Vitamin D memiliki reseptor di hampir seluruh bagian tubuh, membuatnya tidak hanya berfungsi sebagai vitamin tulang, tetapi juga terbukti menguatkan imunitas, hingga mencegah kanker. Riset juga mencatat manfaat vitamin D bagi pasien hipertensi dengan membantu mengontrol tekanan darah.
Kejadian hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Menurut Riskesdas 2018, sekitar 34,1% orang dewasa di Indonesia mengalami hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius karena meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan komplikasi lainnya.
Sebuah penelitian di Beirut, Lebanon menyebutkan bila suplementasi vitamin D dan kalsium membantu menurunkan tekanan darah pada para senior yang mengalami obesitas. Riset ini diterbitkan di Journal of the Endocrine Society.
“Suplemen vitamin D bila diberikan bersama dengan kalsium membantu menurunkan tekanan darah pada lansia yang kelebihan berat badan,” kata penulis utama Prof. Ghada El-Hajj Fuleihan, MD, MPH, dari American University of Beirut. “Orang dengan obesitas, penderita hipertensi dan mereka dengan kadar vitamin D rendah akan mendapatkan manfaat yang paling banyak.”
Bisakah vitamin D menurunkan tekanan darah?
Dalam penelitian ini, sejatinya peneliti tertarik untuk melihat bagaimana suplementasi kalsium dan vitamin D mempengaruhi kepadatan tulang dan resistensi insulin.
Mereka melibatkan 221 lansia, minimal berusia 65 tahun, dengan indeks massa tubuh (IMT) >25, yang berarti kelebihan berat badan hingga obesitas. Mereka juga memiliki kadar vitamin D antara 10 – 30 ng/mL (level di bawah 20 ng/mL tergolong defisiensi).
Partisipan secara acak dibagi menjadi dua kelompok. Keduanya mendapat suplemen kalsium 1000 mg per hari. Kemudian salah satu grup menerima dosis vitamin D yang lebih kecil (600 IU) sementara kelompok kedua dengan dosis 3.750 IU.
Pencatatan kesehatan dilakukan pada bulan ke 6 dan 24, dan terlihat ada perubahan tekanan darah selama penelitian berlangsung. Vitamin D dosis lebih tinggi menurunkan tekanan darah sistolik (saat jantung berkontraksi memompa darah) hingga 4,2 mmHg, sementara dosis yang lebih rendah 2,8 mmHg.
Untuk tekanan darah distolik (saat jantung relaksasi) pada kelompok dosis tinggi pengurangannya 3,02 mmHg, sedangkan di kelompok vitamin D dosis rendah rerata penurunan adalah 2,6 mmHg.
Lebih detail, peneliti melihat bahwa terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan pada partisipan obesitas (IMT >30). Di subgrup ini kedua dosis vitamin D signifikan menurunkan tekanan darah sistolik. Dosis vitamin D yang lebih tinggi mengurangi angka tekanan darah diastolik.
“Orang obesitas cenderung memiliki kadar vitamin D yang rendah,” kata Prof. Fuleihan, ini menjelaskan kenapa mereka mendapatkan manfaat yang lebih banyak, dibanding subgrup lainnya.
Riset ini juga mendapati bila suplemen vitamin D + kalsium menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, terlepas nilai IMT atau dosisnya.
Sebagian besar analisis peneliti mengungkapkan bahwa dosis vitamin D yang lebih tinggi tidak menghasilkan hasil yang jauh berbeda dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah.
Hal ini konsisten dengan penelitian lain, di mana dosis di luar rekomendasi harian tidak selalu memberikan manfaat kesehatan tambahan. Setelah tubuh mendapatkan cukup vitamin D, vitamin D tambahan biasanya tidak digunakan, yang terkadang dapat menjadi racun. (jie)