Dulu, gigi yang sudah rusak biasanya langsung dicabut. Namun telah terjadi pergeseran dalam dunia kedokteran gigi. Alih-alih cabut gigi, kini dokter gigi berupaya mempertahankan dan merawat gigi, misalnya dengan perawatan saluran akar gigi. Inilah konsep kedokteran gigi modern.
“Konsep perawatan gigi dimulai dari yang sederhana. Tapi kalau sudah infeksi ke dalam, maka memerlukan perawatan saluran akar,” ujar Ketua Kolegium Konservasi Gigi Indonesia Prof. Dr., drg. Ratna Meidyawati, Sp.KG, Subsp.KR(K). Hal ini diungkapkannya di sela Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Konservasi Gigi Indonesia kelima (SINI V) di ICE BSD, Tangerang, Jumat (11/12/2022).
Perawatan Saluran Akar Gigi
Sehari-hari, kita sering menyebut perawatan saraf gigi. Istilah ini sebenarnya kurang tepat. “Yang tepat adalah perawatan saluran akar gigi. Bila saraf gigi sudah terinfeksi, hampir tidak pernah kembali normal; biasanya harus diangkat. Saluran akar gigilah yang dirawat,” papar Dr. drg. Dudi Aripin, Sp.KG, Subsp.KR(K), Ketua Pengurus Pusat Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI).
Dalam istilah medis, perawatan saluran akar gigi disebut endodontik. Ini merupakan salah satu dari dua fragmentasi di bidang konservasi gigi. Setelah dilakukan perawatan saluran akar gigi, selanjutnya dilakukanlah restorasi gigi, yang merupakan fragmentasi kedua dari konservasi gigi.
Perawatan saluran akar gigi memang tidak mudah. Perlu beberapa kali bolak-balik, dan biayanya tentu saja tidak sedikit. “Namun sekali orang menyadari bahwa mempertahankan gigi itu lebih berharga daripada memakai gigi palsu, pasti akan memilih perawatan,” ujar Dr. drg. Rina Permatasari, Sp.KG, Ketua Panitia SINI V dan Ketua IKORGI cabang Jakarta Selatan.
Para dokter gigi IKORGI di SINI V / Foto: Hanida Syafriani - otcdigest.id
Pada dasarnya, perawatan saluran akar gigi berupaya mengobati infeksi yang terjadi pada saluran akar gigi. Dengan cara ini, sakit gigi akan hilang, infeksi tidak makin meluas, dan gigi yang tersisa bisa dipertahankan. Memang beberapa kali perawatan hingga infeksi sembuh sempurna. Biaya pun relatif mahal, karena banyak sekali komponen yang dilakukan.
Bicarakanlah dengan dokter gigi sejak awal mengenai biaya dan berapa kali perlu kunjungan. “Bila tidak memakai asuransi, dan merasa biaya terlalu mahal, dokter gigi bisa merujuk ke RS pendidikan, yang bisa melayani dengan biaya lebih terjangkau tanpa mengurangi kualitas layanan,” ucap Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG, Supsp.KE(K), Ketua IKORGI cabang Jakarta Pusat.
Tidak Semua Gigi bisa Dikonservasi – Kapan Harus Cabut Gigi?
Sesuai namanya ilmu konservasi gizi, dokter gigi di bidang ini akan berupaya mempertahankan gigi selama mungkin di rongga mulut, alih-alih cabut gigi. Namun tidak semua gigi bisa dikonservasi. “Bagaimanapun juga harus kita lihat indikasinya, dan bagaimana kondisi jaringan gigi yang tersisa,” terang Prof. Ratna.
Ia melanjutkan, kalau gigi sudah habis atau hanya tersisa sedikit, mau tidak mau harus dicabut. “Karena sisa jaringan gigi bisa menimbulkan infeksi pada tubuh,” ujarnya. Prinsipnya, dokter gigi akan melihat apakah gigi bisa direstorasi.
Ini penting karena setelah perawatan saluran akar gigi selesai, akan dilakukan restorasi. “Tujuan perawatan adalah bentuk gigi harus normal lagi sesuai fungsinya. Kalau tidak sesuai fungsi, akan ada akibat tambahan,” tutur Prof. Ratna. Misalnya dilakukan perawatan pada gigi taring bawah. Selanjutnya, gigi harus direstorasi bentuknya, agar gigi-gigi di sebelahnya tidak bergeser, dan gigi lawannya di atas tidak turun. “Jadi, gigi harus dikembalikan seperti semula,” tegasnya.
Seandainya pun gigi harus dicabut, maka harus diganti dengan gigi palsu, agar tidak terjadi masalah seperti di atas. Gigi palsu sendiri ada banyak macamnya. Bisa dipilih sesuai kondisi mulut dan kesehatan seseorang, preferensi, dan tentunya biaya. Memakai gigi palsu perlu adaptasi, dan tidak senyaman gigi betulan. Jadi bila gigi masih bisa dipertahankan, daripada cabut gigi sebaiknya lakukan perawatan saluran akar gigi, dan setelahnya restorasi. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Image by senivpetro on Freepik