Penyanyi Afgansyah Reza atau yang dikenal sebagai Afgan bercerita bila mengalami sleepwalking atau tidur berjalan. Ini adalah pengalaman aneh yang jarang terjadi pada orang banyak. Sleepwalking bisa berbahaya bila tidak diterapi.
Sleepwalking membuat penderitanya melakukan aktivitas yang tidak diketahui dalam kondisi ‘setengah’ sadar. Lewat akun Instagram pribadinya, Afgan mengungkapkan, sambil tertidur ia melakukan aktivitas makan, bahkan memakai vacuum cleaner.
Sleepwalking yang dialami Afgan ini tampaknya tidak hanya terjadi satu dua kali, melainkan sering. Afgan bercerita beberapa waktu lalu ia memakan mie instan dan snack di atas kasur. Tidak berhenti di situ, pria 34 tahun ini menambahkan, dalam keadaan setengah sadar ia membersihkan tumpahan makanan.
“Di sini ada yang pernah sleep walking gak? gw lumayan sering. Semalam jam 3 pagi, sleepwalking bikin pop mie abis itu makan snack & karena makan nya sambil tidur tumpah semua ke tempat tidur dan masih bisa-bisa nya gw vacuum sampe bersih. Semuanya ini gw lakukan masih dalam 70 persen tertidur,” tulis Afgan dalam postingan tanggal 9/8/2023 lalu.
Melansir Sleep Foundation, sleepwalking (dalam istilah medis disebut somnambulism) adalah gangguan perilaku yang biasanya terjadi pada periode tidur dalam, menyebabkan berjalan atau melakukan aktivitas dalam kondisi masih tertidur.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak, daripada orang dewasa, dan lebih mungkin terjadi jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut, kurang tidur atau rentan terbangun di malam hari berulang kali.
Apakah sleepwalking gangguan tidur?
Tidur berjalan merupakan bagian dari gangguan tidur yang disebut parasomnia. Dalam jurnal Cureus dijelaskan parasomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan peristiwa verbal atau perilaku motorik yang tidak normal dan tidak menyenangkan.
Terjadi selama transisi tidur atau dari bangun ke tidur. Selain sleepwalking, gangguan parasomnia lain antara lain mengigau, mimpi buruk dan terbangun kebingungan.
Kelelahan, kurang tidur, stres dan gangguan kecemasan ditengarai sebagai penyebab tidur berjalan ini. Pada orang dewasa sleepwalking juga mungkin terjadi akibat:
- Konsumsi alkohol, obat penenang atau obat lain, seperti obat tidur
- Penyakit tertentu, seperti kejang
- Gangguan mental
Walau bernama sleepwalking atau tidur berjalan, gejala yang dialami sangat beragam. Seperti Afgan yang melakukan aktivitas makan mie instan sambil tertidur, gejala sleepwalking bisa meliputi:
- Berjalan, bahkan berlari.
- Tampak terbangun, tetapi dengan tatapan kosong.
- Respons yang minimal atau berbicara tidak jelas.
- Melakukan aktivitas rutin, misalnya memakai baju atau memindahkan perabotan.
- Buang air kecil di sembarang tempat.
- Melakukan aktivitas seksual tidak pada tempatnya (sexsomnia).
Apa bahayanya?
Mengalami sleepwalking bisa sangat berbahaya – minimal mengganggu orang lain. Cedera mungkin terjadi jika ia terjatuh atau tertabrak sesuatu ketika ia berjalan atau lari sambil tidur.
Lebih berbahaya lagi jika ia berkendara sambil tertidur – ini sleepwalking yang ekstrim. Aktivitas selama tertidur juga berpotensi menyebabkan individu yang bersangkutan malu, misalnya terkait perilaku seksual yang sembarangan, atau kencing di tempat yang terbuka.
Studi menemukan bahwa orang tidur berjalan memiliki tingkat kantuk yang berlebihan di siang hari dan gejala insomnia.
Dari sleep hygiene hingga terapi perilaku
Terapi sleepwalking sangat bergantung pada usia dan seberapa mengganggu gejala tersebut. Dalam banyak kasus, tidur berjalan tidak membutuhkan perawatan aktif karena episodenya jarang tejadi atau menimbulkan risiko minimal.
Episode sleepwalking sering berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, bagi mereka yang membutuhkan terapi khusus, riset di jurnal Sleep Medicine menjelaskan pendekatan pertama yang efektif adalah menerapkan sleep hygiene.
Sleep hygiene misalnya tidur pada jam yang sama, atur suasana tidur (suhu dan pencahayaan) senyaman mungkin, jangan konsumsi kafein atau minum banyak sebelum tidur, jauhkan perangkat elektronik, dll.
Baca: 8 Cara Ini Membuat Tidur Anda Lebih Nyenyak
Terapi selanjutnya adalah mengelola/mengatasi sumber stres dan kecemasan. Terakhir dengan obat-obatan (misalnya obat golongan benzodiazepine atau melatonin).
Terapi non medis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau mindfulness-base stress reduction (MBSR) efektif meningkatkan kualitas tidur, kerap kali dengan membingkai ulang cara berpikir seseorang tentang tidur. (jie)