Luka apapun bisa terinfeksi. Terutama luka yang dalam seperti luka operasi dan luka bakar derajat sedang-berat, atau luka knonik misalnya luka pada kaki penderita diabetes. Jadi masalah besar bila yang menginfeksi adalah kuman di RS (infeksi nosokomial), yang tidak mempan terhadap berbagai jenis obat (MDRO/multidrug-resistant organisms). “Infeksi nosokomial sangat menakutkan karena resisten dengan berbagai jenis antibiotik,” terang Dr. dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, MSI, Kepala Program Studi Magister Imunologi di Universitas Airlangga, Surabaya. Ini diungkapkan dalam konferensi pers yang berkesinambungan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (PIT PERAPI) ke XXI di Yogyakarta, 10 Mei 2017.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebutkan, 1,4 juta penduduk dunia mengalami infeksi nosokomial, 10% di antaranya berasal dari Asia Tenggara. Infeksi merupakan faktor utama yang menghambat penyembuhan luka. Bila luka terinfeksi, kuman bisa masuk ke darah dan timbul sepsis (infeksi sistemik). Ini bisa mengancam jiwa.
Merawat luka, gampang-gampang susah. Luka harus dijaga tetap lembab (tidak kering dan tidak basah), dan harus dalam keadaan aseptik (bebas dari bakteri, jamur, virus dan mikroorganisme lainnya). “Ini kunci agar luka sembuh dengan cepat,” tegas dr. Donna Savitry, Sp.BP-RE dari RS Premier Bintaro. Antibiotik, oles maupun maupun yang diminum (oral), umum digunakan untuk mencegah/mengobati terjadinya infeksi bakteri pada luka. Namun ini tidak selalu efektif, dan bakteri bisa resisten (tahan) terhadap antibiotik.
Penemuan +dalethyne merupakan terobosan dalam perawatan luka. Sebagai praktisi bedah, dr. Donna berbagi pengalamannya mengobati luka dengan +dalethyne. Misalnya pada seorang pasien dengan luka kaki diabetes yang cukup berat. Setelah dibersihkan dengan cairan pembersih yang mengandung +dalethyne, jaringan mati luruh, dan tulangnya kelihatan.
Pasien dilatih untuk merawat lukanya sendiri di rumah; membersihkan luka dan mengganti perban. Ada salep dengan kandungan +dalethyne yang bisa dibeli pasien, untuk dioleskan pada luka setelah dibersihkan. Setelah 8 minggu, luka sudah menutup dengan bagus. Jaringan otot kembali tumbuh, tanpa luka parut, dan tidak perlu diamputasi; tanpa antibiotik.
+Dalethyne berbahan dasar buah zaitun, yang mengandung 78 asam lemak tak jenuh. Asam lemak ini diproses oleh mesin khusus. “Sehingga tercipta 18 komponen baru dengan ikatan baru, yang fungsinya jadi lebih kuat,” terang Kayapan Satya Dharsam, Founder & Chairman Dermozone Pratama Indonesia. +Dalethyne bekerja sebagai antiseptik, mencegah resistensi mikroba, mengurangi bau dan menjaga kelembaban luka, mempercepat proliferasi kulit, serta memiliki efek neovaskularisasi (merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru).
Menariknya, +dalethyne efektif mencegah/melawan infeksi bakteri yang resisten, hingga berbagai spesies jamur Candida, tanpa menimbulkan resistensi. “Struktur +dalethyne mirip dengan dinding kuman. Bila kuman berusaha memotong atau mengubah struktur +dalethyne apalagi berusaha meresistensi, maka dindingnya sendiri yang akan rusak. Kuman seperti bunuh diri,” tutur Dr. dr. Agung. (nid)