak-anak rentan anemia.”
Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2007 menyebutkan, anemia diderita 40-45% balita Indonesia. Anemia defesiensi besi membuat perkembangan otak anak tidak maksimal. Manfaat lain memberikan camilan yang dirasakan Laura, perilaku Owen jadi lebih tenang. “Sebelumnya cranky, nggak tau mau apa. Diajak main nggak mau, minum susu nggak mau. Akhirnya didudukkan, siapkan mangkuk dan diisi snack. Owen akan main-main dengan makanan, lalu dimakan.”
Laura melihat, perkembangan motorik halus Owen sudah baik. Ia mulai memasukkan barang ke mulut. Laura menaruh camilan-camilan lucu berbentuk bintang di depan Owen. “Awalnya suapannya melenceng ke pipi, ke hidung. Lama-lama ia bisa makan dengan benar.”
Jangan membuat bingung
Laura dan suami sengaja menempatkan Owen di baby chair kalau mau makan. Semua mainan dijauhkan dan tayangan televisi dimatikan.
“Waktunya makan, harus makan. Jangan sampai anak bingung, ini waktunya makan atau main sih. Dan tayangan TV, membuat anak tidak konsentrasi makan. Dengan duduk di baby chair dan makanan ada di hadapannya, ia akan belajar makan. Belajar pegang sendok dan makanannya,” papar Laura.
Cara ini ternyata sukses. Dengan bangga, Pemeran Utama Wanita Terbaik di FFI 2010 ini bercerita, saat ini Owen sudah bisa diajak makan bareng di restoran. Ia sudah belajar menyendok makanannya sendiri. Ia akan tertawa setelah bisa menyuapi sang ibu.
Ia tumbuh menjadi anak yang sangat ekspresif dan eksploratif – tidak penakut dan ingin tahu banyak hal. “Ketemu barang baru, dia pasti pencet-pencet, pegang, dilempar atau dijilat. Mungkin buat beberapa orang itu annoying (mengganggu), misalnya dia memasukkan mainan ke mulut. Itu kan kotor. Aku sih biarkan saja. Menurutku, dengan begitu dia malah jadi nggak gampang sakit.”
Tak bisa dipungkiri, rasa lelah dan capek kadang datang menyambangi. Laura tidak pernah berpikir untuk menjadikan itu sebagai alasan, untuk memarahi anak. Saat merasa penat, tidak malu-malu ia minta tolong pada suami untuk menjaga Owen.
“Kalau merasa capek dan kita paksakan, kita bisa marah dan keluar kata-kata yang tidak enak. Lebak baik, masuk kamar lalu mandi,. Tinggalkan anak di tempat yang aman. Biasanya, kalau saya balik lagi, Owen sudah nggak cranky lagi. Sudah reda.”
Di waktu senggang, Laura senang menemani Owen bermain building block, mengajak berenang, bermain di sekitar rumah, atau membacakan buku. “Owen belum dikasih nonton TV. Dari membaca aku tahu, untuk anak dibawah 2 tahun tayangan TV itu tidak bagus.” (jie)