Memperbaiki status nutrisi orang tua tidak bisa instan. Ada prosesnya, dan sebagai anak harus telaten. Untuk mencegah malnutrisi pada orang lanjut usia (lansia), pemberian nutrisi yang baik harus diperhatikan sejak awal.
“Kebutuhan energi tiap orang tentu berbeda,” ujar Dr. dr. Nina Kemala Sari, Sp.PD, K-Ger, FINASIM dari FKUI/RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.. Ini adalah hal penting yang harus diperhatikan. Juga kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, cairan serta vitamin dan mineral. Tidak perlu sampai menghitung begitu detil mengenai kebutuhan kalori dan tiap sumber makanan. Yang penting jalankan prinsip gizi seimbang, dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Lansia dengan diabetes, tentu kebutuhan nutrisinya berbeda dari mereka yang menderita patah tulang akibat osteoporosis, misalnya.
Memperbaiki status nutrisi orang tua, perhatikan hal ini
Dua hal harus diingat dalam memperbaiki status nutrisi orang tua. “Mengobati penyebab (penyakit yang mendasari), sekaligus memperbaiki kondisi malnutrisi yang sudah terjadi,” tutur Dr. dr. Nina. Bila gigi banyak yang sudah tanggal atau gigi palsu terasa goyang saat mengunyah sehingga sulit mengunyah makanan, perlu diperbaiki.
Bersamaan dengan itu, dilakukan terapi nutrisi. Dalam hal ini, peranan keluarga sangat penting, terutama bila orang tua sudah pikun atau mulai pikun. Sebabnya, terapi nutrisi berupa konseling; informasi seputar nutrisi harus diketahui bersama dalam keluarga.
Ini akan memengaruhi tahapan selanjutnya yakni modifikasi makanan. Akan dibuat penyesuaian sesuai kondisi orang tua, sehingga mereka mau makan dengan baik. Misalnya tekstur makanan dibuat lebih lembut. Cita rasa makanan perlu diperbaiki. Bila selama ini garam dihindari sama sekali karena takut hipertensi pasien tidak terkontrol, mungkin bisa digunakan sedikit garam. Dengan demikian makanan tidak terlalu anyep sehingga selera makan pasien kembali muncul. Dan lagi, menghindari garam 100% bisa menyebabkan hiponatrium (kadar natrium terlalu rendah).
Untuk tata cara pemberian nurisi, pertama kali diusahakan secara alamiah (melalui mulut). “Jangan buru-buru mengandalkan selang atau alat-alat,” tegas Dr. dr. Nina. Pemberian nutrisi lewat mulut lebih diutamakan karena sesuai dengan fisiologis tubuh, dan dapat mempertahankan fungsi saluran cerna. Alat bantu seperti selang baru digunakan bila kondisi orang tua memang tidak memungkinkan untuk makan/minum.
Agar nutrisi orang tua terpenuhi
Jenis makanan harus beragam. Ini akan membuat tubuh mendapat semua asupan nutrisi yang dibutuhkan, sekaligus mencegah asupan berlebih dari nutrisi tertentu. Cara ini juga membuat makanan tidak membosankan dengan menu yang itu-itu saja. Ini sangat penting dalam memperbaiki status nutrisi orang tua.
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. “Proses pengosongan lambung pada lansia sudah melambat, sehingga akan merasa cepat kenyang,” terang Dr. dr. Nina. Maka agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, lambung harus sering diisi.
Ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan, sama seperti ketika membujuk anak kecil untuk makan. Sebuah penelitian menunjukkan, status nutrisi pasien yang menjalani rawat inap di RS, lebih baik daripada yang tinggal di rumah. Ternyata, kebersamaan saat makan yang membuat mereka lebih berselera untuk makan. “Makan bersama-sama di bangsal terasa menyenangkan. Ada perawat yang menemani. Tapi begitu pulang, nafsu makan jelek lagi karena tidak ada yang menemani,” tutur Dr. dr. Nina.
Tidak perlu terlalu ketat soal makanan. Misalnya orang tua menderita kolesterol tinggi, jangan lantas selalu melarang makanan sumber kolesterol; ada kalanya kita harus lebih luwes. Apalagi bila berat badan (BB) orang tua terus turun. “Kalau IMT (indeks massa tubuh) rendah (<18,5), bebaskan dulu, tidak usah dilarang-larang. Mau makan saja sudah bagus,” ujar Dr. dr. Nina. Jangan sampai suasana makan jadi tidak enak dan orangtua menganggap kita cerewet seperti “polisi”. Celakanya, saat kita tidak ada, malah mereka makan semaunya dan tidak terkontrol.
Sebaliknya bila orangtua gemuk, cara menyampaikan pesan untuk berdiet juga perlu berhati-hati. “Buat hidup mereka nyaman, ajak bicara dari hati ke hati, apa yang mereka inginkan di masa mendatang,” Dr. dr. Nina menjelaskan. Misalnya, mereka ingin melihat cucu diwisuda; maka untuk itu mereka harus sehat sehingga tidak duduk di kursi roda atau terbaring tak berdaya. Caranya, dengan memperbaiki pola makan dan berolahraga. Mungkin keterlibatan pihak ketiga diperlukan. Misalnya dokter, kerabat atau teman dekat orangtua; intinya orang yang dipercaya oleh orangtua kita, sehingga bisa menyampaikan maksud ini dengan baik tanpa ‘dicurigai’.
Suplementasi nutrisi
Bila asupan makan kurang, bisa dipikirkan pemberian suplementasi nutrisi. “Densitas kalorinya tinggi (1 kkal/ml) dan distribusi energinya seimbang sehingga terstandar,” kata Dr. dr. Nina. Juga terjamin steril dan sudah teruji klinis sehingga aman dikonsumsi. Makanan cair yang bentuknya menyerupai susu ini umumnya mengandung protein tinggi, yang baik untuk pembentukan otot, mengingat lansia sering mengalami penyusutan massa otot (sarkopenia).
Kandungan nutrisi lainnya mencakup karbohidrat, kalsium, berbagai vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai antioksidan, serta kandungan lemak baik (asam lemak tak jenuh ). Sebaliknya, rendah kolesterol. Lemak ‘baik’ penting untuk kesehatan sel-sel otak, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Meski kandungannya lengkap, suplementasi nutrisi hanya sebagai makanan tambahan, bukan makanan pokok. Makanan padat tetap yang utama. (nid)