membuat anak tidak cepat bosan selama belajar di rumah
cegah anak cepat bosan saat belajar di rumah selama pandemi covid-19

Tips Agar Anak Tidak Cepat Bosan Saat Belajar Di Rumah

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Terhitung sejak 15 Maret 2020 pemerintah (Presiden Joko Widodo) menganjurkan masyarakat untuk berkegiatan di rumah, termasuk belajar di rumah.

Belajar dari rumah adalah sebagai salah satu bentuk social distancing untuk menghambat penyebaran virus corona. Hingga satu bulan berjalan, kegiatan belajar di rumah tidaklah semudah yang dibayangkan.

Banyak kendala yang dihadapi, seperti orangtua murid/anak tidak memiliki fasilitas yang memadai – termasuk sulitnya sinyal di daerah-daerah pinggiran, orangtua harus membagi waktu antara bekerja di rumah dan menemani anak belajar, lingkungan yang tidak kondusif sehinga membuat anak tidak bisa fokus belajar, dll.

“Memang tidak mudah untuk menerapkan kegiatan belajar di rumah, termasuk bagaimana membuat anak tidak bosan belajar atau stres,” terang Saskhya Aulia Prima, M.Psi, psikolog sekaligus Co Founder Rumah Konsultasi Tiga Generasi. “Pertama kita harus iklas dulu kalau itu memang membosankan.”

Ketiadaan teman satu kelas membuat anak-anak kurang termotivasi dan tertantang untuk belajar. Kemampuan anak untuk mempertahankan fokus selama belajar mandiri juga menjadi kesulitan tersendiri.

“Terdapat rumus untuk menghitung rentang konsentrasi anak untuk hal-hal yang ia sukai, yakni 1-3 menit dikali (X) usia. Misalnya anak usia 9 tahun maka rentang fokus (untuk hal yang disukai) antara 9-27 menit. Biasanya kalau sudah masuk usia 12 tahun sudah mulai memiliki self control yang lebih baik, bisa bertahan satu jam lebih,” katanya.

Berdasarkan waktu kemampuan fokus tersebut, orangtua disarankan untuk memberikan waktu istirahat 5-10 menit, misalnya dengan menyanyi atau melakukan hal-hal yang ia senangi, sebelum memulai lagi kegiatan belajar.

“Tetapi yang jelas selama jam sekolah harus ada kegiatan,” tegas psikolog yang juga pengarang buku #bukuantipanik (Anti Panik Mengasuh Bayi 0-3 Tahun) ini.   

Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua agar anak tidak cepat bosan.

Pilih tempat yang sesuai

Untuk mengurangi gangguan selama proses belajar, penting untuk orangtua menyediakan / memilih ruangan yang tidak banyak distraksi.

“Ini untuk meminimalkan anak mengalihkan fokusnya pada hal-hal lain,”kata Saskhya.

Ganti suasana

Hal sederhana yang cukup bisa membuat perubahan berarti adalah merubah suasana belajar. “Kadang kita hanya fokus belajar di satu tempat saja, itu bisa sangat membosankan,” kata Saskhya dalam Digital Media Briefing : Cerebrofort #MindMappingAnakMasaDepan yang dilakukan melalui aplikasi Zoom, pada Selasa (28/4/2020).  

“Bisa hanya dengan mengubah dekorasi ruangan, atau menggeser ke tempat lain sehingga anak melihat hal lain. Atau kalau mau sekarang belajarnya di ruang piknik, tetapi hanya di depan rumah gelar tikar dan ada meja di situ.”

Beri kesempatan anak bergerak

Penting bagi orangtua untuk memberi jeda / istirahat beberapa menit. Dengan anak bergerak akan men-charge atau mengisi kembali semangatnya yang sudah mulai bosan.

“Adakan sesi bermain bebas selama 10-15 menit. Karena anak memiliki kebutuhan untuk bergerak,” imbuh Saskhya. “Biarkan dia melakukan apa yang ia suka, orangtua tidak perlu terlalu mencampuri.”

Pada usia sekitar 8 tahun ke bawah anak memiliki kebutuhan untuk bergerak minimal 4 jam per hari. Memenuhi kebutuhannya untuk bergerak juga akan mengurangi kecemasan pada anak-anak.

“Pada masa pandemi ini orangtua harus lebih banyak membuat kegiatan yang sifatnya membuat anak bergerak, selain mengurangi kecemasan, akan membuat anak lebih fokus.”

Variasi belajar

Memberikan variasi kegiatan belajar akan menghilangkan kebosanan belajar. Untuk anak-anak yang lebih besar bisa dengan menonton video, atau untuk anak-anak yang lebih kecil belajar dengan menggambar.

Pintar-pintar lah memilih aktivitas yang punya tujuan untuk menyelesaikan tugas. “Misalnya agar anak-anak mengenal angka. Coba minta anak untuk mengambil daun 3 daun berwarna hijau atau kuning. Di sana ada interaksi yang menyenangkan antara orangtua dan anak, dan sekaligus membuat anak bergerak,” terang Saskhya.

Interaksi postif ini menjadi faktor penting bagi anak untuk mau menangkap informasi. (jie)