Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyebutkan sekitar 11,7% penduduk usia di atas 15 tahun menderita diabetes. Sementara catatan International Diabetes Federation 2021 menjelaskan bila Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan penderita diabetes terbanyak, tepatnya 19,5 juta orang.
Di satu sisi, data terbaru juga menjelaskan bila separuh penderita diabetes dari suatu populasi kekurangan mikronutrien (gizi mikro). Ini adalah zat gizi (vitamin dan mineral) yang walau hanya dalam jumlah sedikit, dibutuhkan tubuh dan penting agar tubuh bisa menjalankan fungsinya dengan normal.
Dalam studi baru yang diterbitkan di BMJ Nutrition, Prevention & Health (2025) peneliti melakukan meta-analisis dari riset-riset antara tahun 1998 hingga 2023 untuk memperkirakan prevalensi defisiensi mikronutrien pada pasien diabetes tipe 2 (DM2).
Pasien DM2 (usia 18 tahun lebih) dari semua jenis kelamin dan etnis, dengan atau tanpa komplikasikan diikutsertakan. Kemudian peneliti menilai kondisi kekurangan mikronutrien, dalam hal ini mineral seperti zat besi dan magnesium, serta vitamin (A, B kompleks, C, D, E dan K).
Hasilnya, dari total 52,501 pasien, kekurangan gizi mikro terjadi pada 45,30% orang. Serta, di antara mereka yang mengalami komplikasi diabetes, 40% juga dengan defisiensi mikronutrien.
Untuk analisis jenis kelamin (63 penelitian untuk pria dan 63 pada wanita) menunjukkan bahwa kekurangan mikronutrien sedikit lebih rendah pada pria, dibanding wanita. Masing-masing 42,53% vs 48,62%.
Dari sisi nutrisi, kejadian defisiensi paling banyak adalah kekurangan vitamin D (60,45%), disusul magnesium (41,95%), zat besi (27,81%) dan vitamin B12 (22,01%).
“Penanganan DM2 cenderung berfokus pada metabolisme energi dan gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), tetapi identifikasi prevalensi yang lebih tinggi kekurangan mikronutrien merupakan pengingat bahwa mengoptimalkan nutrisi secara keseluruhan harus selalu menjadi prioritas,” tulis Shane McAuliffe, peneliti senior dalam siaran persnya.
Vitamin D dan diabetes
“Vitamin matahari” ini secara khusus bermanfaat untuk penderita diabetes, ia membantu memperbaiki sensitivitas insulin.
Dr. dr. Indra Wijaya, MKes, SpPD-KEMD, FINASIM, FACP, menjelaskan vitamin D berperan dalam fungsi sel beta dan resistensi insulin, di mana ini terlibat dalam metabolisme glukosa.
“Suplementasi vitamin D selama 6 bulan meningkatkan sensitivitas insulin dan sekresinya. Penilian juga mengatakan berpotensi menurunkan perkembangan risiko diabetes pada orang dewasa dengan prediabetes, atau risiko tinggi diabetes,” terangnya pada OTC Digest.
Dalam penelitian meta-analisis yang melibatkan 4.896 subyek, imbuh dr. Indra, suplementasi vitamin D dosis 2000-12.000 IU per hari pada prediabetes signifikan meningkatkan kadar vitamin D, kemudian menurunkan risiko diabetes dan meningkatkan status normoglikemia (gula darah normal).
Baca: Mayoritas Penderita Diabetes Defisiensi Vitamin D
Hubungan magnesium dan diabetes
Magnesium merupakan nutrisi penting bagi otak dan tubuh. Magnesium membantu mengatur gula darah, di antara banyak manfaatnya.
Jika Anda menderita DM2, tubuh memroduksi insulin, tetapi sel-sel tidak bisa merespon insulin dengan baik (disebut resistensi insulin), sehingga gula darah tidak bisa disimpan ke dalam sel. Mengakibatkan gula darah tinggi.
Mereka dengan resistensi insulin juga kehilangan berlebih magnesium lewat urin, menyebabkan rendahnya kadar magnesium tubuh.
National Institutes of Health (NIH) menyebutkan pada pasien diabetes tak terkontrol yang diberikan 1000 mg magnesium oxide per hari mengalami perbaikan gula darah setelah 30 hari. Demikian pula pasien yang mendapatkan 300 mg magnesium chloride per hari terjadi perbaikan gula darah puasa setelah 16 minggu.
Defisiensi besi memperburuk HbA1c
Studi di jurnal Cureus 2023 menjelaskan dari 143 pasien diabetes di Arab Saudi, 39,9%-nya mengalami anemia defisiensi besi (ADB). Dan, mereka dengan ADB memiliki nilai HbA1c (kadar gula darah rata-rata selama 3 bulan) yang lebih tinggi, yakni 7,2%, dibandingkan 6,8% pada pasien diabetes non ADB.
Peneliti menyimpulkan “anemia defisiensi besi sangat umum terjadi di antara pasien diabetes dan berpotensi dikaitkan dengan nilai HbA1c yang tidak akurat dan kontrol glikemik yang buruk.”
Mengganggu penyerapan vitamin B12
Para ahli masih berusaha mengetahui penyebab pasti kenapa sebagian besar penderita diabetes mengalami defisiensi vitamin B12.
Bukti penelitian menunjukan bila defisiensi vitamin B12 terjadi pada pasien DM2 yang mengonsumsi metformin (obat diabetes). Risikonya semakin tinggi seiring lamanya mereka mengonsumsi metformin dan besarnya dosis obat tersebut.
Meskipun mekanisme pastinya masih belum jelas, metformin kemungkinan menghambat penyerapan vitamin B12. Oleh karena itu, American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan suplemen B12 bisa bermanfaat bagi seseorang yang mengonsumsi metformin. (jie)