Gula boleh jadi adalah bahan makanan yang paling menimbulkan perdebatan, banyak orang tidak tahu takaran harian yang direkomendasikan atau aman untuk kesehatan. Gula tidak hanya sebagai bahan bakar tubuh untuk beraktivitas, tetapi juga mempengaruhi mental.
Kita mengetahui bila konsumsi gula berlebih buruk untuk kesehatan, meningkatkan risiko obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung. Tetapi tahukah Anda jika konsumsi gula berlebih juga dihubungkan dengan risiko depresi?
Tubuh bisa mendapatkan gula dari makan seperti buah-buahan atau karbohidrat. Tetapi lebih banyak didapatkan dari makanan olahan seperti kue, pasta, minuman manis kemasan, dll.
Studi menyatakan pria lebih berisiko mengalami masalah mental terkait konsumsi gula berlebih, dibanding perempuan. Pria yang mengonsumsi lebih dari 50 gram gula per hari lebih mungkin mengalami depresi.
Jika merujuk pada rekomendasi WHO, anjuran asupan gula dari semua sumber makanan/minuman tidak melebihi 50 gram (4 sendok makan) per hari untuk dewasa, dan 30 gram (6 sendok teh) per hari untuk anak-anak. Ini artinya kurang dari 10% dari total asupan energi.
Gula mampu menyebabkan kecanduan, bahkan lebih hebat dari kokain. Kecanduan gula adalah salah satu penyebab seseorang mengalami gangguan mood, bahkan depresi.
Konsumsi gula berlebih jangka panjang akan mempengaruhi energi dan mood, akibat efek balik ketika pankreas melepaskan insulin dalam jumlah besar. Ini akan menyebabkan efek sugar blues, yang mirip dengan depresi.
Baca: 6 Tanda Anda Mengonsumsi Terlalu Banyak Gula
Riset terbesar
Sebelumnya, riset terkait konsumsi gula dan risiko depresi telah diteliti oleh beberapa ahli. Salah satu yang terbesar, melibatkan lebih dari 18.000 partisipan. Pengumpulan data dilakukan antara 2011 – 2018.
Selama dua wawancara yang dilakukan dengan selang waktu 3-10 hari, Lu Zhang, et al, mengumpulkan informasi tentang asupan gula harian dari semua makanan/minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir. Tingkat depresi diukur berdasarkan item Kuesioner Kesehatan Pasien-9 (PHQ-9).
Pada model statistik kasar tergambarkan bahwa asupan gula berkorelasi positif dengan depresi. Setelah penyesuaian (usia, jenis kelamin dan riwayat kesehatan), peneliti menemukan bahwa kejadian depresi meningkat sebesar 28% untuk setiap peningkatan 100 gram/hari asupan gula.
Peserta yang mengonsumsi gula paling banyak setiap hari memiliki risiko depresi 33% lebih tinggi, dibandingkan mereka yang mengonsumsi gula paling sedikit.
Peneliti melihat hubungan antara konsumsi gula berlebih dengan depresi salah satunya dipengaruhi oleh ketidakseimbangan mikrobiota usus.
Dalam penjelasannya di jurnal BMC Psychiatry, Februari 2024, peneliti menulis, “Studi kami mengungkapkan bahwa asupan gula yang lebih tinggi pada orang dewasa berhubungan positif dengan prevalensi depresi yang lebih tinggi.”
Mereka juga menekankan, pedoman pemerintah – misalnya Tumbeng Gizi Seimbang dan Isi Piringku di Indonesia – dapat membantu mendorong perubahan kognitif dan perilaku masyarakat umum, untuk memperbaiki kebiasaan makan, mengurangi asupan gula dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan, sehingga mencegah depresi. (jie)