Penampilan koreografer Cynthia Arnella (26 tahun) di panggung selalu memikat. Misalnya ketika ia tampil di Dance Generation – Urbanology 2016 persembahan United Dance Works. Tariannya begitu kuat dan ekspresif. Bagaimana koreografer ini mengolah tubuh sehari-hari? “Yang paling penting, stretching yang baik dan benar, karena penari bekerja dengan tubuh,” ujarnya. Ini penting untuk mencegah cedera. Kalaupun cidera, hanya ringan seperti kecentit atau kejang otot ringan.
Ia melakukan body training minimal 3 jam. Termasuk latihan koreografi dan mengajar, total bisa 7-9 jam. “Kalau tidak ada latihan, tubuh tetap perlu digerakkan,” katanya. Selama 30 menit ia stretching. Dilanjutkan dengan melatih kaki, tangan, tubuh. Kalau cuaca sedang baik, ia jogging di luar.
Diet? “Dulu pernah. Tapi malah mengganggu mood, sedangkan mood berpengaruh pada kreativitas dalam menciptakan koreografi.” Bisa dibilang ia tidak memantang makanan, yang penting work out jalan terus. Diusahakan, jam makan teratur; makan malam paling telat jam 8. Camilan selalu tersedia di tas, kalau-kalau tidak sempat makan di waktu yang seharusnya. Bila terpaksa makan lebih malam, diganti dengan buah.
Kurang tidur dirasakan bisa merontokkan stamina; esoknya kaki terasa lemas. Sementara, “Dancer tidurnya pasti larut, karena kreativitas munculnya malam.” Untuk itu, ia membatasi paling telat tidur pukul 2 pagi.
Menjelang pentas, pola makan dan tidurnya kacau. Suplemen vitamin menjadi andalan. Ibu membuat sari kurma dicampur madu dan perasan jeruk nipis saat sarapan, sebagai ganti teh. Tepat sebelum pentas, ia “cicil” makanan selagi bisa, karena tidak baik makan terlalu banyak kemudian bergerak (menari). “Sambil di-make up sambil makan sedikit-sedikit.”
Cynthia mulai ikut kompetisi dance dan breakdance sejak SMP. Menari secara profesional sejak lulus SMA. “Insya Allah akan terus menari dan berkarya,” ia tersenyum. (nid)