Kejang demam pada anak balita dapat menyebabkan kerusakan pada otak. Bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan retardasi mental.
Demam adalah keluhan pada anak yang sering dijumpai. Hingga usia 2 tahun, rata-rata anak menderita demam sekitar 4 – 6 kali serangan. Secara sederhana, demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Suhu > 37,5°C (di ketiak), dianggap sebagai suhu yang abnormal (demam). Riset menunjukkan, demam di < 40°C berdampak positif, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan virus. Namun, bila suhu badan sudah di atas 40°C akan mengganggu fungsi organ, sehingga berisiko kematian. Namun, penelitian lain menyebutkan, selama suhu tubuh tidak melebihi 41,7°C maka kerusakan otak tidak akan terjadi.
Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang rendah, pada suhu 38°C pun bisa terjadi kejang. Sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Menurut dr. Dwi P. Widodo, kejang diartikan sebagai kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak. Kejang dapat disertai demam, disebut kejang demam, bisa juga tanpa disertai demam.
Jika kejang demam berlangsung < 15 menit ia tidak menimbulkan kerusakan otak atau membahayakan jiwa. Namun bahaya mengancam jika kejang berlangsung > 15 menit dan bisa terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Umumnya terjadi pada anak yang mempunyai kelainan saraf atau riwayat kejang dari keluarganya.
“Serangan yang lebih lama dan terus menerus bisa mengganggu peredaran darah ke otak, kekurangan oksigen, gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Akhirnya mengakibatkan kerusakan otak,” jelasnya. Kejang demam biasanya disebabkan oleh penyakit seperti infeksi saluran napas, saluran cerna, infeksi saluran kemih atau penyakit lain.
Ditandai dengan kehilangan kesadaran, tubuh (tangan/kaki) kaku, kepala terkulai ke belakang, disusul munculnya gerakan kejut yang kuat. Kulit berubah menjadi pucat, bola mata terbalik ke atas, gigi terkatup, kadang disertai muntah.
Berakibat Fatal
Kejang demam dapat berakibat fatal. Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan peningkatan metabolisme basal (jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh). Kenaikan 1°C suhu tubuh akan meningkatkan metabolisme basal sebesar 10-15%. Kebutuhan oksigen pada otak meningkat sampai 20%.
“Aliran darah ke otak di usia balita, lebih besar dari orang dewasa. Yakni mencapai 65% dari aliran seluruh tubuh pada balita, sedangkan pada orang dewasa 15%. Itu sebabnya, kenaikan suhu tubuh pada usia balita lebih mudah menyebabkan gangguan pada metabolisme otak,” terang dr. Dwi.
Konsekuensi keseimbangan sel otak terganggu. Akibatnya, terjadi pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh jaringan otak dan kemudian menyebabkan kejang di sekujur tubuh. Setiap menit, kejang dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak karena terhambatnya aliran oksigen ke otak. (puj)
Baca juga: Kejang Demam Ancam Otak Anak 2