Jangan khawatir. Sindrom darah kental dapat diobati. Consensus Statement on an Update of the Classification Crite Antiphospholipid Síndrome tahun 2006 menyebutkan, pengobatannya cukup sederhana, yaitu dengan antikoagulan (anti pembekuan). Misalnya heparin dan warfarin; dan anti agregasi (kelengketan) trombosit, contohnya aspirin.
Keduanya berfungsi membuat darah encer, dengan mempengaruhi proses pembekuan dan trombosit. Tapi, pengobatan ini tidak mudah karena mempunyai efek samping yaitu pendarahan. Selama menggunakan obat-obatan pasien perlu melakukan pemeriksaan laboratorium berkala.
Antikoagulan
Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM menjelaskan, terdapat dua macam antikoagulan: antikoagulan oral (warfarin) dan anikoagulan injeksi (heparin). Antikoagulan oral menghambat berkurangnya vitamin K, sehingga dapat mengurangi atau mencegah pembekuan darah.
Warfarin penggunaannya sudah tersebar luas. Obat ini cepat diserap dan dapat melalui plasenta, sehingga tidak boleh digunakan pada kehamilan, khususnya jika belum melewati trisemester pertama. Begitu pula pada pascapersalinan, warfarin dapat melewati payudara sehingga bisa menyebabkan masalah pembentukan vitamin K dan fungsi hati pada bayi yang baru lahir.
Sedangkan Heparin digunakan pada tiga kondisi utama. Yakni, segera setelah terjadinya trombosis (pembekuan darah), menjelang operasi atau setelah melahirkan. “Heparin biasanya digunakan pada kehamilan untuk menggantikan warfarin, karena tidak bersifat teratogenik (membahayakan janin). Namun penggunaannya dalam jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis,” ujar Prof. Aru.
Antitrombosis
Aspirin dosis rendah (75 – 100 mg/hari) merupakan antitrombosis yang poten mencegah penggumpalan. Namun, “Penggunaan aspirin dalam waktu lama, dapat mengurangi tingkat sirkulasi dari faktor pembekuan darah, sehingga justru dapat mengakibatkan perdarahan,” terang Prof. Aru.
Perbaikan nutrisi
Pemberian obat-obatan perlu didukung dengan pola diet sehat. Karena pembentukan dan aktivitas sistem imun sangat bergantung pada kecukupan nutrisi, pola diet sehat perlu dilakukan penderita.
Salah satu penyebab terjadinya penggumpalan darah, adalah kondisi keasaman berlebihan pada darah dan jaringan atau organ tubuh. Penyebabnya antara lain pola diet tinggi protein hewani, karbohidrat olahan, lemak jenuh dan zat kimia tambahan pada makanan.
Dianjurkan lebih banyak mengonsumsi protein hewani rendah lemak, putih telur, ikan; karbohidrat kompleks dan alami, seperti beras merah, kacang hijau; serta lemak tak jenuh dan rendah kolesterol, seperti minyak zaitun atau minyak jagung
Perbanyak juga konsumsi buah dan sayuran segar (minim pemrosesan). Dalam satu publikasi disebutkan, proses pemasakan mengakibatkan hilang atau rusaknya zat nutrisi penting, seperti vitamin, mineral dan enzim, yang terdapat pada makanan. Padahal, enzim dari makanan sangat membantu proses metabolisme tubuh.
Semakin banyak konsumsi makanan tanpa enzim dan mengandung zat kimia yang tidak diperlukan tubuh, semakin banyak sel darah putih diproduksi karena dianggap sebagai zat asing yang harus dibasmi. Bila jumlahnya sampai melebihi keseimbangan yang dibutuhkan, sel darah putih akan berbalik menyerang sistem imun tubuh.
Jangan lupakan olahraga, lebih diutamakan kardio, seperti aerobik ringan, jogging atau bersepeda, berefek meningkatkan transfer oksigen ke otak, memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga sirkulasi darah lancar, dan memperbaiki metabolisme tubuh. (puj)
Bersambung ke: Ginkgo Biloba Si Pelancar Darah