1000 hari pertama kehidupan – dari 0 bulan sampai 2 tahun- adalah periode kritis tumbuh kembang bayi / anak. Sistem pendukung (support system) berperan vital agar ibu bisa lancar memproduksi ASI.
Tantangan ibu hamil dan menyusui saat ini sangatlah besar. Perubahan fisik dan hormonal bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Beban ibu bertambah berat jika ia juga bekerja. Sementara di satu sisi kehamilan harus dipersiapkan, baik dari segi fisik (nutrisi) dan psikologis.
Jika ibu mengalami kurang gizi selama kehamilan berisiko melahirkan bayi yang bermasalah, seperti neural tube defect (NTD / tidak sempurnyanya penutupan tabung saraf), BBLR (bayi berat lahir rendah), stunting, gangguan mental dan kognitif, dll.
Disinilah pentingnya peran support system (suami, ibu/mertua dan lingkungan) di sekitar ibu hamil/menyusui.
Studi tentang Tantangan Ibu Hamil & Menyusui di Indonesia (2017) yang dilakukan oleh PT. Fonterra Brand Indonesia mendapati bahwa jika ibu tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai tentang kesehatan dan nutrisi selama kehamilan dan menyusui dari sistem pendukung mereka, maka akan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
“Suami diharapkan proaktif dan memberi perhatian lebih pada kehamilan pertama. Sementara pada kehamilan berikutnya, suami diandalkan untuk mengasuh anak, sehingga sang ibu lebih fokus menghadapi kehamilan. Ibu / mertua menjadi referensi utama dalam memberikan nasihat pengasuhan anak,” papar Ines Yumahana Gulardi MSc, Senior Nutrition Manager, Fonterra Brands Indonesia.
Menurut artikel Baby Friendly Initiative yang diterbitkan oleh UNICEF, ketika dukungan selama masa menyusui diberikan pada ibu, durasi dan eksklusivitas pemberian ASI pun meningkat.
“Menyusui akan menurunkan risiko kematian bayi mendadak antara 36-50%, ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) 70%, infeksi saluran cerna 64% dan diabetes sampai 40%,” papar Dr. dr. Ali Sungkar, Sp.OG (K), Ketua Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA) dalam peluncuran kampanye Anmum #CelebrateTheExtraordinary, di Jakarta (1/8).
Bagi sang ibu, menyusui (breastfeeding) akan menurunkan risiko kanker payudara hingga 50%, kanker ovarium 21%, diabetes melitus tipe 2 sampai 12% dan penyakit jantung koroner 37%.
Dr. Ali menambahkan, persiapan kehamilan yang tidak matang bisa memunculkan sindrom ASI yang tidak cukup. Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain, inisiasi menyusui dini yang terlambat, stimulasi payudara tidak optimal, teknik menyusui tidak tepat, sampai durasi yang kurang.
Hal-hal yang bisa dilakukan agar produksi ASI lancar antara lain :
- - Melakukan inisiasi menyusui dini ½ - 1 jam setelah bayi lahir.
- - Bayi hanya diberi ASI saja tanpa minuman lain dalam 6 bulan pertama (ASI ekslusif).
- - Memberikan ASI sesering dan semau bayi.
- - Tidak memberikan dot/kempeng; meminimalkan bayi mengalami bingung puting. (jie)