Susu sapi bisa mejadi salah satu sumber nutrisi yang baik bagi anak. Namun tidak demikian halnya pada anak dengan alergi susu sapi. “Bagi mereka, malah bisa jadi berbahaya,” ungkap dr. Tiara Nien Paramita, Sp.A dalam diskusi Bicara Gizi di Jakarta (20/10/2025), dalam rangka World Allergy Awareness Day.
Anak dengan alergi susu sapi memiliki hipersensitivitas sistem imun terhadap protein susu sapi (kasein). “Ketika kasein masuk ke tubuh, oleh sistem imun dianggap sebagai zat berbahaya, padahal harusnya tidak. Sistem imun merespons dengan mengeluarkan berbagai zat, yang kemudian menimbulkan reaksi alergi,” papar dr. Tiara.
Gejala alergi bisa muncul di mana-mana. Pada kulit, bisa muncul ruam merah dan gatal, hingga eksim. Pada saluran napas, bisa muncul gejala bersin, pilek, batuk, hingga sesak napas. Selain itu, gejala bisa pula terjadi di saluran cerna, seperti sembelit, diare, dan buang air besar (BAB) berdarah.
Reaksi alergi biasanya muncul segera setelah konsumsi susu sapi ataupun produk turunannya. Namun, tidak selalu demikian. Reaksi alergi ada yang dimediasi IgE, dan ada yang tidak. “Yang dimediasi IgE, reaksi alergi cepat terjadi, biasanya hanya dalam beberapa menit hingga satu jam setelah anak mengonsumsi susu sapi dan produknya,” papar dr. Tiara. Hasil tes alergi akan menunjukkan hasil yang positif.
Adapun pada reaksi yang tidak dimediasi oleh IgE, gejalanya muncul lebih lambat, biasanya setelah dua jam setelah anak terpapar protein susu sapi. “Gejala utamanya di saluran cerna. Dan karena tidak dimediasi IgE, maka tidak muncul pada pemeriksaan alergi,” jelasnya.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH (kiri) dan dr. Tiara Nien Paramita, Sp.A (kanan) dalam "Bicara Gizi" / Foto: Banyu Communication
“Allergy March”
Kejadian alergi susu sapi dan makanan lain paling banyak terjadi di usia 1 tahun. Seiring bertambahnya usia anak, umumnya toleransi tubuh anak membaik, sehingga keluhan alergi perlahan menghilang. Namun bukan berarti alergi bisa dibiarkan begitu saja dan berharap hilang sendiri.
“Kalau tidak kita atasi, penyakit alergi lainnya bisa muncul, misalnya asma dan rinitis,” tegas dr. Tiara. Ini dikenal sebagai allergy march, yaitu satu keluhan alergi berkembang menjadi penyakit alergi lainnya. Awalnya alergi makanan, jadi muncul rinitis, eksim, hingga asma. “Ini terjadi karena dulu ada penyakit alergi yang tidak diatasi. Jadi bila tidak diatasi di awal, berbagai penyakit alergi lain bisa muncul,” jelasnya.
Munculnya penyakit-penyakit alergi lain tentu akan sangat mengganggu kehidupan anak hingga ia dewasa kelak. Alergi memang tidak bisa disembuhkan; bakat alergi akan terus ada. Namun, alergi bisa dikontrol agar tidak kambuh dan berkembang menjadi allergy march.
Dampak Alergi Susu Sapi terhadap Tumbuh Kembang Anak
Alergi yang tidak dikontrol membuat gejala akan terus-terusan muncul. Dampaknya tidak main-main. “Selain gejalanya mengganggu aktivitas anak, juga bisa terjadi gangguan pertumbuhan. Banyak anak alergi yang tidak ditangani dngan baik, akhirnya mengalami growth faltering,” ungkap Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affairs Director Danone Indonesia.
Ia melanjutkan, hal ini juga bisa berhubungan dengan pola makan. “Anak yang alergi sering sakit, jadi malas makan. Asupan nutrisinya jadi tidak optimal sehingga tumbuh kembangnya terganggu,” ujar Dr. dr. Ray. Belum lagi bila orang tua terlalu takut memberi anak beragam makanan karena khawatir alerginya kambuh. Alhasil, asupan yang diterima anak sangat terbatas dan tidak mencukupi.
Selain masalah tumbuh kembang kualitas hidup anak pun menurun. “Akibat gatal-gatal atau pilek saat alergi kambuh, anak jadi rewel dan kualitas tidurnya terganggu. Akhirnya prestasi akademiknya pun tidak bagus,” imbuh Dr. dr. Ray.
Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua yang memiliki anak dengan alergi susu sapi? “Pertama, wajib konsultasi ke dokter. Buatlah food diary yang mencatat anak makan apa saja, muncul gejala apa, dan kapan gejala itu muncul,” jelas dr. Tiara. Seperti ajakan SADAR Alergi (Screening Awal dan Asupan Rekomendasi Alergi) dari Danone.
Perhatikan dengan cermat gejala atau keluhan yang dialami si Kecil. Bila mengarah ke alergi susu sapi atau alergi makanan lainnya, maka segera bawa anak ke dokter anak untuk dipastikan apakah benar alergi.
Selanjutnya, dokter akan memberikan rekomendasi nutrisi yang sesuai dengan usia dan kondisi anak. Pantau terus tumbuh kembang anak, apkaah sudah ssuai denga grafik pertumbuhan. “Jangan takut, anak dengan alergi susu sapi tetap bisa bertumbuh dan berkmbang secara optimal,” tandas dr. Tiara.
Seperti apa pantangan makan yang disarankan untuk anak alergi? Simak di artikel berikut ini. (nid)





