Stunting masih menjadi issue kesehatan utama di Indonesia. Gizi yang dikonsumsi selama kehamilan, tertanya berpengaruh pada risiko anak stuting.
Pola makan ibu hamil turut mendukung pertumbuhan janin optimal dan berat bayi lahir normal. Yang berarti ibu hamil perlu memerhatikan pola makan mereka di tiap trimester kehamilan.
Meike Mayasari, SGz, MPH, dietisien RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, menjelaskan, 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sangat menentukan tumbuh kembang si kecil, termasuk risiko ia mengalami stunting.
Sebagai informasi, 1000 HPK terbagi menjadi 270 hari selama periode kehamilan, dan 720 hari (dua tahun) pertama kehidupan.
“Kondisi malnutrisi, baik kelebihan atau kurang gizi, selama kehamilan berdampak pada ibu dan bayinya,” kata Meike, kepada OTC Digest. “Bisa berupa anemia selama kehamilan, perdarahan, pre-eklamsi dan eklamsi, IUGR (pertumbuhan janin terhambat hingga berat dan ukurannya tidak sesuai dengan usia kehamilan), cacat lahir, hingga komplikasi kehamilan/persalinan lainnya.”
Sebagai pencegahan, Academy of Nutrition and Dietetics mengingatkan agar ibu mengusahakan peningkatan berat badan yang sesuai selama kehamilan, pola makan seimbang, melakukan aktivitas fisik/latihan teratur selama hamil, serta mengonsumsi suplemen dan vitamin yang tepat.
Meike menerangkan, perlunya penambahan asupan energi untuk mengakomodir penambahan berat badan selama kehamilan. Pada trimester I butuh tambahan sekitar 180 kkal/hari, dari kebutuhan energi normal (2000 – 2250 kkal). Sementara trimester II dan III perlu tambahan 300 kkal energi/hari.
“Protein butuh penambahan 25 g/hari, atau 50 g/hari/janin jika hamil lebih dari satu janin. Ini sering kali membutuhkan 20% asupan energi dari protein,” imbuhnya.
DHA (docosahexaenoic acid) yang adalah asam lemak omega-3 (lemak sehat) dari ikan berlemak disarankan dikonsumsi dua kali seminggu. Asupan vitamin dan mineral, seperti vitamin A, C, D, kalsium, folat dan zat besi, penting selama kehamilan.
Khusus asam folat, sebaiknya dipenuhi sejak sebelum hamil, Meike menekankan. Kekurangan folat berisiko menyebabkan cacat janin, seperti neural tube defect (NTD), cacat bawaan pada sistem saraf pusat karena tabung saraf tidak menutup sempurna.
CDC merekomendasikan semua wanita usia subur, untuk mengantisipasi kemungkinan kehamilan, meningkatkan asupan folat sebanyak 400 mcg/hari, dalam versi sintetis (suplemen). Secara alami asam folat bisa diperoleh dari sayuran hijau, kacang-kacangan, buncis, jeruk, buah beri dan sereal yang diperkaya folat.
“Asupan natrium (garam) tidak boleh berlebihan, tapi juga tidak boleh kurang dari 2300 mg/hari. Garam beryodium lebih disarankan. Selalu cukupi kebutuhan cairan untuk menghasilkan urin yang cukup, biasanya minimal 2 L/hari,” Meike menambahkan.
Pedoman makanan yang aman
Meike juga menekankan penanganan makanan yang aman untuk ibu hamil, yakni:
- Cuci. Bilas semua produk mentah dengan air mengalir sebelum dimakan, dipotong atau dimasak.
- Bersihkan. Cuci tangan, pisau, meja dapur dan talenan setelah menangani atau menyiapkan makanan mentah.
- Masak. Masak daging sapi, ikan atau unggas hingga mencapai suhu yang aman (sampai matang). Tidak disarankan mengonsumsi setengah matang, apalagi mentah.
- Dinginkan. Segera masukkan semua makanan yang mudah rusak ke dalam lemari es.
Probiotik aman untuk ibu hamil?
Kondisi disbiosis (ketidakseimbangan ekosistem usus, didominasi oleh patogen) mikrobiota usus terbukti berhubungan dengan gangguan metabolisme nutrisi, disregulasi sistem kekebalan tubuh, hingga perubahan beberapa jalur hormon, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan terhambat (underweight, wasting, stunting) lebih lanjut.
Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, Guru Besar Bidang Mikrobiologi Pangan, Universitas Gadjah Mada, menerangkan ada perubahan komposisi mikrobiota usus selama kehamilan. Populasi bakteri baik (probiotik) seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus berkurang, terutama kehamilan dengan komplikasi (pre-eklamsi, diabetes hingga obesitas).
“Diperkirakan berpengaruh juga pada anaknya (janin) sehingga mengganggu sistem imun anak,” kata wanita yang akrab disapa Trisye ini.
“Probiotik aman dikonsumsi selama kehamilan. Banyak penelitian membuktikan manfaat klinis pemberian probiotik pada kehamilan dan laktasi (menyusui),” imbuhnya.
Lebih jauh manfaat probiotik untuk ibu hamil antara lain:
- Penyerapan nutrisi lebih baik
- Membantu mengatasi konstipasi/sembelit
- Mengurangi risiko eksim atopik dan alergi makanan pada bayi yang dilahirkan
- Melindungi ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional
- Mengurangi risiko pre-eklamsia
“Probiotik juga bermanfaat pada anak-anak, khususnya malnutrisi untuk mendukung kesehatan usus sehingga meningkatkan penyerapan nutrisi,” pungkas Prof. Trisye. (jie)
Baca juga: Bagaimana Konsumsi Probiotik Membantu Mencegah Stunting