Mencorat-coret tembok, kertas kosong atau buku merupakan hal yang lumrah dilakukan anak-anak. Mereka seperti tidak bisa melihat bidang kosong, tangannya gatal untuk menggambar.
Walau tampak seperti sebuah coretan, menggambar merupakan bagian dari perkembangan mental anak dan kemampuan motorik halusnya.
Masoumeh Farokhi dari Islamic Azad University, Toyserkan Branch, Iran, menjelaskan bila melalui gambar anak dapat diperoleh informasi tentang perkembangan sosial/emosial, fisik dan intelektual anak.
“Anak-anak biasanya menjelajahi dunia di sekitar mereka melalui metode intelektual, fisik dan emosional. Untuk anak kecil, pensil, kuas dan kertas adalah cara terbaik untuk menyampaikan harapan terindah dan ketakutan paling mendalam,” terang Farokhi dalam papernya yang diterbitkan di jurnal Procedia Social and Behavioral Science.
Riset Brittain & Lowenfeld (1987) membuktikan perkembangan gambar yang dibuat anak-anak selama periode waktu tertentu dapat menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan, serta menentukan kemampuan akademik dan ketrampilannya.
Menurut Lowenfeld, anak-anak memulai proses menggambar sedini mungkin sejak mereka bisa memegang alat gambar. Dari upaya pertama mereka menggambar, yang terdiri dari garis atau bentuk acak, hingga gambar representasi (benda atau orang) pertamanya, anak-anak-anak berusaha berkomunikasi dengan dunia sekitar mereka dan membangun makna melalui gambar yang mereka buat.
“Melalui gambar mereka itulah anak-anak mengekspresikan pandangan dan interpretasi pengalaman mereka,” imbuh Farokhi.
Menggambar adalah alat komunikasi
Walau menggambar adalah bentuk ekspresi individual, ini juga adalah alat komunikasi. Anak-anak belum memiliki kemampuan yang cukup untuk menunjukkan ekspresi linguistik, sehingga mereka menggunakan komunikasi simbolik melalui gambar.
Penelitian Kitahar & Matsuishi tahun 2002 menjelaskan bila melalui gambar, anak-anak berkomunikasi dengan orang-orang yang mereka kenal, mereka mengembangkan kemampuan hidup dan membangun rasa kepercayaan.
Gambar anak menunjukkan proses tumbuh kembangnya, termasuk kemampuan motorik, perkembangan emosional, psikososial dan kemampuan persepsinya.
“Anak-anak menggambar apa yang mereka tahu dengan gayanya sendiri. Dengan kata lain, ini adalah fungsi persepsi, sensitivitas/emosi dan interaksi dengan fungsi motorik. Di sana juga ada pengalaman sosial,” tulis Farokhi.
Rekor MURI menggambar secara daring
Melihat pentingnya arti menggambar, dan adanya keterbatasan aktivitas anak-anak selama pandemi COVID-19, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia bekerjasama dengan PT Midi Utama Indonesia Tbk. (Alfamidi) mengadakan lomba menggambar secara daring yang diikuti oleh 1.271 anak.
“Menggambar merupakan satu aktivitas yang sangat disukai anak-anak karena selain menjadi media untuk mengekspresikan diri juga untuk melatih berfikir cepat, mandiri, percaya diri, supel dan tumbuh kembang secara optimal,” kata CCD Director Danone SN Indonesia Yulius Tirtasaputra, dalam keterangan persnya, Sabtu (20/11/2021).
Kegiatan yang merupakan rangkaian dari gerakan sosial “#AyoTunjukTangan” tersebut telah memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai 'Lomba Menggambar secara Daring oleh Peserta Terbanyak’.
Ari Andriani, selaku perwakilan MURI, mengatakan, “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini karena merupakan terobosan baru dalam kondisi masih pandemi COVID-19, terlebih kegiatan ini melibatkan banyak anak-anak di seluruh Indonesia. Harapan kami, kegiatan seperti ini dapat lebih banyak lagi diadakan agar dapat memotivasi anak-anak di Indonesia untuk tumbuh menjadi generasi maju.”
Lomba yang digelar bertepatan dengan Hari Anak Sedunia tersebut terbagi menjadi Kategori A untuk anak usia 3 - 5 tahun; Kategori B untuk anak usia 6 - 8 tahun; dan Kategori C untuk anak usia 9 - 12 tahun.
Masing-masing peserta diberikan waktu selama 60 menit. Pemenang di setiap kategori akan mendapatkan medali, sertifikat serta hadiah tabungan pendidikan dan voucher belanja. (jie)