Sekitar 80% sistem imun ada di saluran pencernaan. Salah satu cara meningkatkan sistem imun dengan rutin mengonsumsi probiotik. Sejumlah penelitian juga menunjukkan, probiotik bekerja sebagai antibiotik alami dan terbukti dapat mengurangi dosis dan lama penggunaan antibiotik.
Probiotik meningkatkan sistem imun, dengan menstimulasi produksi dan aktivitas sel-sel imun di jaringan mukosal. Suatu jaringan yang melapisi saluran pencernaan, mulut, pernapasan dan saluran kemih. Ini disebut juga sistem imun mukosal, berfungsi sebagai lini pertama dalam melawan kuman. Bakteri probiotik juga dapat melekat pada sel epitel usus dan mengaktifkan makrofag, yang berfungsi membunuh bakteri.
Sistem imun perlu diperkuat, bahkan dari udara yang kita hirup banyak mengandung kuman dan zat polutan. Akibatnya, kita bisa mengalami infeksi saluran pernapasan. Meski tampaknya ringan, flu dan pilek sebaiknya jangan didiamkan. Virus flu kini makin ganas.
Pilek yang umumnya disebabkan oleh virus, dapat disertai infeksi bakteri dan bisa muncul komplikasi seperti radang sinus (sinusitis) dan bronkitis. Infeksi oleh bakteri bisa disembuhkan dengan antibiotik. Namun, kini makin banyak bakteri yang resisten (tahan), akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Sebuah studi meneliti efek probiotik terhadap imunitas mukosal pada pelari jarak jauh profesional. Selama 4 bulan latihan intensif di musim dingin, 20 atlet diberi 3 kapsul probiotik 2x sehari atau plasebo (obat kosong).
Atlet yang mengonsumsi probiotik mengalami gejala pernapasan selama 30 hari, dibandingkan 72 hari pada mereka yang mengonsumsi plasebo. Diketahui, probiotik menggandakan interferon gamma (zat yang penting untuk melawan infeksi virus dan bakteri di dalam sel), serta meningkatkan imunitas sistemik dengan meningkatkan aktivitas sel T (bagian dari sel darah putih).
Studi lain meneliti efek pemberian bakteri baik L. casei Shirota terhadap infeksi virus flu pada bayi tikus. Konsentrasi virus pada tikus yang diberikan L. casei Shirota strain lebih rendah dibandingkan tikus yang diberi larutan garam sebagai kontrol, dan kemampuan bertahan pada kelompok L. casei Shirota strain lebih tinggi.
Sehari setelah infeksi, aktivitas sel NK (berperan melawan infeksi patogen) paru dan produksi interleukin-12 (berperan dalam aktivitas sel NK) pada kelompok L. casei Shirota strain jauh lebih tinggi.
Disimpulkan, pemberian L casei Shirota strain mengaktifkan sistem imun immature pada bayi tikus dan melindungi dari infeksi virus influenza. Karenanya, dapat mempercepat respon imun pada saluran cerna, dan melindungi dari berbagai infeksi saluran nafas pada bayi, anak, dan kelompok lain yang berisiko terhadap infeksi virus dan bakteri. (nid)