berkat tersembunyi memiliki bayi di saat pendemi covid-19

Berkat Tersembunyi Memiliki Bayi di Saat Pandemi COVID-19

Adanya pandemi COVID-19 yang jumlah penderitanya terus meningkat bisa sangat menakutkan bagi seorang ibu. Salah satu ketakutan yang menghantui adalah bagaimana bila bayi kita ikut terinfeksi. Tetapi tahukah Anda, bila memiliki bayi di saat pandemi ini adalah suatu berkat tersembunyi.

Setiap orangtua tidak mengingini bayinya hidup kondisi yang serba tidak pasti ini. Tetapi jika dipikir lebih jauh ada berkat tersembunyi dengan memiliki bayi di saat pendemi ini.

“Selain lemari dipenuhi oleh produk-produk pembersih dan tisu basah, memiliki anak berusia 3 bulan membantu keluarga kami melewati masa yang sangat menegangkan dengan humor, rahmat, dan yang terpenting adalah harapan,” kata Sarah Ezrin, motivator yang sekaligus guru yoga di San Francisco, AS.

Pertama-tama memiliki bayi membutuhkan kehadiran orangtua. Ketakutan akan apa yang akan terjadi di masa depan kerap kali muncul, “Tetapi ketika Anda merawat orang lain, atau ada seseorang yang menggantungkan hidup pada Anda, Anda harus sepenuhnya hadir pada saat itu. Walau sulit untuk memikirkan hal lain, ketika berhadapan dengan keadaan darurat.”

Bayi bisa menjadi sangat sensitif bahkan terhadap perubahan sekecil apa pun yang ibunya alami. Begitu pikiran membayangkan hal-hal yang menakutkan, atau ketika sang ibu mengecek ponsel untuk membaca update berita, si kecil seperti merasakannya dan bereaksi.

“Dia menarik saya dengan suara lembut untuk kembali kepadanya, atau bahkan kadang-kadang menarik wajah saya ke arahnya,” terang Sarah. 

Demikian pula saat kita diharapkan untuk menjaga jarak dengan orang lain dan melakukan social distancing, bayi bisa menjadi sumber keterhubungan yang kuat. “Merasakan tangan kecilnya menggenggam jari Anda, atau bagaimana ia memandang mata Anda akan membuat Anda tenang.

“Ketika anak saya menginjak usia 4 bulan, ini adalah fase ia menjadi sangat aktif. Apartemen kami menjadi ramai oleh suara dan tawanya. Ini seperti mengisi keheningan yang meningkat dari kota di luar sana,” tutur Sarah.

Bayi sumber ketenangan dan harapan

Ketika ibu mendekap bayinya di dada, detak jantung ibu atau bayinya tidak hanya akan memelan tetapi bahkan tampaknya saling menyinkronkan. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada memeluk anak di dekapan. “Perasaan lega segera menyapu saya,” tutur Sarah.

Ini terutama membantu di minggu pertama kehidupan si bayi, ketika baik ibu atau bayinya kurang tidur, terbangun menangis di tengah malam. Ini juga sangat membantu ketika berita di TV atau internet sangat menakutkan.

“Menggendong bayi bisa menjadi penyembuh yang hebat,” tegas Sarah.

Bayipun adalah sumber kebahagiaan. Menghabiskan waktu dengan si kecil akan meningkatkan dua hormon penting di otak (dopamine dan oksitosin). Tidak peduli seberapa buruk berita pada hari itu, atau seberapa lelah Anda, “Ketika saya menggendongnya, dan ia menunjukkan senyuman yang tidak bergigi, mood saya langsung naik lagi,” kata Sarah. 

Bayi akan memancing Anda untuk terus tertawa, dan tertawa adalah obat yang mujarab untuk segala penyakit.

Terakhir, tambah Sarah, seorang ibu akan berbuat apa pun untuk bayi dan keluarganya. Itu berarti membuat keputusan untuk merawat diri sendiri lebih baik dari yang sebelumnya, seperti berhenti hangout di coffee shop favorit. Dan mulai lebih rajin cuci tangan sejak kehadiran si kecil.

“Lewat merawat anak, saya belajar bagaimana merawat diri sendiri dengan lebih baik di waktu kesehatan sangat penting untuk kebaikan yang lebih besar,” tambahnya.

Di saat sebagian kota mengharuskan warganya tinggal di rumah, dan sebagian orang mengeluhkan bosan, “Bagi saya tidak ada tempat yang lebih baik dari rumah, bersama keluarga. Ini juga menjadi hadiah bagi suami yang bisa bekerja dari rumah selama masa penting perkembangan putra kami,” imbuhnya.

Ini berarti kedua orangtua tidak melewatkan tahapan-tahapan penting tumbuh kembang si kecil, seperti saat ia tertawa pertama kali, atau ketika sudah bisa berguling, dan hal-hal lain yang akan datang.

“Bayi merupakan pengingat tentang harapan. Dan kita masih memiliki masa depan yang menanti, dan kita bisa melalui saat-saat sulit ini,” tutup Sarah dilansir dari healthline.com.